a. Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja dalam satu malam. Tidak
berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat. b. Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja;
c. Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan
pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
4. Dampak
Musculoskeletal Disorders MSDs
Dampak yang diakibatkan oleh MSDs pada aspek ekonomi perusahaan yaitu Pheasant, 1991 :
a. Pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material, produk yang akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya deadline produksi,
pelayanan yang tidak memuaskan, dll b. Biaya yang timbul akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan
penurunan keuntungan, biaya untuk pelatihan karyawan baru yang menggantikan karyawan yang sakit, biaya untuk menyewa jasa konsultan
atau agensi c. Biaya pergantian karyawan turn over untuk recruitment dan pelatihan
d. Biaya asuransi e. Biaya lainnya opportunity cost.
5. Faktor Risiko
Musculoskeletal Disorders MSDs
Faktor- Faktor penyebab dari timbulnya MSDs memang sulit untuk untuk dijelaskan secara pasti. Namun penelitian-penelitian sebelumnya
memaparka beberapa faktor risiko yang tertentu selalu ada dan berhubungan atau turut berperan dalam menimbulkan MSDs. Diantara Faktor-faktor tersebut
diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu pekerjaan, manusia atau pekerja, lingkungan Pheasant, 1991; Oborne, 1995 dan ditambah lagi dengan faktor
psikososial Susan Stock, et al, 2005.
a. Faktor Pekerjaan
1. Postur Kerja
Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik
lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cidera pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain.
Sikap kerja tidak alamiah menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari
pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan
dengan kemampuan pekerja Grandjen, 1993.
Namun di lain hal, meskipun postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga jika mereka bekerja dalam jangka waktu
yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri,
seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada punggung, leher dan bahu serta terjadi penumpukan darah di kaki jika
kehilangan kontrol yang tepat.
Postur janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan
Department of EHS, Iowa State University, 2002. Bekerja dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
bekerja. Posis janggal menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah
menimbulkan lelah. Termasuk ke dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar
twisting, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam kondisi statis, dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan
beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut, karena bagian inilah yang paling sering mengalami cidera Straker, 2000. Diantara
Postur Junggal tersebut dapat dilihat dari gambar-gambar berikut : a Postur janggal pada punggung
Membungkuk Memutar Miring
Gambar 2.1 Postur Janggal Pada punggung
Humantech 1989, 1995
1 Membungkuk, postur punggung yang merupakan faktor risiko adalah membungkukkan badan sehingga membentuk sudut
fleksi 20 terhadap vertikal dan berputar.
2 Rotasi badan atau berputar twisting adalah adanya rotasi atau torsi pada tulang punggung gerakan, postur, posisi
badan yang berputar baik ke arah kiri maupun kanan di mana garis vertikal menjadi sumbu tanpa memperhitungkan
beberapa derajat besarnya sudut yang dibentuk, biasanya dalam arah ke depan atau ke samping.
3 Miring : memiringkan badan bending dapat didefinisikan sebagai fleksi dari tulang punggung, deviasi bidang median
badan dari garis vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk, biasanya dalam arah ke depan atau
samping Cohen et al, 1997. b Postur janggal pada leher
1 Menunduk, menunduk ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu ruas tulang leher
15 Bridger, 1995.
2 Tengadah, setiap postur dari leher yang mendongak ke atas atau ekstensi.
3 Miring, setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk
oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang leher. 4 Rotasi leher, setiap postur leher yang memutar, baik ke kanan
dan atau ke kiri, tanpa melihat berapa derajat besarnya rotasi yang dilakukan.
Menunduk Menoleh Menekukkan Kepala Menengadah
Gambar 2.2 Postur Janggal Pada Leher
Humantech 1989, 1995
2. Beban Kerja