Laba Bank X KCP Uji Normalitas

Bank X KCP yang menunjukkan kondisi lebih baik cenderung mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Perbandingan pertumbuhan DPK dan pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut. 104 51 24 24 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 DPK Pembiayaan Gambar 14. Diagram perbandingan pertumbuhan DPK dan pembiayaan Bank X KCP Periode 2007-2009. Bank X KCP, data diolah. Gambar 14 memperlihatkan bahwa Bank X KCP mampu memperbaiki kondisi likuiditasnya, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan DPK pada Bank X KCP lebih besar dari pertumbuhan pembiayaannya. Pada tahun 2008 DPK tumbuh sebesar 104 persen dari tahun 2007, sedangkan pembiayaan tumbuh 24 persen. Dan pada tahun 2009 pertumbuhan DPK mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 53 persen menjadi 51 persen, sementara itu pertumbuhan pembiayaan tetap dengan pertumbuhan sebesar 24 persen, meskipun demikian pertumbuhan DPK tetap lebih besar dari pertumbuhan pembiayaan.

4.6. Laba Bank X KCP

Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan perusahaan tersebut dalam mengelola usahanya, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaannya. Laba juga dapat dijadikan tolak ukur keefektifan suatu perusahaan. Peningkatan laba dari periode ke periode berikutnya dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Bank X KCP yang merupakan perusahaan profit oriented memperoleh laba yang berasal dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Kegiatan operasional memberikan sumbangan laba lebih besar dari non operasional terutama berasal dari margin dan bagi hasil pembiayaan. Diagram perkembangan laba bersih pada Bank X KCP per empat bulan pada tahun 2007 – 2009 ditunjukkan oleh Gambar 15. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa laba yang terdapat pada Bank X KCP terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2007 laba menunjukkan nilai Rp 1.617.607.800,89, dan meningkat 14 persen pada tahun berikutnya menjadi Rp 3.879.072.567,64. Sedangkan pada tahun 2009 hanya tumbuh sebesar 4,1persen menjadi Rp 5.480.301.280,12. Meskipun demikian secara keseluruhan kinerja Bank X KCP berada pada kineja baik, karena laba setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Gambar 15. Diagram perkembangan laba Bank X KCP Periode 2007-2009. Bank X KCP, data diolah.

4.7. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan,

Financing To Deposit Ratio Terhadap Laba Analisis dilakukan untuk melihat pengaruh Penghimpunan dana dan penyaluran dana, serta fungsi intermediasi yang tercermin dari Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Financing To Deposit Ratio terhadap laba bersih perusahaan.

4.7.1 Analisis Regresi Berganda

Hasil pengolahan regresi berganda antara laba sebagai variabel dependen dan DPK, pembiayaan, serta FDR sebagai variabel independen dapat dilihat pada Gambar 16 berikut. Gambar 16. Hasil analisis regresi Bank X KCP, data diolah Gambar 16 memperlihatkan bahwa model regresi yang terbentuk yaitu Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR........ . 4 Namun, model pada persamaan 4 tidak dapat digunakan, karena terjadi kendala multikolinearitas. Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen terdapat hubungan yang erat. Identifikasi adanya multikolinieritas dalam model dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factors VIF. Multikolinieritas dapat diidentifikasi pada parameter yang memiliki nilai VIF ≥ 5 Iriawan dan Astuti, dalam Rismayanti, 2009. Nilai VIF variabel DPK, Pembiayaan dan FDR dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Regression Analysis: Laba versus DPK; Pembiayaan; FDR The regression equation is Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -25,32 26,21 -0,97 0,378 DPK -3,477 2,537 -1,37 0,229 94,0 Pembiayaan 5,410 2,361 2,29 0,071 12,5 FDR -4,772 2,851 -1,67 0,155 51,5 S = 0,403258 R-Sq = 87,4 R-Sqadj = 79,9 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 3 5,6449 1,8816 11,57 0,011 Residual Error 5 0,8131 0,1626 Total 8 6,4580 Source DF Seq SS DPK 1 4,7710 Pembiayaan 1 0,4184 FDR 1 0,4556 Tabel 8. Nilai VIF dalam model regresi Prediktor VIF DPK 94 Pembiayaan 12,5 FDR 51,5 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP data diolah

4.7.2 Analisis Korelasi

Pada tahap ini, dihasilkan nilai korelasi antar variabel independen serta nilai korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai korelasi antar variabel independen dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya multikolinearitas. Iriawan dan Astuti dalam Rismayanti 2009 menyatakan bahwa multikolinearitas dalam kasus dapat dideteksi apabila: - Terdapat korelasi yang kuat antar variabel independen yang ditandai dengan nilai korelasi mendekati 1 - Tanda parameter model berlawanan dengan tanda nilai korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 9 menunjukkan nilai korelasi antar variabel pada Bank X KCP. Tabel 9. Nilai korelasi antar variabel DPK, pembiayaan, FDR, dan laba pada Bank X KCP Variabel Laba DPK Pembiayaan DPK Nilai Korelasi 0,860 p-value 0,003 Pembiayaan Nilai Korelasi 0,873 0,870 p-value 0,002 0,002 FDR Nilai Korelasi -0,820 -0,970 -0,746 p-value 0,007 0,000 0,021 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP data diolah Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa variabel pembiayaan menunjukkan korelasi yang paling kuat diantara ketiga variabel independen yang lain terhadap laba dengan pengaruh positif, yaitu dengan nilai korelasi sebesar 0,873. Dengan menggunakan taraf nyata 5 persen, p-value korelasi antara laba dan pembiayaan adalah 0, 002. Nilai p-value cukup signifikan untuk menolak H o , yang berarti bahwa Laba dan pembiayaan memiliki korelasi sangat kuat Nugroho dalam Rohaeni, 2009. Variabel laba dan DPK juga memiliki nilai korelasi yang sangat kuat, dengan nilai korelasi yang mencapai 0,860 dan nilai p-value 0,003. Sama halnya dengan kedua variabel independen tersebut, variabel FDR pun memiliki korelasi yang sangat dengan laba yaitu 0,820 dengan p-value 0,007 tetapi dengan pengaruh negatif. Berdasarkan Tabel 6 ketiga variabel independen tersebut mempunyai korelasi sangat kuat terhadap laba. Tabel 8 memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang cukup erat adalah DPK dan FDR dengan nilai korelasi -0,970 dengan nilai p-value 0. Dengan menggunakan taraf nyata 5persen, p-value cukup signifikan untuk menolak H o , yang berarti bahwa DPK dan FDR mempunyai korelasi yang erat. Korelasi yang sangat kuat juga ditunjukkan oleh variabel pembiayaan dan DPK dengan nilai korelasi 0,87. Pembiayaan dan FDR pun menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai korelasi 0,746 dengan pengaruh negatif. Korelasi yang cukup erat antara ketiga variabel independen di atas mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa model regresi pada persamaan 4 mengalami kendala multikolinieritas karena VIF 5. Kendala multikolnieritas pada model dapat diatasi dengan menggunakan analisis komponen utama.

4.7.3 Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama Principal Component Analysis digunakan untuk mengatasi kendala multikolinearitas. Dengan analisis komponen utama, persamaan yang terbentuk bebas dari masalah multikolinearitas tanpa menghilangkan peubah bebas yang mengalami korelasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis komponen utama yaitu Ulfah, 2006: 1. Membakukan variabel DPK, pembiayaan, FDR menjadi Z Hasil pembakuan dalam minitab dengan menggunakan rumus: Z= …………………………………………………5 Ket: Z = hasil pembakuan variabel X Xi = variabel independen ke- i = rata-rata variabel independen ke-i Si = Standar Deviasi ke-i i = 1,2,3, Hasil pembakuan variabel DPK, pembiayaan dan FDR menjadi Z dapat dilihat pada Tabel 10 berikut Tabel 10. Pembakuan peubah-peubah X No. Z 1 Z 2 Z 3 1 -1,55455 -1,7582 1,27731 2 -1,08847 -0,7128 1,1921 3 -0,70247 -0,52534 0,71746 4 -0,63875 0,05381 0,96567 5 0,41808 -0,06292 -0,70909 6 0,64942 0,06765 -0,9827 7 0,86516 0,18199 -0,76355 8 0,8715 1,00183 -0,78421 9 1,18008 1,75398 -0,91301 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP 2007-2009 data diolah 2. Menentukan akar ciri dan vektor ciri Akar ciri dapat dilihat dari niai Eigenvalue pada output analisis komponen utama dengan minitab 14. Sebagian ahli menganjurkan agar memilih komponen utama yang akar cirinya lebih besar dari satu, karena jika akar cirinya lebih kecil dari satu, keragaman data yang dapat dijelaskan oleh komponen Principal Component Analysis: z1; z2; z3 Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue 2,7274 0,2661 0,0065 Proportion 0,909 0,089 0,002 Cumulative 0,909 0,998 1,000 Variable PC1 PC2 PC3 z1 -0,602 -0,168 -0,781 z2 -0,552 0,794 0,256 z3 0,577 0,585 -0,570 utama tersebut kecil sekali. Sedangkan vektor ciri dapat dilihat dari nilai Pc i . Berdasarkan Gambar 17, terlihat bahwa akar ciri pertama menjelaskan sekitar 90,9 persen dari keragaman total, akar ciri yang kedua menjelaskan 8, 9 persen dan akar ciri yang ketiga 0,2 persen. Hal ini berarti bahwa dari tiga komponen utama yang diturunkan dari matriks korelasi antar peubah bebas, hanya sebuah komponen utama yang memegang peranan penting dalam menerangkan keragaman total data, yaitu komponen utama pertama atau akar ciri yang lebih besar dari 1. Gambar 17. Akar ciri dan vektor ciriBank X KCP, data diolah. 3. Menentukan jumlah komponen utama yang digunakan Komponen-komponen utama yang dibentuk tidak semuanya digunakan. Morrison dalam Ulpah 2006 menyarankan agar memilih komponen-komponen utama yang mempunyai keragaman kumulatif kira-kira 75 persen. Banyaknya komponen utama yang ditentukan juga dapat dilihat dari plot scree dengan melihat letak terjadinya belokan dengan menghapus komponen utama yang menghasilkan beberapa nilai eigen kecil membentuk pola garis lurus, Plot Scree ditunjukkan oleh Gambar 18. Component Number E ig e n v a lu e 3 2 1 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Scree Plot of Z1 ; ...; Z3 Gambar 18. Plot Scree komponen utama. Gambar Plot Scree terlihat bahwa komponen pertama sudah menunjukkan belokan yang curam, sehingga hanya komponen utama pertama saja yang akan digunakan. Berdasarkan nilai Eigenvalue dan plot scee di atas, dengan demikian komponen utama yang diambil adalah komponen utama pertama W 1 yang merupakan kombinasi linier Z dan dapat dinyatakan dalam persaman berikut: W 1 = -0,602 Z 1 -0,552 Z 2 + 0,577 Z 3 ................................…...6 Tabel skor komponen utama dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagai berikut Tabel 11. Skor komponen utama W No. W 1 W 2 W 3 1 2,64352 -0,38724 0,035838 2 1,73638 0,314292 -0,01231 3 1,12677 0,120646 0,004961 4 0,91166 0,714724 -0,03837 5 -0,62582 -0,53485 0,061968 6 -0,99498 -0,6301 0,070781 7 -1,06165 -0,44734 -0,19342 8 -1,5302 0,190059 0,022896 9 -2,20568 0,659802 0,047644 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP data diolah Ket: Wi = Komponen utama ke-i, i=1,2,3 . 4. Meregresikan komponen utama Setelah dihitung skor komponen utama seperti yang tertera pada Tabel 11 di atas, maka langkah selanjutnya adalah meregresikan komponen utama W 1 yang terdapat pada Tabel 11, terhadap laba Bank X KCP. Hasil regresi dapat dilihat pada Gambar 19 di bawah ini. Gambar 19. Hasil analisis regresi laba tehadap W 1 5. Transformasi W menjadi Z Hasil regresi komponen utama yaitu: Laba = 20,6 – 0,485 W 1 Hasil analisis regresi ditransformasikan kedalam persamaan 6 menghasilkan persamaan 7 Lampiran 3. Laba = 20,6 + 0,29197 Z 1 +0,26772 Z 2 - 0,279845 Z 3 ……7 Ket: W = Komponen utama Z = Hasil pembakuan variabel independen 6. Transformasi Z menjadi X Hasil transformasi Z menjadi X Lampiran 3 akan menghasilkan model akhir dari persamaan regresi sebagai berikut: Regression Analysis: Laba versus w1 The regression equation is Laba = 20,6 - 0,485 w1 Predictor Coef SE Coef T P Constant 20,6357 0,1449 142,43 0,000 w1 -0,48515 0,09305 -5,21 0,001 S = 0,434638 R-Sq = 79,5 R-Sqadj = 76,6 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 5,1357 5,1357 27,19 0,001 Residual Error 7 1,3224 0,1889 Total 8 6,4580 Laba= - 21,9215 + 0, 535 X 1 + 1,25287 X 2 – 0, 780 X 3 ……..8 dengan, X 1 = DPK X 2 = Pembiayaan X 3 = FDR Dalam model tersebut laba akan dipengaruhi oleh tiga variabel independen, yaitu DPK, pembiayaan dan FDR. Nilai R- Square menunjukkan seberapa besar keterandalan model tersebut atau seberapa besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel –variabel penjelas tersebut. Nilai R-Square sebesar 79,5 persen berarti bahwa sebesar 79,5 persen variasi sampel laba Bank X KCP dapat dijelaskan oleh model Gambar 18. Nilai R-Square Adjusted, 76,6 persen digunakan untuk membandingkan model terbaik. Semakin tinggi nilai Nilai R- Square Adjusted , maka model tersebut semakin baik.

4.7.4 Uji Asumsi Klasik Regresi

Regresi yang baik memiliki persyaratan uji-uji klasik yaitu uji normalitas, uji heteroskedastitas, dan uji autokorelasi. Oleh karena itu model regresi akan diuji untuk mengetahui apakah model regresi layak atau tidak.

a. Uji Normalitas

Uji normallitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model regresi tentang kenormalan residual model. Pengujian kenormalan dilakukan dengan statistik kolgomorov-smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah: Ho: Residual berdistribusi normal H1: Residual tidak berdistribusi normal Daerah penolakan hipotesis atau residual dikatakan tidak berdistribusi normal adalah jika nilai kolgomorov- smirnov KS KS 1- α pada sejumlah pengamatan n tertentu dan jika p-value α apabila statistik kolgomorov-smirnov dikonversikan kedalam p-value Iriawan dan Astuti dalam Rohaeni, 2009. Plot distribusi normal residual ditunjukkan pada Gambar 20. Uji kolgomorov-smirnov dilakukan menggunakan α sebesar 5persen. Nilai Statistik KS 1- α untuk α = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 9 pengamatan adalah 0,430. Dari Gambar 20 diketahui bahwa nilai statistik kolgomorov-smirnov KS adalah 0,240 nilai KS tabel yaitu 0,430 dan p-value memiliki nilai 0,139 dimana nilai tersebut lebih besar dari α yang bernilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi kenormalan. RESI 2 P e rc e n t 1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0,139 - 9,86865E- 15 StDev 0,4066 N 9 KS 0,240 P- Value Pr obability Plot of RESI 2 Normal Gambar 20. Uji normallitas residual pada regresi Bank X KCP, data diolah

b. Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia

3 94 97

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequancy Ratio, dan Operational Eficiency Terhadap Pertumbuhan Tingkat Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI untuk Periode 2009-2011

3 122 107

Analisis Strategi Pemasaran Produk Pendanaan Untuk Peningkatan Dana Pihak Ketiga Pada PT. Bank Aceh Cabang Medan

2 67 111

Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 29 79

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMINGFINANCING DAN FINANCING TO DEPOSIT RASIO TERHADAP analisis pengaruh dana pihak ketiga, non performing financing, financing to deposit rasio terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di indonesia

0 3 17

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMINGFINANCING DAN FINANCING TO DEPOSIT RASIO TERHADAP analisis pengaruh dana pihak ketiga, non performing financing, financing to deposit rasio terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di indonesia

0 3 18