5. Hubungan Lama Kerja dengan MSDs
Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya Musculoskeletal
Disorders , terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan
kerja yang tinggi. Riihimaki et al. 1989 menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Sama halnya
seperti penelitian yang dilakukan oleh Manuaba yang menyatakan masa kerja lebih mempengaruhi MSDs pada pekerjaan yang membutuhkan
pengerahan tenaga yang besar Manuaba, 1996. Berdasarkan tabel 5.13 dengan menggunakan uji mann whitney ,
diperoleh nilai rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs berat adalah 30,60 dan rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs ringan adalah
33,19. Adapun nilai probabilitas P value sebesar 0,576 P value 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α 5 tidak ada hubungan yang
signifikan antara Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung
2013. Gangguan pada sitem Musculoskeletal hampir tidak pernah
dirasakan secara langsung, tetapi merupakan hasil akumulasi dari paparan atau hal-hal kecil maupun hala-hal besar yang terjadi secara terus
menerus dalam waktu yang lama. Masa kerja seseorang merupakan faktor pendukung yang berkontribusi sebagai faktor yang cukup mempengaruhi
terjadinya MSDs. Usia pekerjaan atau lamanya orang bekerja untuk tugas yang sama akan terkait dengan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik
tubuh seseorang, orang yang pekerjaannya memerlukan energi yang cukup besar, namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat,
maka resiko untuk mengalami keluhan otot akan meningkat. Selain itu MSDs berdasarkan masa kerja seseorang erat kaitannya
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beban kerja yang berat tentunya akan lebih cepat menimbulkan dampak baik secara fisik maupun mental
dibandingkan beban kerja yang ringan. Contonya pekerjaan mengelem bahan sepatu tentunya akan lebih cepat mengalami penurunan kapasitas
paru dibandingkan pekerjaan membuat pola. Hal ini dikarenakan pekerjaan mengelem bahan sepatu terpapar langsung oleh bahan kimia
berbahaya yang mungkin terkandung dalam lem yang digunakan, penurunan kapasitas paru tersebut akan berdampak pada kemampuan
paru-paru untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, daya tahan tubuh juga menurun, sehingga mengakibatkan pekerja mudah
lelah, lalu terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot. Hal inilah yang menjadi asumsi peneliti mengapa masa kerja
tidak berpengngaruh terhadap MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung.
6. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan MSDs