17
Firmness  gel  disebabkan  oleh  retrogradasi  yang  berhubungan  dengan  sineresis  dan kristalisasi amilopektin yang menyebabkan terbentuknya gel yang keras Miles  et al. 1985. Pati
yang menunjukkan gel yang lebih keras cenderung memiliki kandungan amilosa tinggi dan rantai amilopektin  yang  lebih  panjang  Mua  dan  Jackson  1997. Karakteristik  mekanis  gel  tergantung
pada  beberapa  hal  yaitu  karakteristik  reologi  matriks  amilosa,  fraksi  volume,  dan  rigiditas  dari granula  pati  yang  tergelatinisasi.  maupun  interaksi  antara  fase  gel  yang  terdispersi  dan  kontinu
Hoover  2001.  Faktor-faktor  tersebut  juga  tergantung  pada  kandungan  amilosa  dan  struktur amilopektin Yamin et al. 1999.
Gel  pati  merupakan  sistem  yang  tidak  stabil  dan  akan  mengalami  perubahan  struktur selama penyimpanan Ferrero et al. 1994. Jika gel dibiarkan selama beberapa hari. air tersebut
dapat keluar dari bahan. Keluarnya cairan dari suatu gel pati disebut  sebagai sineresis Winarno 1992.  Sehingga  jumlah  air  yang  keluar  sineresis  dapat  digunakan  sebagai  indikator
kecenderungan terjadinya retrogradasi pada pati Karim et al. 2000. Kecenderungan retrogradasi yang  tinggi  disebabkan  kristalisasi  yang  terjadi  pada  molekul  amilosa  rantai  pendek  dan
amilopektin rantai panjang Peroni et al. 2006.
H. MODIFIKASI PATI
Setiap  jenis  pati  memiliki  karakteristik  dan  sifat  fungsional  berbeda.  Sumber  tanaman, kondisi  lingkungan,  dan  varietas  diketahui  dapat  mempengaruhi  sifat  fungsional pati  Mweta  et
al.  2008.  Akan  tetapi  penggunaan  pati  alami  secara  luas  sering  kali  terkendala  akibat karakteristik  yang  dimiliki  pati  alami  tersebut  terbatas  dan  tidak  memenuhi  kriteria  dalam
industri.  Pada  umumnya,  pati  alami  menunjukkan  ketahanan  yang  rendah  terhadap  perlakuan pemanasan dan pengadukan, ditambah dengan kecenderungan kerusakan akibat retrogradasi dan
sineresis  yang  tinggi  Dufour  et  al.  2000;  Pongsawatmanit  et  al.  2007.  Oleh  karena  itu  dapat dilakukan modifikasi granula pati untuk mendapatkan karakteristik pati yang diinginkan.
Modifikasi dapat meningkatkan atribut positif yang dimiliki pati native tersebut dan atau mengurangi  karakter  negatifnya.  Alasan  perlu  dilakukannya  modifikasi  pati  adalah:  1  untuk
memodifikasi  karakteristik  pemasakan,  2  mengurangi  kecenderungan  retrogradasi,  3 meningkatkan  kekuatan  menahan  air  pada  dispersi  pati  saat  suhu  rendah,  4  mengurangi
kecenderungan  pembentukan  gel  pada  dispersi  pati,  5  mengurangi  terjadinya  sineresis  pada pembentukan  pasta  maupun  gel,  6  meningkatkan  kejernihan  pasta  dan  gel,  7  meningkatkan
ketahanan  dispersi  saat  penurunan  kekentalan  oleh  asam  maupun  perusakan  secara  fisik,  8 menambah  gugus  hidrofobik  untuk  stabilisasi  emulsi,  dan  8    memasukkan  sifat  ionisasi  pati
asal Be Miller dan Lafayette 1997. Pati yang dimodifikasi dapat digunakan pada industri pangan sehingga  pati  yang  dimodifikasi  dapat  digunakan  dengan  mudah,  viskosias  stabil,  lebih  tahan
terhadap  pr oses  pengolahan  ‟shearing‟ mekanis,  suhu  sterilisasi,  dan  asam,  dan  memberikan
texture range yang luas.  Pati modifikasi merupakan pati yang diberi perlakuan baik secara fisik maupun kimia sehingga mempunyai sifat reologi dan fungsional yang berbeda dari pati aslinya.
Biasanya modifikasi pati secara kimia seperti ikatan silang dan atau asetilasi dilakukan. tetapi  telah  berkembang  ketertarikan  kepada  modifikasi  secara  fisik  panas,  kadar  air,
pengadukan,  atau  iradiasi  khususnya  pada  penggunaan  pati  dalam  industri  pangan.  Hal  ini dikarenakan  perlakuan  modifikasi  secara  fisik  dianggap  lebih  aman  dan  alam  dibandingkan
modifikasi secara kimia Collado et al. 2001.
18
I. MODIFIKASI HEAT-MOISTURE TREATMENT HMT
Salah  satu  modifikasi  fisik  yang  sekarang  berkembang  adalah  heat  moisture  treatment HMT  yaitu  proses  modifikasi  dengan  pemanasan  tinggi  dengan  kadar  air  terbatas  35
Collado  et  al.  2001;  Lim  et  al.  2001.  Energi  yang  diterima  oleh  pati  selama  pemanasan berlangsung  memungkinkan  pelemahan  ikatan  hidrogen  inter-  dan  intramolekul  amilosa  dan
amilopektin dalam granula pati. Kondisi ini memberikan peluang kepada air untuk mengimbibisi granula pati.  Jumlah  air  yang  terbatas menyebabkan  pergerakan  maupun  pembentukan  interaksi
antara  air  dan  molekul  amilosa  atau  amilopektin  juga  terbatas  sehingga  tidak  terjadi  adanya peningkatan  kelarutan  pati  di  dalam  air  selama  pemanasan  berlangsung.  Dengan  kata  lain,
keberadaan  air  yang  terbatas  selama  pemanasan  yang  dilakukan  pada  modifikasi  HMT  belum mampu  membuat  pati  mengalami  gelatinisasi  yang  ditunjukkan  dengan  masih  terjaganya
integritas  granula  pati  termodifikasi.  Namun  demikian,  berbagai  studi  menunjukkan  bahwa imbibisi  air  selama  modifikasi  HMT  berlangsung  menyebabkan  adanya  pengaturan  kembali
molekul  amilosa  dan  amilopektin  di  dalam  granula  pati.  Adanya  pengaturan  kembali  pada molekul  granula  berimplikasi  pada  terjadinya  perubahan  sifat  fisik  dan  kimia  pati  Herawati.
2009. Perubahan  sifat  fisik  yang  terjadi  pada  pati  termodifikasi  HMT  antara  lain  perubahan
profil  amilografi  pati  Collado  dan  Corke  1999;  Collado  et  al.  2001;  Purwani  et  al.  2006; Olayinka  et  al.  2008,  perubahan  karakteristik  termal  melalui  pengujian  Differential  Scanning
Calorymetri  DSC  Collado  dan  Corke  1999;  Vermeylen  et  al.  2006;  Pukkahuta  et  al.  2008, perubahan  volume  pembengkakan  granula  pati  Collado  dan  Corke.  1999; Collado et al.  2001,
dan perubahan kelarutan Collado dan Corke 1999. Sementara itu perubahan kimia yang terjadi pada  pati  termodifikasi  HMT  antara lain terjadinya  peningkatan  fraksi pati  yang  memiliki  berat
molekul  pendek  Lu  et  al.  1996;  Vermeylen  et  al..  2006.  Modifikasi  HMT  menurut  Kulp  dan Lorenz 1981 dapat merubah karakteristik pati karena selama proses modifikasi terbentuk kristal
baru atau terjadi kristalisasi dan penyempurnaan struktur kristalin pada granula pati. Proses HMT juga  dapat  meningkatkan  asosiasi  rantai  antara  amilosa-amilosa  dan  amilosa-amilopektin  pada
zona  amorphous.  memisahkan  fraksi  amilosa  dan  amilopektin.  meningkatkan  kekompakan material di dalam granula akibat adanya tekanan dan interaksi. serta merubah derajat kristalinisasi
pati. HMT dapat merubah karakteristik fisikokimia tepung tanpa merusak granula pati Stute
1992;  Jacobs  dan  Delcour  1998.  HMT  diketahui  dapat  meningkatkan  suhu  gelatinisasi, menurunkan  viskositas  puncak;  pengembangan  granula  dan  pelepasan  amilosa;    viskositas
breakdown;  dan  viskositas  setback,  sehingga  dapat  meningkatkan  stabilitas  granula  terhadap panas  dan  pengadukan  Jacobs  dan  Delcour  1998;  Adebowale  et  al.  2005;  Hormdok  dan
Noomhorm 2007.  Kondisi pati dan proses seperti kadar air, sumber pati, suhu pemanasan,  dan waktu  proses  telah  dilaporkan  dapat  mempengaruhi  karakteristik  pati  termodifikasi  yang
dihasilkan.  Kombinasi  antar  berbagai  faktor  tersebut  dapat  menghasilkan  pati  dengan karakteristik fungsional yang berbeda-beda.
1. Pengaruh Kadar Air
Studi  yang  dilakukan  oleh  Adebowale  et  al.  2005  menunjukkan  bahwa  modifikasi dengan  teknik  heat  moisture  treatment  HMT  dapat  mengubah  profil  gelatinisasi  pati  sorgum
merah  yaitu  dapat  meningkatkan  suhu  gelatinisasi,  meningkatkan  viskositas  puncak,