dari suhu normal tersebut, maka akan mengganggu kinerja dari pekerja yang berada di ruangan tersebut Charlotte, 2010.
3. Pencahayaan
Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa kerja. Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh
beradaptasi untuk mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh
Bridger, 1995. Intensitas cahaya untuk membaca sekitar 300-700 luks, pekerjaan di kantor 400-600 luks, pekerjaan yang memerlukan
ketelitian 800-1200 luks dan pekerjaan di gudang 80-170 luks NIOSH, 1997.
Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan PMP No. 7 Tahun
1964, Tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia
tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar internasional. Sebagai contoh di Australia menggunakan standar AS 1680 untuk
Interior Lighting yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya. Secara ringkas intensitas penerangan
yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut Tarwaka, 2013 :
a. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit
20 luks. b. Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan
barang kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 luks.
c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang- barang kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai
intensitas penerangan 100 luks. d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil
agak teliti Paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.
e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai
intensitas penerangan 300 luks. f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang
halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 500 - 1.000 luks.
d. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yaitu kepuasan kerja, stress mental, organisasi kerja shift kerja, waktu istirahat Dinardi, 1997. Organisasi kerja
didefinisikan sebagai distribusi dari tugas kerja tiap waktu dan diantara
para pekerja, durasi dari tugas kerja dan durasi serta distribusi dari periode istirahat. Durasi kerja dan periode istirahat memiliki pengaruh pada
kelelahan jaringan dan pemulihan. Studi khusus pada pengaruh organisasi kerja pada gangguan leher telah dilakukan. Ditemukan bahwa kerja VDU
yang melebihi empat jam per hari berhubungan dengan gejala pada leher Riihimaki, 1998.
E. Kerangka Teori