0,43 0,52
0,05 Tabungan
Deposito Giro
Gambar 9. Komposisi DPK Bank X KCP periode 2007-2009. Bank X KCP, data diolah.
Giro memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 5persen, hal tersebut karena bank tidak menjanjikan nisbah ataupun margin kepada
nasabah giro, akan tetapi nasabah akan mendapatkan bonus dari simpanannya tersebut, dimana pemberian bonus tergantung dari kinerja
PT. Bank X . Hal inilah yang menyebabkan nasabah kurang tertarik untuk menginvestasikan dalam bentuk giro. Sedangkan tabungan memberikan
kontribusi yang tidak jauh berbeda dengan deposito yaitu sebesar 43persen.
4.4. Penyaluran Dana Bank X KCP
Pembiayaan merupakan produk-produk perbankan dalam penyaluran dana, yang berarti penyediaan dana dan atau barang serta
fasilitas lainnya kepada nasabah yang tidak bertentangan dengan konsep syariah dan standar akuntansi perbankan yang berlaku. Pembiayaan
tersebut bisa berbentuk jual beli, bagi hasil dan jasa-jasa lain. Dana yang didapatkan untuk pembiayaan sebagian besar berasal dari DPK. Bank
harus meningkatkan prinsip kehati-hatiannya dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, karena pembiayaan yang disalurkan bank
syariah tersebut secara langsung akan mempengaruhi laba perusahaan. Oleh karena itu bank harus lebih selektif dalam menyalurkan
pembiayaannya kepada masyarakat. Proses penyaluran pembiayaan berbeda dengan penyaluran kredit.
Ketika bank syariah akan memberikan pembiayaan kepada nasabah, maka pihak bank akan mempelajari permohonan pembiayaan yang diajukan oleh
nasabah, dan menentukan struktur pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan dana nasabah. Mayoritas struktur pembiayaan yang digunakan
menggunakan prinsip bagi hasil dan jual beli. Sumber pembiayaan pada Bank X KCP berasal dari seluruh DPK
yang berhasil dihimpun oleh Bank X KCP, dan aktiva antar kantor, yaitu sumber dana yang diperoleh dari kantor cabang Bank X. Komposisi
pembiayaan pada Bank X KCP berdasarkan Gambar 10 menunjukkan bahwa selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil mendominasi penyaluran dana yaitu sebesar 89,07 persen, sedangkan pembiayaan dengan prinsip jual beli memberikan
kontribusi sebesar 9,32 persen dan pembiayaan dengan prinsip sewa hanya sebesar 1,61 persen. Berdasarkan besarnya risiko, pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil memberikan risiko yang lebih besar dari pembiayaan dengan prinsip jual beli, karena ketika bank memberikan fasilitas
pembiayaan bagi hasil, apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut mengalami kerugian maka pihak bank pun akan rugi, berbeda
dengan prinsip jual beli dimana bank akan mendapatkan margin yang sudah jelas nilainya ketika akad.
Gambar 10 memperlihatkan bahwa mayoritas pembiayaan yang disalurkan Bank X KCP menggunakan prinsip bagi hasil. Strategi yang
digunakan Bank X KCP untuk meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan yaitu dengan menawarkan jenis pembiayaan PKPA. PKPA,
Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya, adalah fasilitas penyaluran pembiayaan kepada anggota koperasi karyawan,
dimana bank bekerjasama dengan pengurus koperasi dalam menyiapkan dana untuk kebutuhan dana anggota koperasi, pembiayaan ini
menggunakan skim mudharabah, sehingga bank dan pengurus koperasi akan mendapat nisbah yang telah disepakati ketika akad. Jenis
pembiayaan tersebut juga lebih sering digunakan karena lebih efektif dan efisien. Keefektifan dan keefisienan dari produk PKPA tersebut terlihat
dari waktu dan biaya yang digunakan oleh pihak bank lebih sedikitberkurang ketika melakukan solisit analisa agunan dan
mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pembiayaan. Hal tersebut juga mempermudah calon debitur untuk mengajukan
pembiayaan dengan nilai nominal yang tidak terlalu besar, karena salah satu persyaratan pembiayaan untuk individu adalah minimal pengajuan
pembiayaan 50 juta rupiah. Berikut komposisi pembiayaan yang terdapat pada Bank X KCP.
89,07 9,32 1,61
Bagi Hasil
Jual Beli
Sewa
Gambar 10. Komposisi pembiayaan Bank X KCP periode 2007-2009.Bank X KCP, data diolah.
Total pembiayaan yang terdapat di Bank X KCP terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan tetap yaitu 24persen
pada tahun 2008 dan 2009. Pertumbuhan pembiayaan per empat bulan cenderung fluktuatif. Pembiayaan sempat mengalami penurunan pada
empat bulan kedua di tahun 2008 yaitu sebesar 2 persen dari empat bulan pertama yang pertumbuhannya mencapai 13 persen, hal tersebut
dikarenakan plafon pembiayaan tidak bertambah dan outstanding terus berkurang, sehingga Bank X KCP perlu waktu untuk memproses
pembiayaan kembali, misalnya mengajukan penawaran pembiayaan, melakukan solisit atau melakukan analisis agunan, melakukan akad, dan
lain sebagainya. Namun hal tersebut dapat segera diperbaiki oleh pihak manajemen, terbukti pembiayaan meningkat sebesar 3persen di empat
bulan berikutnya dan terus meningkat di empat bulan selanjutnya. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, tetapi pada empat bulan ketiga di tahun 2008 mengalami penurunan dari empat bulan sebelumnya, hal tersebut dikarenakan nasabah
khawatir dengan krisis yang terjadi pada bulan Oktober 2008 sehingga nasabah memperpanjang waktu pencairan dari plafon yang pernah
diajukkan ketika akad. Sedangkan untuk pembiayaan dengan prinsip jual beli, nilainya cenderung meningkat pada periode penelitian. Krisis global
tidak terlalu berpengaruh pada jenis pembiayaan ini, terbukti pembiayaan pada periode April 2008 sampai dengan Desember 2008 terus meningkat.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli terbesar terjadi pada bulan Desember 2009 yaitu sebesar Rp 7.512.974.942 dan pembiayaan dengan prinsip jual
beli dengan jumlah terkecil terjadi pada bulan April tahun 2008 yaitu Rp 759.501.918. Sedangkan pembiayaan sewa memperlihatkan nilai yang
cenderung fluktuatif dengan nilai terbesar pada periode Desember 2009 yaitu Rp 1.617.722.583, dan pembiayaan sewa terkecil terjadi pada
periode Desember 2007 yaitu sebesar Rp 153.778.163.
Tabel 7. Persentase tingkat pertumbuhan penyaluran pembiayaan per empat bulan pada periode 2007-2009
Periode Bagi Hasil
Jual Beli Sewa
Total Pembiayaan Tingkat
Pertumbuhan Apr-07 18.624.497.317 1.055.740.224 190.428.984 19.870.666.525
- Agust-07 23.604.999.862 1.085.426.673 153.988.014
24.844.414.549 0,25
Des-07 24.788.438.276 917.571.920 153.778.163 25.859.788.359 0,04
Jumlah 67.017.935.455 3.058.738.817 498.195.161 70.574.869.433 -
Apr-08 28.082.036.895 759.501.918 425.005.419 29.266.544.232 0,13
Agust-08 27.339.554.668 767.804.130 438.245.726
28.545.604.524 0,02
Des-08 25.768.844.232 3.584.440.193 240.478.056 29.353.284.425 0,03
Jumlah 81.190.435.795 5.111.746.241 1.103.729.202 87.165.433.182
0,24
Apr-09 26.042.157.060 3.814.339.163 222.797.918 30.079.294.141 0,02
Agust-09 30.301.401.237 5.537.144.821 874.972.364 35.838.546.058
0,19 Des-09 34.574.406.495 7.512.974.942 1.617.722.583
42.087.381.437 0,17
Jumlah 90.917.964.792 16.864.458.926 2.715.492.865 108.005.221.636
0,24
Pada tahun 2007, selama empat bulan berturut-berturut pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan pembiayaan sewa pada Bank X
KCP terus mengalami peningkatan, akan tetapi pada empat bulan terakhir pembiayaan dengan prinsip jual beli menurun menjadi Rp 917,5 juta dari empat
bulan sebelumnya yang mencapai Rp 1,08 miliyar. Akan tetapi jika dilihat per
tahunnya dan secara total pembiayaan, ketiga pembiayaan tersebut terus mengalami peningkatan. persentase tingkat pertumbuhan pembiayaan serta jumlah
komposisi pembiayaan pada Bank X KCP dapat dilihat pada Tabel 7. dan grafik perkembangan pembiayaan pada Bank X KCP dapat dilihat pada Gambar 11 di
bawah ini.
5.000.000.000 10.000.000.000
15.000.000.000 20.000.000.000
25.000.000.000 30.000.000.000
35.000.000.000 40.000.000.000
45.000.000.000
Apr-07 Agust-07
Des-07 Apr-08
Agust-08 Des-08
Apr-09 Agust-09
Des-09
Gambar 11. Grafik perkembangan pembiayaan Bank X KCP Periode 2007-2009. Bank X KCP, data diolah.
4.5. Perkembangan Financing To Deposit Ratio