Daerah penolakan hipotesis atau residual dikatakan tidak berdistribusi normal adalah jika nilai kolgomorov-
smirnov KS KS
1- α
pada sejumlah pengamatan n tertentu dan jika p-value
α apabila statistik kolgomorov-smirnov
dikonversikan kedalam p-value Iriawan dan Astuti dalam Rohaeni, 2009. Plot distribusi
normal residual ditunjukkan pada Gambar 20. Uji kolgomorov-smirnov dilakukan menggunakan
α sebesar 5persen. Nilai Statistik KS
1- α
untuk α = 0,05 dan
jumlah pengamatan sebanyak 9 pengamatan adalah 0,430. Dari Gambar 20 diketahui bahwa nilai statistik
kolgomorov-smirnov KS adalah 0,240 nilai KS tabel
yaitu 0,430 dan p-value memiliki nilai 0,139 dimana nilai tersebut lebih besar dari
α yang bernilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model
regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi kenormalan.
RESI 2 P
e rc
e n
t
1,0 0,5
0,0 -0,5
-1,0
99 95
90 80
70 60
50 40
30 20
10 5
1 Mean
0,139 - 9,86865E- 15
StDev 0,4066
N 9
KS 0,240
P- Value
Pr obability Plot of RESI 2
Normal
Gambar 20. Uji normallitas residual pada regresi Bank X KCP, data diolah
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari variabel independen apakah memiliki
nilai yang sama homoskedastisitas atau berbeda. Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel
independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki
varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross Sectional. Konsekuensi dari
adanya heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F dan uji t
karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat Gujarati dalam Rismayanti, 2009. Output uji
heteroskedastisitas ditunjukkan oleh Gambar 21.
Fit t ed Value R
e s
id u
a l
22,0 21,5
21,0 20,5
20,0 19,5
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50 -0,75
Residuals Versus the Fitted Values
response is Laba
Gambar 21. Output uji heteroskedastisitas Bank X KCP, data diolah
Plot residual dalam gambar di atas menunjukkan bahwa titik yang ada tidak membentuk
pola tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan
melalui deret waktu time series. Model regresi yang baik tidak memperkenalkan terjadinya autokorelasi.
Akibat dari adanya autokorelasi adalah varian residual yang diperolah akan lebih daripada yang semestinya
sehingga mengakibatkan koefisien determinasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan
pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan
yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Autokorelasi diidentifikasi dengan melakukan uji runtutan run test. Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : Tidak terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan H1 : Terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan
Hasil runt test terhadap residual model ditunjukkan pada Gambar 22 sebagai berikut:
Gambar 22. Hasil uji run test Bank X KCP, data diolah
4.7.5 Dampak Perubahan Secara Keseluruhan
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan taraf
nyata α=5persen, derajat bebas pembilang = k = 1, derajat bebas
penyebut = n- k+1 = 9-2 = 7. Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 1,7 = 5,59.
Hasil perhitungan
menggunakan minitab menunjukkan nilai F hitung adalah sebesar 27,19 Gambar 18. Hasil uji menunjukkan
bahwa F hitung F tabel, yaitu 27,19 5,59. Dengan demikian, maka H
o
ditolak dan H
1
diterima. Sehingga DPK X
1
, Pembiayaan X
2
, dan FDR X
3
secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5persen.
Runs Test: RESI2 Runs test for RESI2
Runs above and below K = -9,86884E-15 The observed number of runs = 6
The expected number of runs = 5,44444 5 observations above K; 4 below
N is small, so the following approximation may be invalid.
P-value = 0,688
Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of Variance ANOVA. ANOVA
merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada Iriawan dan Astuti dalam Rismayanti, 2009. Hipotesis
yang digunakan sama dengan hipotesisi uji F, dengan daerah penolakan p-value
α. Dari hasil uji ANOVA menggunakan α sebesar 0,05, didapat p-value = 0,001, sehingga model regresi
yang dibuat nyata tolak Ho.
4.7.6 Dampak Perubahan Secara Parsial Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan taraf
nyata α = 5persen, df: n-k+1 = 9-2= 7. Dengan demikian t-tabel
sebesar t α,df = t 0,5;7 = 1,895.
Hasil perhitungan menggunakan program minitab menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel W
1
adalah -5,21 Gambar 18. Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung t tabel,
yaitu -5,21 -1,895 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara
parsial variabel W
1
berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP pada taraf nyata 5 persen.
Berdasarkan hasil uji t dari regresi terhadap komponen utama W
1
diperoleh bahwa komponen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP. Komponen W
1
tersebut adalah komponen yang mewakili variabel – variabel yang mempengaruhi laba yaitu X
1
, X
2
, dan X
3
. Hal ini berarti DPK X
1
, pembiayaan X
2
, dan FDR X
3
masing-masing secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP dengan
p-value 0,001 pada taraf nyata 5 persen.
Analisis signikansi koefisiensi regresi parsial dapat dilihat pada Tabel 12 berikut
Tabel 12. Analisis signifikansi koefisien regresi parsial Peubah
Z
i
Koefisien
γ
i
Simpangan Baku
S γ
i
t-hitung
t γ
i
t-tabel Keterangan
Z
1
0,29197 0,0623 4,68331 3,182 Signifikan Z
2
0,26772 0,0572 4,68331 3,182 Signifikan Z
3
0,27985 0,0598 4,68331 3,182 Signifikan Hasil perhitungan t hitung Lampiran 3 ditunjukkan pada
Tabel 12. Hasil t hitung pada Tabel 12 untuk variabel Z
1
, Z
2
, dan Z
3
adalah masing 4,68331. Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung t tabel, yaitu 4,68331 3,182. Dengan demikian secara parsial
variabel Z
1
, Z
2
, dan Z
3
berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP. Variabel Z
1
, Z
2
, dan Z
3
merupakan hasil dari pembakuan variabel X
1
, X
2
, dan X
3.
Hal ini berarti DPK X
1
, pembiayaan X
2
, dan FDR X
3
masing-masing secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP.
4.7.7 Hasil Dampak Perubahan Secara Parsial
Hasil uji validasi terhadap model menunjukkan bahwa model tersebut telah memenuhi asumsi normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Dimana residual dari model tersebut menyebar saling bebas mengikuti
sebaran normal, memiliki ragam homogen atau tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, serta tidak terdapat masalah
autokorelasi dan multikolinearitas. Kebaikan model juga didukung oleh nilai standar deviasi
residual, R-Square dan R-Square adj yang cukup baik. Nilai R- Square
79,5 persen dapat dijelaskan oleh keragaman variabel independen Gambar 18 menunjukkan bahwa 79,5 persen
keragaman dari variabel dependen laba, sedangkan sisanya 20,5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini. Nilai konstanta menunjukkan nilai rata-rata dari Y pada saat peubah bebas tidak bekerja atau nol. Pada
penelitian ini, Y = -21,9215, yaitu jika yang lain tidak bekerja, maka akan terjadi penurunan laba sebesar Rp 2.192.150, hal ini
disebabkan bank harus membayar biaya operasional.
Tabel 13. Dampak DPK, pembiayaan dan FDR terhadap laba
Bank X KCP periode 2007-2009 Perubahan Sektoral
Koefisien Regresi
Konstanta -
21,9215 DPK 0,535
Pembiayaan 1,25287 FDR
- 0,780
a Dampak DPK
Berdasarkan Tabel 13, terdapat pengaruh positif antara peningkatan DPK terhadap laba Bank X KCP yang
ditunjukkan oleh koefisien regresi 0,535. Hal ini menunjukkan bahwa bila jumlah DPK bertambah Rp
1.000.000,- dan DPK tersebut disalurkan dengan baik kepada masyarakat. Maka laba Bank X KCP akan
bertambah Rp 535.000. Hal ini berarti DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba. Dimana
peningkatan DPK akan berdampak pada peningkatan laba Bank X KCP. Kondisi tersebut dikarenakan bank memiliki
dana untuk disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, yang pada akhirnya bank akan mendapatkan
nisbah dari penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari DPK.
b Dampak Pembiayaan
Pembiayaan memberikan pengaruh positif paling besar diantara ketiga variabel independen lain terhadap
laba, sehingga semakin besar pembiayaan yang disalurkan, maka laba akan semakin besar. Pembiayaan berpengaruh
sebesar 1,25287 terhadap laba. Hal ini berarti bahwa jika pembiayaan bertambah Rp 1.000.000, maka laba Bank X
KCP akan bertambah Rp 1.252.870 cateris paribus. Pengaruh yang besar, positif dan signifikan dari
pembiayaan tarhadap laba dikarenakan bank akan mendapatkan nisbah dari pembiayaan bagi hasil serta
margin dari pembiayaan jual beli. Akan tetapi pengaruh yang positif dan besar serta segnifikan ini juga memiliki
risiko yang cukup besar. Oleh karena itu Bank X KCP perlu menerapkan menajemen risiko yang baik dalam
menyalurkan pembiayaan.
c Dampak Financing to Deposit Ratio
Koefisien regresi Financing to Deposit Ratio yang bernilai – 0,780 menunjukkan adanya pengaruh negatif
perkembangan Financing to Deposit Ratio terhadap laba Bank X KCP. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa bila
nilai FDR meningkat 1persen, maka laba Bank X KCP akan berkurang 0,780persen cateris paribus.
Penurunan laba tersebut dikarenakan, Bank X KCP tidak mempunyai cukup dana untuk membiayai penyaluran
dananya, sehingga Bank X KCP harus meminjam dana yang berasal dari aktiva antar kantor, yang mengakibatkan
Bank X KCP harus membayar nisbah hasil penyaluran pembiayaannya dengan kantor yang menyediakan sumber
dana tersebut, dalam hal ini kantor cabang Bank X . Dengan demikian, penggunaan dana yang berasal dari aktiva antar
kantor memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap laba. Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data historis pembiayaan Bank X KCP periode 2007-
2009 menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan melebihi dari DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank X
KCP, sehingga hal ini berimplikasi terhadap
meningkatnya penggunaan dana yang berasal dari aktiva antar kantor.
2. Sumber dana yang berasal dari aktiva antar kantor
mengakibatkan Bank X KCP harus menyisihkan laba yang diperoleh untuk membayar beban nisbah aktiva
antar kantor. Beban nisbah dari penggunaan aktiva antar kantor memberikan pengaruh negatif terhadap laba
Bank X KCP. Pengaruh yang signifikan juga disebabkan oleh penggunaan aktiva antar kantor yang
cukup besar sebagai implikasi belum mampunya Bank X KCP meningkatkan sumber pendanaan yang berasal
dari produk penghimpun DPK.
4.8. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat mempengaruhi peningkatan laba Bank X KCP dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terbesar terhadap laba, oleh karena itu Bank X
KCP perlu terus melakukan ekspansi pembiayaan, akan tetapi dalam melakukan ekspansi pembiayaan Bank X KCP juga perlu
memperhatikan nilai FDR agar berada di kondisi aman menurut Bank Indonesia. Ekspansi pembiayaan akan berjalan dengan
baik apabila proses penghimpunan dananya pun berjalan dengan baik, oleh karena itu sebaiknya bank terus melakukan
penghimpunan dana pihak ketiga supaya proses pembiayaan ini dapat berjalan dengan lancar dan nilai FDR berada dibatas aman
menurut peraturan Bank Indonesia. 2.
Bank juga perlu menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, artinya dana yang disalurkan mampu menggerakkan sektor riil,
terutama sektor UMKM. Penyaluran pembiayaan ini perlu menerapkan manajemen risiko yang baik dan berpegang pada
prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi pembiayaan macet dikemudian hari.
3. Terus melakukan controling kepada nasabah pembiayaan untuk
menghindari pembiayaan macet. 4.
Persaingan diantara perbankan syariah yang semakin kompetitif juga, mengharuskan Bank X KCP untuk menyusun strategi
pemasaran yang efektif dalam memasarkan DPK dan produk pembiayaan.
5. Terus memantau perkembangan informasi terkini mengenai
dunia perbankan, kondisi sosial dan ekonomi, serta regulasi bank sentral.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pekembangan DPK, pembiayaan, dan laba Bank X KCP mengalami
peningkatan setiap tahun, sedangkan FDR mengalami penurunan. b.
Penghimpunan dana yang tercermin dari dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan yang lebih besar dari penyaluran dana nilai FDR yang terus
menurun, dan komponen dana pihak ketiga yang memberikan kontribusi terbesar adalah deposito yaitu sebesar 52 persen, tabungan memberikan
kontribusi 43 persen dan giro 5 persen. Sedangkan nilai FDR terus mengalami penurunan setiap tahunnya, meskipun menurut Bank Indonesia
masih berada dalam kategori tidak sehatnegatif karena nilai di tahun terakhir sebesar 111,37 persen. Sedangkan batas aman FDR adalah 100
persen. c.
Komposisi pembiayaan pada Bank X KCP mayoritas menggunakan pembiayaan bagi hasil yaitu sebesar 89,07 persen, sedangkan pembiayaan
jual beli hanya 9,32 persen, dan sisanyasebesar 1,61 persen adalah pembiayaan sewaijarah.
d. Bank X KCP termasuk ke dalam bank yang agresif dalam menyalurkan
pembiayaan, hal tersebut dilihat dari nilai FDR yang melebihi 100 persen selama tiga tahun terakhir. Dana yang didapatkan untuk melakukan
ekspansi pembiayaan tersebut berasal dari dana pihak ketiga dan aktiva antar kantor. Nilai FDR yang berada di atas 100 persen mengindikasikan
bahwa Bank X KCP telah melewati batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
e. Berdasarkan uji F, disimpulkan bahwa secara keseluruhan DPK,
pembiayaan, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi 5 persen .
f. DPK, pembiayaan, dan FDR memiliki korelasi yang tinggi sehingga
terjadi multikolinearitas, dan setelah dilakukan analisis komponen utama salah satu cara untuk menangani kendala multikolinearitas, hasil
pengujian menggunakan uji t, menunjukkan bahwa secara parsial DPK, pembiayaan, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan
p-value sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi 5 persen. g.
Hasil regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh terbesar terhadap laba yaitu sebesar 1,25287 dengan pengaruh positif,
DPK juga memberikan pengaruh positif sebesar 0,535. Berbanding terbalik dengan kedua variabel independen di atas, FDR memberikan
pengaruh negatif dengan nilai sebesar 0,780.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Bank X KCP periode 2007sampai dengan 2009 mengenai pengaruh DPK, pembiayaan,
dan FDR terhadap laba, maka penulis mencoba menyampaikan saran sebagai berikut:
a Bank sebaiknya memperhatikan semua faktor yang dapat mempengaruhi
laba bank. Bank perlu melakukan controlling secara intensif perkembangan dana pihak ketiga dan pembiayaan supaya nilai FDR
berada di batas aman yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank juga perlu meningkatkan penyaluran pembiayaan untuk sektor
UMKM sehingga fungsi bank sebagai penggerak sektor riil dapat berjalan dengan baik. untuk menghindari terjadinya risiko dari kerugian
yang dapat timbul dimasa yang akan datang, bank juga perlu meningkatkan manajemen risiko yang baik dan tetap berpegang pada
prinsip kehati-hatiannya. b
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat keefektifan dan keefisienan Bank Syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Saran untuk penelitian lanjutan juga diberikan untuk menganalisis perbandingan disemua aspek kegiatan operasional
perbankan antara bank syariah dan bank konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Gema Insani dan Tazkia Cendekia, Jakarta.
Ascarca dan D. Yumanita. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Bank Indonesia, Jakarta.
Atmaja, L. S. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. ANDI, Yogyakarta. Dendrawijaya, L. 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional. Ghalia
Indonesia, Jakarta. Dendrawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Keown, A. J., et al. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi.
Indeks, Jakarta. Kurniasih, A. J. 2008. Optimalisasi Peran Intermediasi dan Konsolidasi
Perbankan. Info Bank.Hlm 66, Jakarta. Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2007
Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2007 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2007
Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2008 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2008
Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2008 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2009
Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2009 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2009
Rismayanti. D. 2009. Analisis Portofolio Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laba
Studi kasus PT. Bank X, Tbk.. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh DPK dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba Studi Kasus PT. Bank X Tbk.. Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sundjaja, R. S dan I. Berlian.2003. Manajemen Keuangan. Literata Lintas Media, Jakarta
Triandaru, S. dan T. Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta.
Ulfah, M. 2006. Regresi Komponen Utama. Makalah pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor
Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Grahailmu. Yogyakarta.
www.bankx.co.id [15 Februari 2010]
www.bi.go.id [10 Juni 2010]
www.bps.go.id [15 Februari 2010]
Lampiran 1. Model Regresi
Regression Analysis: Laba versus DPK; Pembiayaan; FDR The regression equation is
Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant -25,32 26,21 -0,97 0,378 DPK -3,477 2,537 -1,37 0,229 94,0
Pembiayaan 5,410 2,361 2,29 0,071 12,5 FDR -4,772 2,851 -1,67 0,155 51,5
S = 0,403258 R-Sq = 87,4 R-Sqadj = 79,9 Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 3 5,6449 1,8816 11,57 0,011
Residual Error 5 0,8131 0,1626 Total 8 6,4580
Source DF Seq SS DPK 1 4,7710
Pembiayaan 1 0,4184 FDR 1 0,4556
Lanjutan Lampiran 1
Residual P
e r
c e
n t
0,8 0,4
0,0 -0,4
-0,8 99
90 50
10 1
Fitted Value R
e s
id u
a l
22 21
20 19
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50
Residual F
r e
q u
e n
c y
0,4 0,2
0,0 -0,2
-0,4 -0,6
3 2
1
Obser vation Or der R
e s
id u
a l
9 8
7 6
5 4
3 2
1 0,50
0,25 0,00
-0,25 -0,50
Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values
Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a
Residual Plots for Laba
Lampiran 2. Uji Korelasi
Correlations: Laba; DPK; Pembiayaan; FDR Laba DPK Pembiayaan
DPK 0,860 0,003
Pembiayaan 0,873 0,870 0,002 0,002
FDR -0,820 -0,970 -0,746 0,007 0,000 0,021
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Hasil pembakuan peubah-peubah X No. Z
1
Z
2
Z
3
1 -1,55455 -1,75820 1,27731
2 -1,08847 -0,71280 1,19210
3 -0,70247 -0,52534 0,71746
4 -0,63875 0,05381 0,96567
5 0,41808 -0,06292 -0,70909
6 0,64942 0,06765 -0,98270
7 0,86516 0,18199 -0,76355
8 0,87150 1,00183 -0,78421
9 1,18008 1,75398 -0,91301
Principal Component Analysis: z1; z2; z3 Eigenanalysis of the Correlation Matrix
Eigenvalue 2,7274 0,2661 0,0065 Proportion 0,909 0,089 0,002
Cumulative 0,909 0,998 1,000 Variable PC1 PC2 PC3
z1 -0,602 -0,168 -0,781 z2 -0,552 0,794 0,256
z3 0,577 0,585 -0,570
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Plot Scree Komponen Utama
Component Number E
ig e
n v
a lu
e
3 2
1 3,0
2,5 2,0
1,5 1,0
0,5 0,0
Scree Plot of z1 ; ...; z3
Skor Komponen Utama No. W
1
W
2
W
3
1 2,64352 -0,387243
0,035838 2
1,73638 0,314292 -0,012305
3 1,12677 0,120646
0,004961 4
0,91166 0,714724 -0,038365
5 -0,62582 -0,534851 0,061968
6 -0,99498 -0,630095 0,070781
7 -1,06165 -0,447335
-0,193419 8
-1,53020 0,190059 0,022896 9
-2,20568 0,659802 0,047644
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Regression Analysis: Laba versus w1 The regression equation is
Laba = 20,6 - 0,485 w1 Predictor Coef SE Coef T P
Constant 20,6357 0,1449 142,43 0,000 w1 -0,48515 0,09305 -5,21 0,001
S = 0,434638 R-Sq = 79,5 R-Sqadj = 76,6 Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 5,1357 5,1357 27,19 0,001
Residual Error 7 1,3224 0,1889 Total 8 6,4580
Residual P
e r
c e
n t
1,0 0,5
0,0 -0,5
-1,0 99
90 50
10 1
Fitted Value R
e s
id u
a l
21,5 21,0
20,5 20,0
19,5 0,5
0,0 -0,5
-1,0
Residual F
r e
q u
e n
c y
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50 -0,75
4 3
2 1
Obser vation Or der R
e s
id u
a l
9 8
7 6
5 4
3 2
1 0,5
0,0 -0,5
-1,0
Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values
Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a
Residual Plots for Laba
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Transformasi W menjadi Z
Laba = 20,6 - 0,485 W
1
Laba = 20,6 - 0,485 -0,602 Z
1
-0,552 Z
2
+ 0,577 Z
3
Laba = 20,6 + 0,29197 Z
1
+0,26772 Z
2
- 0,279845 Z
3
Transformasi Z menjadi X
Laba = 20,6 + 0,29197 Z
1
+0,26772 Z
2
- 0,279845 Z
3
Laba = 20,6 + 0,29197
+ 0,26772
- 0,279845
Laba = 20,6 + 0,29197
+ 0,26772
- 0,279845
Laba = 20,6 + - 12,6816 +
- 30,17934
- + 0,339505
Laba = - 21,9215 + +
-
Laba= - 21,9215
+ 0, 535 X
1
+ 1,25287 X
2
– 0, 780 X
3
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Simpangan Baku Dari Masing-Masing Koefisien Regresi
S
2
= =
0,1889 = 0,02925 6,4580
•
Var γ
1
= S
2
= 0,02925
= 0,003887
S γ
1
= =
= 0,062343
• Varγ
2
=S
2
= 0,02925
= 0,003268 S
γ
2
= S
2 =
=
0,057165 •
Var γ
3
=S
2
= 0,02925
= 0,00357 S
γ
2
=S
2
= =
0,059754
Analisis Signifikansi Koefisien Regresi Parsial
Peubah Z
i
Koefisien
γ
i
Simpangan Baku
S γ
i
t-hitung
t γ
i
t-tabel Keterangan
Z
1
0,29197 0,0623 4,68331
3,182 Signifikan
Z
2
0,26772 0,0572 4,68331
3,182 Signifikan
Z
3
0,27985 0,0598 4,68331
3,182 Signifikan
Lampiran 4. Uji – Uji Validasi
Uji Normalitas
RESI 2 P
e rc
e n
t
1,0 0,5
0,0 -0,5
-1,0
99 95
90 80
70 60
50 40
30 20
10 5
1 Mean
0,139 -9,86865E-15
StDev 0,4066
N 9
KS 0,240
P-Value
Probability Plot of RESI 2
Normal
Uji Autokorelasi
Runs Test: RESI2 Runs test for RESI2
Runs above and below K = -9,86884E-15
The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 5,44444
5 observations above K; 4 below N is small, so the following approximation may be
invalid. P-value = 0,688
Lanjutan Lampiran 4. Uji – Uji Validasi
Uji Heteroskedastisitas
Uji F
S = 0,434638 R-Sq = 79,5 R-Sqadj = 76,6 Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 1 5,1357 5,1357 27,19 0,001
Residual Error 7 1,3224 0,1889 Total 8 6,4580
Uji t
Predictor Coef SE Coef T P Constant 20,6357 0,1449 142,43 0,000
w1 -0,48515 0,09305 -5,21 0,001
Fit t ed Value R
e s
id u
a l
22,0 21,5
21,0 20,5
20,0 19,5
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50 -0,75
Residuals Versus the Fitted Values
response is Laba
Lampiran 5. Laporan Neraca Bank X KCP
BANK X KCP
T GL: 30‐12‐2009 NERACA
GABUNGAN DALAM RUPIAH SYS: 31‐12‐2009 ========================================================================
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ A K T I V A
KAS 151.008.000,00
BANK INDONESIA ANTAR BANK AKTIVA
SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI PEMBIAYAAN YANG DIBERIKAN
40.469.658.853,66 PERSEDIAAN BARANG PEMBIAYAAN
TAGIHAN LAINNYA PENYERTAAN
CADANGAN AKTIVA PRODUKTIF
CADANGAN AKTIVA NON PRODUKTIF
AKTIVA TETAP DAN INVENTARIS 81.728.798,47
ANTAR KANTOR AKTIVA 2.003.619.343,61
RUPA‐RUPA AKTIVA 481.673.862,90
REKENING PERANTARA REK. PERANTARA M.U ASING
JUMLAH AKTIVA 39.180.450.171,42
P A S I V A GIRO
2.095.027.117,63 KEWAJIBAN2 YG SEGERA DIBAYAR
115.664.568,65 TABUNGAN
15.855.973.032,73 SIMPANAN BERJANGKA
18.109.313.426,58 BANK INDONESIA
ANTAR BANK PASIVA SURAT2 BERHARGA YG DITERBITKAN
PINJAMAN YANG DITERIMA SETORAN JAMINAN
ANTAR KANTOR PASIVA RUPA‐RUPA PASIVA
MODAL CADANGAN
LABARUGI TAHUN LALU LABARUGI TAHUN BERJALAN
3.004.472.025,83 JUMLAH PASIVA
39.180.450.171,42 REKENING ADMINISTRASI
FAS.PINJ.BI YANG BLM DIGUNAKAN FAS.PINJ.LN.YANG BLM DIGUNAKAN
FAS.PKN YANG BELUM DIGUNAKAN PEND.MARGIN BAGI HSL DL PENY
GARANSI YANG DIBERIKAN KEWAJIBAN ENDORSEMEN
KEWAJIBAN TITIPAN KLIRING KEWAJIBAN TITIPAN INKASO
======================================================================== JAM:
6:27:33 TANGGAL CETAK: 31‐12‐2009
Lampiran 6. Laporan LabaRugi Bank X KCP
BANK X KCP
TGL: 30‐12‐2009 LABARUGI GABUNGAN DLM RUPIAH SYS: 31‐12‐2009
======================================================================== BLN BERJALAN
KUMULATIF ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
A. PENDAPATAN OPERASIONAL 01. MARGIN DAN BAGI HASIL 5.505.061.509,02 5.505.061.509,02
02. PENDAPATAN EX KONVENSIONAL 03. KEUNTUNGAN TRANSAKSI VALAS 16.343.008,32 16.343.008,32
04. PENDAPATAN PROVISI KOMISI 58.416.000,00 58.416.000,00 05. KENAIKAN NILAI S.BERHARGA
06. PEND OPERASIONAL LAINNYA 435.392.124,82 435.392.124,82 JUMLAH PEND. OPERASIONAL 6.015.212.642,16 6.015.212.642,16
B. BIAYA OPERASIONAL 01. BAGI HASIL 1.746.192.638,91 1.746.192.638,91
02. KERUGIAN TRANSAKSI VALAS 03. PREMI ASURANSI
11.348.298,16 11.348.298,16 04. TRANSAKSI PASAR MODAL
05. TENAGA KERJA 559.797.348,00 559.797.348,00
06. PENDIDIKAN PELATIHAN 2.535.300,00 2.535.300,00 07. PENELITIAN PENGEMBANGAN
08. S E W A 90.845.724,32 90.845.724,32
09. P R O M O S I 9.616.687,00 9.616.687,00
10. PAJAK‐PAJAK NON PPH 2.251.534,00 2.251.534,00 11. PEMELIHARAAN PERBAIKAN 31.331.728,00 31.331.728,00
12. PENYUSUTANPENYISIHAN 227.427.837,75 227.427.837,75 13. PENURUNAN NILAI SRT BERHRG
14. BARANG DAN JASA 266.107.123,61 266.107.123,61 15. BIAYA OPERASIONAL LAINNYA
JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 2.947.454.219,75 2.947.454.219,75 C._LABARUGI_OPERASIONAL 3.067.758.422,41 3.067.758.422,41
D. PENDAPATAN NON OPERASIONAL 01. PENDAPATAN SEWA
Lanjutan Lampiran 6. Laporan LabaRugi Bank X KCP
02. LABA PENJ AKTIVA TETAPINV 03. BAGI HASIL ANTAR KANTOR
65.779.444,93 65.779.444,93 04. PENDAPATAN SELISIH KURS 36.503,83 36.503,83
05. PENDAPATAN KOREKSI PPAP 06. PEND. NON OPERASIONAL LAIN 20.470.000,00 20.470.000,00
JUMLAH PEND. N.OPERASIONAL 86.212.941,10 86.212.941,10 E. BIAYA NON OPERASIONAL
01. RUGI PENJ AKTIVA TETAPINV 02. TRANSFER PAYMENT
03. BAGI HASIL ANTAR KANTOR 149.497.423,06 149.497.423,06 04. BIAYA SELISIH KURS
1.914,62 1.914,62 05. DENDA‐DENDA
06. DENDA BANK INDONESIA 07. DENDA PAJAK
08. DENDA LAINNYA 09. BIAYA NON OPERASI LAINNYA
JUMLAH BIAYA NON OPERASI 149.499.337,68 149.499.337,68 F._LABARUGI_NON_OPERASIONAL 63.286.396,58 63.286.396,58
G._LABARUGI_TAHUN_BERJALAN 3.004.472.025,83 3.004.472.025,83 H._TAKSIRAN_PPH_PJK_TANGGUHAN
I. TAKSIRAN PPH TAHUN BERJLN J._LABARUGI_SETELAH_PAJAK 3.004.472.025,83 3.004.472.025,83
========================================================================
JAM: 6:28:20 TANGGAL CETAK: 31‐12‐2009
I. PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang
Sektor perbankan memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, hal tersebut dikarenakan industri
ini menguasai 80 persen aset seluruh sektor keuangan, seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, sekuritas dan pegadaian. Oleh karena
itu fungsi intermediasi yang dimiliki bank selalu menjadi sorotan dalam menentukan kinerja suatu bank Infobank, 2008.
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dimulai sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan salah satu pokok materinya yaitu “Kemudahan pelaksanaan prinsip syariah dalam
kegiatan usaha bank, dengan dimungkinkannya bank umum untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan sekaligus
menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah”. Dengan adanya undang-undang ini, perbankan syariah di Indonesia
mendapat kesempatan yang lebih luas untuk berkembang dan melakukan kegiatan usahanya. Berdasarkan statistik Perbankan Indonesia,
perkembangan Perbankan Syariah dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Perkembangan jaringan kantor bank syariah nasional Kelompok
Bank 2000 2001
2002 2003
2004 2005 2006 2007
2008 Jumlah Bank
Bank Umum Syariah BUS
2 2 2 2 3 3 3 3 5 Unit Usaha Syariah
UUS 3 3 6 8 15 19 20 26 27
Jumlah Kantor Bank
BUS + UUS 62
96 127
253 355
504 531
597 820
Office Channeling _ _ _ _ _ _ _
456 1195
BPRS 78 81 83 84 88 92 105
114 131
Total 140 177 210 337 443 596 1092
1906 2421
Sumber: www.bi.go.id
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi
intermediary institution, yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaannya adalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga
tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan profit lost sharing principle. Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank
berasal dari dana simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga DPK yang berupa simpanan tabungan, giro dan deposito Kasmir dalam Rohaeni
2009. Sumber dana tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
Berdasarkan statistik perbankan Indonesia di akhir tahun 2007, 76.48 persen dari aset perbankan syariah digunakan untuk pembiayaan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemberian pembiayaan merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Pembiayaan dalam
Bank Syariah terbagi menjadi tiga jenis yaitu pembiayaan berdasarkan bagi hasil, pembiayaan jual beli dan pembiayaan berdasarkan sewa operasional.
PT. Bank X merupakan bank syariah yang menguasai pangsa pasar paling besar di industri perbankan syariah pada tahun 2009,
baik untuk aset 33,84 persen, DPK 38,84 persen, maupun pembiayaan 33,73 persen.
Pertumbuhan ketiga komponen tersebut berada di atas pertumbuhan industri
perbankan syariah yang sebesar 30 persen. Pada akhir tahun 2009
pertumbuhan laba PT. Bank X mengalami pertumbuhan yang mencapai 48,47persen dari tahun sebelumnya dan fungsi Intermediasi yang dijalankan
oleh PT. Bank X pun cukup baik hal tersebut tercermin dari nilai financing to deposit ratio FDR yang mencapai 83,07 persen www.bankx.co.id.
Perkembangan perekonomian
di Indonesia yang semakin meningkat mengakibatkan persaingan di industri perbankan terutama perbankan syariah
semakin kompetitif, dan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PT. Bank X . PT. Bank X , harus mampu mempertahankan keunggulan yang
dimilikinya dalam industri perbankan syariah, serta memanfaatkan peluang