2. Observasi lapangan, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tahapan pekerjaan, postur yang digunakan pekerja, durasi, serta frekuensi menggunakan kamera
digital kemudian dilakukan analisis tingkat risiko Ergonomi dengan menggunakan form penilaian REBA terkait postur yang digunakan.
3. Wawancara, dilakukan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik individu Usia, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan status
merokok. 4. Wawancara, dilakukan menggunakan kuesioner Nordic Body Map digunakan
untuk mendapatkan data bagian tubuh yang mengalami keluhan dan menentukan tingkat MSDs perbagian tubuh yang dirasakan responden.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner Nordic Body Map untuk mendapatkan data bagian tubuh yang
mengalami keluhan dan menentukan tingkat MSDs perbagian tubuh yang dirasakan responden .
2. Lembaran penilaian REBA, untuk mendapatkan tingkat risiko pekerjaan sebagai salah satu penyebab dari MSDs.
3. Kamera digital untuk mendokumentasikan posisipostur responden pada saat kerja.
4. Stopwatch untuk menghitung waktu durasifrekuensi 5. Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36, untuk mengukur suhu ruangan
kerja.
Gambar 4.1
Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36 6. Luksmeter costom Luks -204, untuk mengukur pencahayaan di area kerja.
Gambar 4.2
Luksmeter costom Luks -204
F. Manajemen Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara : a. Data Coding, merupakan kegiatan megklasifikasi data dan memberi kode
untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data b. Data Editing, merupakan penyuntingan data yang dilakukan sebelum proses
pemasukan data
c. Data Structure dan Data file merupakan mengembangkan data sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang
dipergunakan. d. Data Entry, merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau
fasilitas analisis data yang dalam hal ini mengunakan program aplikasi SPSS untuk menganalisis data.
e. Data Cleaning, merupakan proses pembersihan data setelah data di entry.
2. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan untuk dapat menggali dan menjawab masalah yang telah dirumuskan. Data tersebut
diolah dan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor
pekerjaan, faktor pekerja Usia, Masa kerja, indeks masa tubuh, status merokok dan faktor Lingkungan suhu dan pencahayaan dan variabel
dependen adalah MSDs. b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian, diterima atau tidak. Analisis Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan
antara variabel katagorik dan katagorik dengan batas kemaknaan p value ≤
0,05 yang berarti ada hubungan secara statistik antara variabel independen
dengan variabel dependen, dan jika p value 0,05 berarti tidak ada hubungan secara statistik antara variabel independen dengan variabel
dependen pada estimasi derajat kepercayaan atau Confidential Interval CI 95. Adapun persamaan Chi-Square sebagai berikut :
X² = O-E ² E
Keterangan : X² = Chi-Square
O = efek yang diamati E = efek yang diharapkan
Sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel independen numerik dengan variabel dependen katagorik, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas data numerik, bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji t-independent. Setelah didapatkan hasil
uji T-test independen, jika nilai P dari levence teset ≤ 0,05 maka varian
berbeda dan nilai P 0,05 maka varian sama. Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Akan tetapi jika data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas data, maka data selanjutnya akan dilakukan uji dengan menggunakan uji Mann
Whitney.
t =
Keterangan : R1 = Jumlah peringkat sampel pertama
n1 = Jumlah sampel 1 n2 = Jumlah sampel 2
59
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat
1. Gambaran MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil
PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Data MSDs diperoleh dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map
yang mengkatagorikan MSDs terdiri dari Keluhan berat dan ringan. Keluhan berat, jika memiliki satu gejala atau lebih yang menetap selama ≥ 3 hari
dalam waktu 7 tujuh hari terakhir, sedangkan keluhan ringan, jika memiliki satu gejala atau lebih yang menetap selama 3 hari dalam waktu 7 tujuh hari
terakhir.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Pada tabel 5.1, menunjukkan bahwa dari 63 responden total sampel diperoleh sebanyak 29 responden 46 mengalami MSDs berat dan sebanyak
34 responden 54 mengalami MSDs ringan. Indikator MSDs pada penelitian ini berdasarkan pada 28 titik tubuh pada
kuesioner Nordic Body Map , metode ini sangat sederhana, namun kelemahannya
Keluhan Jumlah
Berat 29
46 Ringan
34 54
Total 63
100
keluhan yang dirasakan itu bersifat subjektif. Dari data primer yang dikumpulkan, distribusi frekuensi responden yang mengalami MSDs berdasarkan bagian tubuh
yang merasakan MSDs seperti nyeri, keram, pegal, dan MSDs lainnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 5.1
Distribusi Frekuensi MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013
Dari grafik 5.1, diketahui mayoritas pengrajin menglami keluhan pada bagian pinggang yaitu sebanyak 30 orang 14,02 , leher bagian atas sebesar
8,88 dan bahu kanan sebesar 8,88, sementara itu titik keluhan paling sedikit dirasakan pengrajin pada bagian lengan bawah kanan yaitu sebesar 0,47
. Untuk tingkat keluhan mayoritas pengrajin hanya mengalami keluhan pada tingkat nyeri ringan, untuk tingkat nyri ringan paling banyak dirasakan pada
5 10
15 20
25 30
35
Le h
e r
b ag
ian a
ta s
Le h
e r
b ag
ian b
aw a
h Bah
u k
iri Bah
u k
a n
an
Le n
g a
n a
ta s k
iri Pu
n ggun
g
Le n
g a
n a
ta s k
an an
Pi n
ggan g
Bok o
n g
P a
n ta
t Si
k u
k ir
i
Si ku
k an
a n
Le n
g a
n b
awah k
iri
Le n
g a
n b
awah k
an an
Pe rge
lan gan
t an
g an
k iri
Pe rge
lan gan
tan gan
…
T an
g a
n k
iri
T an
g a
n k
an an
Pa h
a ki
ri
Pa h
a kan
an Lu
tu t k
iri Lu
tu t k
an an
Be ti
s k iri
Be ti
s k an
an
Pe rge
lan gan
k ak
i ki
ri
Pe rge
lan gan
k ak
i ka
n an
Kak i k
iri Kak
i k an
an
Penderita
bagian pinggang yaitu sebesar 13,95 , sedangkan untuk tingkat nyeri tak tertahankan dirasakan pada bagian pinggang sebesar 18,75 . Untuk tingkat
keseringan, mayoritas pengrajin mengalami MSDs sebanyak 1-2 kali dalam seminggu 13,79 pada bagian bahu kanan dan pinggang.
2. Gambaran Risiko Pekerjaan pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan
Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari pengukuran dengan metode REBA pada bagian tubuh leher, punggung, bahu, kaki, lengan
atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan mempertimbangkan durasi, frekuensi dan beban pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin Sepatu di
Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung. Adapun gambaran distribusi frequensi responden berdasarkan risiko pekerjaan dapat
dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Risiko pekerjaan
3-11 7,16
7,0 2,245
6.59 - 7,72
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 63 responden, gambaran distribusi risiko pekerjaan dengan nilai tengah skor REBA adalah 7,00 dan
standar deviasi 2,245. Sedangkan skor REBA terkecil adalah 3 dan skor REBA terbesar adalah 11.
Gambar 5.1
Postur Janggal Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013
3. Gambaran Status Merokok pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan
Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian terkait status merokok pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Jumlah rokok
0-24 10,43
12,00 5,120
9,14 – 11,72
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa variabel status merokok
berdistribusi tidak normal P= 0,000 , nilai rata-rata banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi per hari oleh pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil
30
97 54
PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 10,43 batang. Sedangkan nilai tengah banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi per hari oleh pengrajin sepatu
di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 12,00 batang dengan standar deviasi 5,120. Dari hasil tersebut diketahui ada
pengrajin yang tidak merokok Min = 0. Sedangkan batang rokok yang dikonsumsi oleh pengrajin paling banyak adalah 24 batang per hari.
4. Gambaran Usia pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil
PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian terkait usia pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Usia 17-61
33,79 33,0
11,107 31,00 - 36,59
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa variabel usia berdistribusi normal
P= 0,200 , nilai rata-rata usia pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 34 tahun, nilai tengah usia
pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 33,0 tahun dengan standar deviasi 11,107. Adapun
usia responden paling muda adalah 17 tahun, dan paling tua adalah 61 tahun.
5. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan
Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian terkait Indeks Masa Tubuh IMT pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung dapat
dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh IMT Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013
IMT Jumlah n
Obesitas IMT 25 10
15,9 Normal IMT = 18,5 - 25
50 79,4
Kurus IMT≤18,4 3
4,8 Total
63 100
Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang masuk dalam katagori obesitas berjumlah 10 pekerja 15,9 , responden yang masuk dalam
katagori under weight kurus berjumlah 3 pekerja 4,8 dan pekerja yang memiliki IMT normal adalah sebesar 50 pekerja 79,4 .
6. Gambaran Lama Kerja pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri
Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian terkait lama kerja pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Lama Kerja 0,08-35,00
8,4537 5,8333
8,6033 6,2870-10,6204
Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa variabel lama kerja berdistribusi
tidak normal P= 0,000 , nilai tengah lama kerja pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah
5,8333. Untuk lama kerja paling rendah adalah 0,08 tahun, dan lama kerja paling lama adalah 35 tahun.
7. Gambaran Pencahayaan pada Area Kerja Pengrajin Sepatu di
Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil penelitian terkait lama kerja pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencahayaan Area Kerja Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Pencahayaan 19-830
181,94 145,00
141,218 146,37-217,50
Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa variabel Pencahayaan
berdistribusi tidak normal P= 0,000 , nilai tengah pencahayaan pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung
adalah 145,00 Luks, sedangkan nilai rata-rata pencahayaan adalah 181,94 Luks, Untuk pencahayaan paling rendah adalah 19 luks, dan pencahayaan paling tinggi
adalah 830 Luks.
8. Gambaran Suhu lingkungan pada Area Kerja Pengrajin Sepatu di
Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Pada penelitian ini, data suhu lingkungan didapatkan dengan menggunakan Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36, adapun
gambaran suhu lingkungan pada area kerja pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung adalah sebagai berikut.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu Area Kerja Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa variabel suhu lingkungan
berdistribusi tidak normal P= 0,000 , nilai tengah suhu lingkungan pada area kerja pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung adalah 29.59 C, sedangkan nilai rata-rata suhu
lingkungannya adalah 29.15 C, Untuk suhu paling rendah adalah 27.30
C, dan suhu paling tinggi adalah 30.55
C.
Variabel Min-Max
Mean Median
SD 95 CI Mean
Suhu 27.30-30.55
29.15 29.59
1.07787 28.88-29.42
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Faktor Risiko Pekerjaan dengan MSDs pada Pengrajin
Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis hubungan antara faktor risiko pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan
Cakung, untuk data variabel risiko pekerjaan adalah berdistribusi tidak normal P= 0,003 sehingga dilakukan uji mann whitney dan hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.9
Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung2013.
Variabel MSDs
N Mean Rank
P value
Risiko Pekerjaan
Berat 29
39.29 0,003
Ringan 34
25.78
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji mann whitney, diperoleh nilai rata-rata rangking risiko pekerjaan dengan MSDs berat adalah
39,29 dan rata-rata rangking risiko pekerjaan dengan MSDs ringan adalah 27,78. Adapun nilai probabilitas P value sebesar 0,003 P value 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada α 5 terdapat hubungan antara risiko pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK
Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
2. Hubungan antara Faktor Jumlah Konsumsi Rokok dengan MSDs pada
Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis hubungan antara status merokok dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Pada alpha 0,05 distribusi data status merokok adalah tidak normal. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan
antara status merokok dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.10
Analisis Hubungan antara Status Merokok Dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung2013.
Variabel MSDs
N Mean Rank
P value
Status Merokok Berat 29
35.03 0,191
Ringan 34
29.41
Berdasarkan tabel hasil analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney
, diperoleh nilai rata-rata rangking status merokok dengan MSDs berat adalah 35,03 dan rata-rata rangking status merokok dengan MSDs ringan adalah
29.41. Adapun nilai probabilitas P value sebesar 0,191 P value 0,05 sehingga d
apat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan antara status merokok dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil
PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
3. Hubungan antara Faktor Usia dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di
Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis responden berdasarkan hubungan antara usia pengrajin dengan terjadinya MSDs. Untuk variabel usia dan diketahui bahwa variabel usia
berdistribusi normal P value 0,05 P value = 0,200, sehingga dilakukan uji t- test independent
, uji tersebut digunakan untuk menguji dua variabel yaitu antara variabel numerik dan dua variabel kegorik. Pada variabel usia pekerja merupakan
variabel numerik sedangkan MSDs merupakan variabel 2 katagorik. Adapun hasil uji analisis yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.10
berikut:
Tabel 5.11
Analisis Hubungan antara Usia dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung2013.
Variabel MSDs
N Mean Std. Deviation P-value
Usia Berat
29 32.34
11.216 0.343
Ringan 34
35.03 11.027
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test independent diperoleh nilai rata-rata usia pada responden keluhan berat adalah 32.34 tahun
dengan standar deviasi 11.216 serta rata-rata responden dengan keluhan ringan adalah 35.03 dengan standar deviasi 11.027. Dari data tersebut diperoleh p value
0.343 p value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5 tidak terdapat hubungan antara rata-rata usia pengrajin dengan MSDs berat dan rata-
rata usia pekerja dengan MSDs ringan pada pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
4. Hubungan antara faktor Indeks Masa Tubuh dengan MSDs pada pengrajin
sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Hasil analisis responden berdasarkan hubungan antara Indeks Masa Tubuh pengrajin dengan terjadinya MSDs dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut:
Tabel 5.12
Analisis hubungan antara IMT dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Variabel MSDs
Total P value
Berat Ringan
N N
n
Obesitas 1
33,3 2
66,7 3
100
0,811 Normal
24 48,0
26 52,0
50 100
Kurus 4
40,0 6
60,0 10
100
Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diketahui responden yang masuk dalam katagori obesitas paling banyak merasakan MSDs ringan yaitu sebanyak 2
orang 66,7 , responden yang masuk dalam katagori IMT normal paling banyak juga mengalami MSDs ringan yaitu sebanyak 26 orang 52, sedangkan
untuk katagori responden dengan IMT kurus, juga banyak mengalami MSDs ringan yaitu sebanyak 6 orang 60.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai P Value sebesar 0,811 P 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5 tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara setatus IMT pengrajin dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
5. Hubungan antara faktor lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu
di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis hubungan antara Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Pada tahap awal pengujian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dan didapatkan nilai P = 0,000 sehingga disimpulkan bahwa pada alpha 0,05
distribusi data Lama Kerja adalah tidak normal. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan antara
Lama Kerja dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.13
Analisis Hubungan antara Lama Kerja dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan
Kecamatan Cakung 2013.
Berdasarkan tabel analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney , diperoleh nilai rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs berat adalah 30,60
dan rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs ringan adalah 33,19. Adapun
Variabel MSDs
N Mean Rank
P value
Lama_kerja2 Berat
29 30.60
0,576 Ringan
34 33.19
nilai probabilitas P value sebesar 0,576 P value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara
Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
6. Hubungan antara Faktor Intensitas Cahaya dengan MSDs pada Pengrajin
Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis hubungan antara intensitas cahaya dengan MSDs pada pengrajin
sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung. Pada tahap awal pengujian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dan
didapatkan nilai P = 0,000 sehingga disimpulkan bahwa pada alpha 0,05
distribusi data intensitas cahaya adalah tidak normal. Kemudian pada tahap
selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan antara
intensitas cahaya dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.14
Analisis hubungan antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK
Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
Berdasarkan tabel analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney , diperoleh nilai rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja
Variabel MSDs
N Mean Rank
P value
Pencahayaan Berat
29 32.34
0,890 Ringan
34 31.71
dengan MSDs berat adalah 32,34 dan rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs ringan adalah 31,71. Adapun nilai
probabilitas P value sebesar 0,890 P value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas
pencahayaan area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
7. Hubungan antara Faktor Suhu area kerja dengan MSDs pada Pengrajin
Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Analisis hubungan antara suhu area kerja dengan kejadian MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan
Cakung. Untuk variabel suhu area kerja merupakan data berdistribusi tidak normal. sehingga dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan
antara suhu area kerja dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.15
Analisis Hubungan antara Suhu Area Kerja dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK
Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
Berdasarkan tabel analisis 5.15 dengan menggunakan uji mann whitney
, diperoleh nilai rata-rata rangking antara suhu area kerja dengan MSDs berat adalah 28,74
C dan rata-rata rangking antara suhu area kerja dengan MSDs ringan adalah 34,78
C. Adapun nilai probabilitas P value sebesar 0,187
Variabel MSDs
N Mean Rank
P value
Suhu Berat
29 28,74
0,187 Ringan
34 34,78
P value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada
hubungan antara suhu area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.
75
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini data MSDs didapatkan dari tabel Nordic Body Map,
melalui metode tersebut dapat diketahui bagian – bagian otot yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman agak sakit sampai pada rasa sangat sakit, dengan melihat dan
menganalisis peta tubuh NBM maka dapat diestimasikan jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Metode ini
sangat sederhana, namun kelemahannya keluhan yang dirasakan itu
bersifat subjektif sehingga akan mempengaruhi pengkategorian MSDs . 2.
Terbatasnya area kerja dan tingginya mobilitas pekerja menyulitkan
peneliti dalam mengambil sudut gambarvideo proses kerja yang dilakukan oleh pengrajin, sehingga adakalanya pada suatu tugas kerja,
postur kerja yang diteliti menggunakan beberapa gambar yang
pengambilannya dilakukan pada waktu yang berbeda. 3.
Pengukuran suhu lingkungan dilakukan pada titik area ruangan tertentu
atau tempat pekerja sering melakukan pekerjaannya, sehingga diasumsikan untuk pekerja yang berada di tempat atau ruangan yang sama
memiliki paparan suhu yang sama juga, pengukuran ini memiliki kelemahan yaitu tidak mampu memperhitungkan panas hasil metabolisme
tubuh dan kecepatan angin yang ada.
B. Gambaran MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri
Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem yang kompleks dan tersusun atas tulang, sendi, otot, ligamen, tendon, serta jaringan lain yang
menghasilkan struktur dan bentuk tulang. Sistem ini juga melindungi organ- organ vital, yang memungkinkan terjadinya gerakan, menyimpan kalsium
serta mineral lain di dalam matriks tulang yang dapat dimobilisasi bila terjadi defisiensi, dan merupakan tempat berlangsungnya hematopoiesis produksi sel
darah merah di dalam susmsum tulang Kowalak et, al 2003. Ketika terdapat suatu gaya atau kekuatan yang melampaui kekuatan tulang dan otot saat
menahan beban tentunya akan menyebabkan tidak seimbangannya sistem muskuloskeletal, hal ini akan berdampak pada timbulnya keluhan pada sistem
muskoluskeletal. Sementara itu keluhan muskoluskeletal itu sendiri merupakan keluhan
rasa tidak nyaman pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan
muncul diakibatkan oleh otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada ligamen, sendi dan tendon. Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi Ergonomi untuk mengetahui
hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot skeletal. Pengukuran fisik ini dapat dilakukan dengan Cheklist, Model Biomekanik,
Model Fisik, Model Analitik, Pengamatan Melalui Monitor dan Nordic Body Map
NBM. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan
toleransi dalam bekerja Waters Anderson 1996 dalam Tarwaka 2004. Pada penelitian ini, digunakan metode Nordic Body Map NBM,
melalui NBM dapat diketahui bagian-bagian otot mana yang mengalami MSDs dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman agak sakit
sampai sangat sakit corlett, 1992 dalam Tarwaka, 2004. Pada grafik 5.1, diketahui mayoritas pengrajin mengalami keluhan
pada bagian pinggang yaitu sebanyak 14,02 , leher bagian atas sebesar 8,88 dan bahu kanan sebesar 8,88, sementara itu titik keluhan paling sedikit
dirasakan pengrajin pada bagian lengan bawah kanan yaitu sebesar 0,47 . Untuk tingkat keluhan, mayoritas pengrajin hanya mengalami keluhan pada
tingkat nyeri ringan. Untuk tingkat nyeri ringan, paling bnyak dirasakan pada bagian pinggang 13,95 , sedangkan untuk tingkat nyeri tak tertahankan
paling banyak dirasakan pada bagian pinggang yaitu sebesar 18,75 . Berdasarkan studi European Survey on Working Conditions ESWC
bahwa MSDs yang dirasakan oleh pekerja banyak dirasakan pada tubuh bagian leher belakang, pinggang, serta otot-otot rangka bagian atas lainnya.
Pada bagian tubuh dengan keluhan sakit punggung atau pinggang serta anggota tubuh bagian atas, banyak disebabkan oleh adanya pekerjaan berat
pada posisi janggal yang dilakukan berulang-ulang, mengangkat beban yang
berat serta postur tubuh yang tidak dapat menyesuaikan dengan posisi obyek target yang dikerjakan, sehingga tidak terlalu memperhatikan posisi yang
Ergonomis European Agency for Safety and Health at Work, 2010. Peneltian lain yang dipublikasikan tahun 2000 dengan desain Cross
Sectional yang dilakukan oleh Picavet HJS et. Al pada 22.415 pekerja di
belanda baik pria maupun wanita, menyatakan bahwa, prevalensi nyeri pinggang karena membungkuk dan memutar tubuh adalah sebesar 40,6.
Prevalensi sering pada posisi yang sama statis untuk waktu yang lama sebesar 32,6 , prevalensi untuk sering membuat gerakan yang tiba-tiba
sebesar 30,2 dan prevalensi untuk mengangkat, membawa, mendorong dan menarik sebesar 30,4 . Picavet HJS et. Al , 2000
Berdasarkan Labour Force Survey LFS U.K prevalensi kasus Musculoskeletal Disorders
sebesar 1.144.000 kasus dengan menyerang punggung sebesar 493.000 kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher
426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus Health and Safety Commite 20062007 dalam Soleha, 2009. Pada 20072008
diperkirakan ada 538.000 orang di Britania Raya yang bekerja sejak tahun lalu menderita Musculoskeletal Disorders yang disebabkan oleh pekerjaannya
Health and Safety Executive, 2009. Sementara itu di indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nurliah
2012, pada penelitiannya terkait Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders MSDs pada Operator Forklift di PT. LLI, didapatkan angka kejadian MSDs
cukup tinggi dari semua operator forklift yang menjadi responden, 87 mengalami MSDs, titik keluhan yang dirasakan antara lain pinggang 65,
leher atas 60, leher bawah 60, punggung 48 dan bahu kanan 45. Selain itu Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zulfiqor 2010 yang
dilakukan pada Welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia didapatkan pekerja dengan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58 orang
77,3 dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang 9,3.
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu