Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan MSDs

6. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan MSDs

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upaya- upaya yang tidak perlu Suma‟mur 1984. Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara konsentrasi dalam bekerja. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan jelas akan meningkatkan produktifitas pekerjaannya. Sanders Mc Cormic 1987 dalam Terwaka 2011 menyimpulkan bahwa, dari hasil penelitian pada 15 perusahaan, di mana seluruh perusahaan yang diteliti menunjukkkan kenaikan hasil kerja 4 - 35 . Pada sebagian besar pekerjaan sangat diperlukan suatu kondisi dimana pekerja harus mampu melihat suatu objek kerja dengan baik. Pada beberapa situasi intensitas cahaya yang tidak baik dan tidak sesuai akan menyulitkan seseorang untuk dapat melihat objek dengan baik, kekurangan intensitas penerangan tersebut bahkan memungkinkan akan mempengaruhi posisi atau postur kerja untuk membungkuk agar posisi mata mendekati objek yang dikerjakan. Pada banyak kasus, postur tubuh akan menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan untuk dapat melihat objek dengan jelas Tarwaka, 2013 . Hal ini akan menjadikan tubuh stress, terjadi kelelahan dan kepenatan sehingga memungkinkan untuk terjadinya MSDs Pada penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs berat adalah 32,34 dan rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs ringan adalah 31,71. Adapun nilai probabilitas P value sebesar 0,890 P value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung 2013. Secara teori, intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya MSDs, hal ini sesuai dengan pernyataan Bridger 1995 yang mengatakan bahwa, Intensitas cahaya yang kurang memiliki potensi untuk mempengaruhi posisi kerja seseorang, jika tingkat intensitas cahaya atau penerangan pada suatu tempat tidak memenuhi persyaratan maka hal tersebut dapat menyebabakan postur leher untuk fleksi ke depan menunduk dan postur tubuh untuk fleksi membungkuk yang berisiko mengalami MSDs. Pada penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda, hal ini kemungkinan dikarenakan rata-rata intensitas cahaya yang digunakan adalah sebesar 181,94 Luks, sedangkan untuk pekerjaan pembuatan sepatu merupakan pekerjaan yang digolongkan sebagai pekerjaan yang membeda-bedakan barang-barang kecil dan halus dengan teliti, standar intensitas penerangan nasional dari IESNA Illuminating Engineering Siciety Of North America, 2000 menetapkan standar penerangan untuk jenis pekerjaan ini setidaknya membutuhkan paling sedikit 300 luks pencahayaan. Selain itu ada kemungkinan lama kerja yang dilakukan oleh pengrajin sepatu juga mempengaruhi penglihatan mereka, secara umum, kelelahan dan gangguan pada mata dapat diakibatkan oleh melihat suatu objek yang sama secara berulang-ulang pada waktu yang lama, hal ini terbukti dari rata-rata lama kerja yang dilakukan pekerja setiap hari adalah 11 jam 8 jam. Walaupun intensitas penerangan lokal yang digunakan sesuai dengan jenis pekerjaannya, kondisi melihat suatu objek yang sama secara berulang-ulang pada waktu yang lama, akan mengakibatkan kelelahan pada mata, kelelahan pada mental, kerusakan indra mata dan kecelakaan kerja meningkat Tarwaka, 2013. Untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan oleh pencahayaan ditempat kerja, dapat dilakukan beberapa modifikasi sitem penerangan yang sudah ada. Modifikasi dapat dilakukan denagn berbagai alternatif, diantaranya Tarwaka, 2013 : a. Menaikan menurunkan letak lampu yang didasarkan pada objek kerja. b. Merubah posisi lampu. c. Menambah atau mengurangi jumlah lampu. d. Mengganti jenis lampu yang digunakan sesuai dengan jenis pekerjaannya. e. Mengganti tudung lampu. Gambar 6.5 a Ilustrasi Desain Penerangan Umum Di Tempat Kerja, b Ilustrasi Desain Penerangan Lokal Ditempat Kerja Tarwaka, 2013 Gambar 6.6 Ilustrasi penerangan kombinasi di tempat kerja Tarwaka, 2013 a b

7. Hubungan Antara Suhu Area Kerja dengan MSDs

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Hubungan Sikap Kerja Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit Di Pusat Industri Kecil Menteng Medan 2015

10 61 112

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

2 14 120

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor usaha kecil (Kasus pada industri konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)

0 9 124

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 15 199

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 36