Penelitian Pendahuluan MODIFIKASI PATI DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT HMT

37 pemanenan umbi singkong. Selain itu. Radley 1976 yang diacu dalam Rahman 2007 mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan umbi singkong untuk mencapai kematangan sangat tergantung pada iklim dan lokasi penanamannya. Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa. amilopektin. dan bahan antara seperti lipid dan protein Greenwood 1976. Kandungan amilosa pada pati berperan penting mempengaruhi karakteristik fungsional pati itu sendiri. Oleh karena itu. kuantifikasi terhadap kandungan amilosa pada pati perlu dilakukan untuk mengetahui aplikasi pengolahan dan kualitas yang dihasilkan Mboungeng et al. 2008. Kadar amilosa yang diperoleh pada tapioka dan maizena sebesar 28.51 dan 33.37 Tabel 10. Kadar amilosa tapioka yang diperoleh relatif sama dengan yang dilaporkan Pangestuti 2010 untuk varietas yang sama yaitu 28.35. Perbedaan kadar amilosa tapioka dapat disebabkan perbedaan umur tanaman Hoseney 1998 dan atau perbedaan varietas Hoseney 1998; Rahman 2007. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Mweta et al. 2008 yang meneliti kadar amilosa dari 10 varietas singkong yang bervariasi yaitu 16.96-28.25. Kadar amilosa maizena yang diperoleh dari penelitian sebelumnya juga bervariasi dengan nilai 22.4-32.5 Singh et al. 2003; 23.4 Srichuwong et al. 2005; dan 25 Robyt 2008. Kadar amilopektin diperoleh dari selisih kadar pati dengan amilosa. Rasio amilosa dan amilopektin bervariasi terhadap sumber pati Tester et al. 2004. Tapioka memiliki nilai pH yang lebih rendah dibanding maizena. Rendahnya nilai pH pada tapioka dapat disebabkan oleh kandungan bahan pengotor Mishra dan Rai 2006; Mboungeng et al. 2008. Namun demikian. nilai pH tapioka masih berkisar pada standar menurut The Tapioca Institute of America TIA yaitu 4.5-6.5. Nilai pH pada bahan pangan penting untuk diperhatikan terutama untuk diaplikasikan pada produk, mengingat beberapa sifat fungsional pati dapat dipengaruhi oleh nilai pH. Winarno 1992 menyatakan bahwa pembentukan gel optimum terjadi pada pH 4-7, sehingga baik tapioka maupun maizena berada pada rentang pH untuk membentuk gel yang baik.

B. MODIFIKASI PATI DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT HMT

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan waktu pemanasan microwave menggunakan maizena yang kadar airnya diatur mencapai 25 bb. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kombinasi perlakuan modifikasi yang menghasilkan profil amilografi yang diinginkan yaitu viskositas puncak, breakdown, dan setback yang lebih rendah dari pati native-nya. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan mode pemanasan low, medium low, dan medium; serta waktu pemanasan dari 15 menit hingga 4 jam. Pati termodifikasi yang dihasilkan lalu dianalisis profil amilografinya. Tabel 11 memperlihatkan hasil analisis amilografi dari beberapa perlakuan modifikasi HMT pada maizena yang diuji cobakan. Pemilihan mode dan peningkatan waktu pemanasan terlihat mempengaruhi suhu pemanasan yang dihasilkan. Peningkatan suhu yang disebabkan peningkatan waktu ditunjukkan pada modifikasi HMT dengan mode pemanasan low. Suhu pemanasan pada modifikasi HMT dipantau secara periodik menggunakan termometer. Suhu yang tertulis pada Tabel 11 merupakan suhu yang tercatat pada akhir proses. Suhu yang tercatat mengindikasikan besarnya energi panas yang diterima pati selama modifikasi berlangsung. Pemilihan waktu modifikasi dilihat dari besarnya suhu proses yang tercatat. 38 Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan. diperoleh perlakuan modifikasi dengan mode pemanasan low pada waktu pemanasan 2 dan 4 jam. Waktu modifikasi 2 dan 4 jam dipilih karena modifikasi HMT mampu meningkatkan suhu pasting dan menurunkan viskositas dibandingkan pati native-nya sehingga menunjukkan kestabilan pasta pati terhadap pemanasan dan pengadukan yang lebih baik. Sementara perlakuan lainnya cenderung menghasilkan profil amilografi pasta yang tidak terlalu berbeda. Beberapa perlakuan lainnya bahkan terlihat gosong akibat tingginya mode dan waktu pemanasan yang diterapkan saat modifikasi HMT. Oleh karena itu. dalam modifikasi HMT selanjutnya dilakukan dengan kombinasi kadar air sebesar 20 dan 25 dengan waktu pemanasan 2 dan 4 jam pada mode pemanasan low. Akan tetapi. waktu modifikasi pada tapioka lalu diperpanjang menjadi 7 jam. Waktu pemanasan yang lebih panjang diterapkan mengingat studi yang dilakukan Lewandowicz et al. 1997 pada HMT tapioka dengan microwave dengan kadar air hingga 20-35 dan waktu modifikasi mencapai 2.5 jam belum menunjukkan penurunan viskositas yang signifikan serta kelarutan yang masih cukup besar pada pemanasan mencapai 68 o C. Waktu pemanasan yang lebih ekstrem dipilih untuk mengetahui sensitivitas tapioka terhadap perlakuan modifikasi HMT pada karakteristik fungsional yang dihasilkan. Tabel 11 . Profil amilografi dari beberapa perlakuan uji coba modifikasi HMT Perlakuan T proses o C Parameter amilografi cP mode: k.air - waktu menit Tp o C PV HPV BV SV FV Maizena native - 73.70 4167 2081 2086 1831 3912 Low:25-30 57.5 73.25 4104 2139 1965 1896 4035 Low:25-60 70 74.90 3667 2065 1602 1768 3833 Low:25-90 72 74.50 3754 2107 1647 1813 3920 Low:25-120 76 74.50 3677 2003 1674 1671 3674 Low:25-240 78 74.45 3450 1629 1821 1765 3394 Medium low:25-30 80 73.25 4338 2268 2070 2422 4690 Medium low:25-60 - Tidak dianalisis, pati gosong pada menit ke 40 Medium:25-15 89 72.00 3506 1763 1743 2002 3765 Medium:25-30 - Tidak dianalisis, pati gosong pada waktu lebih dari 15 menit Suhu T proses dihitung pada akhir proses modifikasi HMT Keterangan: suhu pasting Tp,. peak viscosity PV, hot paste viscosity HPV, breakdown viscosity BV, setback viscosity SV, dan final viscosity FV

2. Modifikasi HMT dengan Kombinasi Kadar Air dan Waktu Terpilih