28
kemudian di tambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
dan dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Setelah itu, tabung kondensor dibilas
dengan air dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Selanjutnya isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml dan kemudian ditritasi dengan HCl 0.02 N yang sudah
distandardisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Penentuan protein pun dilakukan untuk blanko.
� � =
� − × � � × 14.007
� × 100
Kadar protein bb = N x faktor konversi 6.25 �
= 100
− × 100
9. Kadar Lemak Metode Soxhlet Apriyantono et al. 1989
Sampel yang akan dianalisis ditimbang sebanyak 1-2 gram lalu dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas. Bagian atas selongsong kertas yang telah diisi
sampel juga disumbat dengan kapas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80
o
C selama lebih kurang 1 jam. Selongsong kemudian dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah
dihubungkan dengan labu lemak. Sampel diekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam. Pelarut kemudian disuling kembali dan hasil ekstraksi lemak
dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105
o
C. Labu berisi lemak sampel kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang bobotnya. Pengeringan diulangi hingga didapat bobot
yang tetap. �
= −
100 �
= 100
− × 100
Keterangan: a = Bobot labu lemak setelah diekstraksi g b = Bobot labu lemak sebelum diekstraksi g
c = Bobot sampel g
10. Kadar Karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat dihitung sebagai sisa dari kadar air, abu, lemak dan protein. Kadar karbohidrat ditentukan sebagai berikut :
Kadar karbohidrat bb = 100 - air + abu + lemak + protein bb ℎ
= ℎ
100 −
× 100
29
11. Nilai pH Apriyantono et al., 1989
Sampel sebesar 1 gram ditimbang, kemudian ditambahkan 20 ml air. Kocok dengan stirrer sampai basah sempurna. Kemudian ditambahkan 50 ml air dan dihomogenkan. Biarkan
sampel selama 1 jam. Jangan disaring, biarkan mengendap. Ukur pH supernatan sampel. pH diukur dengan menggunakan pH meter terkalibrasi.
12. Kadar Pati Metode Fenol-Sulfat Dubois et al. 1956 dengan modifikasi
a. Pembuatan larutan fenol 5
Fenol standar pereaksi yang terdistilasi sebanyak 50 gram dilarutkan dalam akuades dan ditepatkan hingga volume 1 liter.
b. Persiapan standar kerja glukosa
Standar glukosa larutan stok dibuat dengan cara melarutkan 100 mg glukosa dalam 100 ml akuades. Kemudian dari larutan stok tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dilarutkan dengan
akuades hingga mencapai 100 ml larutan stadar kerja glukosa.
c. Persiapan sampel
Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam etanol 95, aduk merata. Gula-gula sederhana akan larut dalam etanol sementara pati akan mengendap pada dasar gelas piala. Sampel
yang telah dilarutkan tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no. 1. Bilas kembali gelas piala dengan etanol 95 dan pindahkan kembali secara kuantitatif untuk
dilakukan penyaringan. Kertas saring yang terdapat pati basah kemudian dikeringkan dalam desikator semalam. Sampel pati yang telah dikeringkan semalam dikerik dari kertas saring dan
dihaluskan. Ambil sampel pati kering sebanyak 40 mg dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. kemudian larutkan dengan 25 ml akuades dan tutup erlenmeyer dengan alumunium foil.
Panaskan erlenmeyer berisi larutan sampel dengan autoklaf pada suhu 105
o
C selama 60 menit. Angkat dan dinginkan hingga mencapai suhu ruang. Ambil larutan pati dan lakukan pengenceran
40 kali.
d. Analisis kadar pati
Larutan kerja glukosa sebanyak 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; 0.5; 0.6; 0.7; 0.8 ml dipipet ke dalam tabung reaksi bertutup dan buat hingga 1 ml. Pipet juga sebanyak 1,0 ml larutan sampel pati ke
dalam tabung reaksi terpisah lakukan duplo. Untuk blanko siapkan 1 ml akuades pada tabung reaksi terpisah. Larutan fenol 5 sebanyak 1 ml ditambahkan pada masing-masing tabung
kemudian vorteks, dan disusul dengan penambahan 5 ml asam sulfat pekat. Diamkan selama 10 menit. Vorteks kembali dan diamkan ada suhu ruang selama 20 menit. Vorteks kembali dan ukur
absorbansi pada panjang gelombang 490 nm.
30
e. Perhitungan kadar pati
Dengan mengetahui persamaan linear dari kurva standar glukosa, kadar pati dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan linear tersebut untuk mendapatkan
nilai glukosa dalam sampel, kemudian dikonversikan dengan faktor konversi pati 0.9. �
= � �
�� �
0.9 �
= 100
− × 100
13. Kadar Amilosa Metode IRRI Apriyantono et al. 1989
a. Pembuatan larutan iod
Sebanyak 1 gram iodine dan 10 gram KI ditimbang dan tepatkan dengan akuades hingga mencapai volume 500 ml.
b. Pembuatan kurva standar amilosa
Sebanyak 40 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke dalam tabung reaksi tersebut ditambah 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N. Tabung reaksi
dipanaskan dalam air mendidih sekitar 10 menit sampai semua amilosa membentuk gel. Setelah didinginkan, campuran tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan
tepatkan dengan air sampai tanda tera. Sebanyak masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan tersebut dipipet ke dalam labu takar 100 ml. Masing-masing labu takar ditambah asam asetat 1 N
sebanyak 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1 ml, kemudian masing-masing ditambah 2 ml larutan iod dan tepatkan dengan air sampai tanda tera. Setelah didiamkan selama 20 menit, larutan tersebut
diukur absorbasi dari intensitas warna biru yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Buat kurva standar sebagai hubungan antara kadar amilosa sumbu x dengan
absorbansi sumbu y.
c. Analisis sampel
Sebanyak 100 mg contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke dalam tabung reaksi tersebut ditambah 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N. Tabung reaksi dipanaskan
dalam air mendidih sekitar 10 menit untuk menggelatinisasi pati. Setelah didinginkan, campuran tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dan tepatkan dengan air
sampai tanda tera. Sebanyak 5 ml dari larutan tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar. Ke dalam labu takar ditambah 1 ml asam asetat 1 N, lalu ditambah 2 ml larutan iod dan
tepatkan dengan air sampai tanda tera. Setelah didiamkan selama 20 menit, larutan tersebut diukur absorbasi dari intensitas warna biru yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 625 nm.
31
� =
�� 100
� =
100 −
× 100 Keterangan:
C = Konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar mgml V = Volume akhir contoh ml
FP = Faktor pengenceran W = Berat contoh mg
14. Kadar Amilopektin
Pati terdiri dari fraksi amilosa dan amilopektin. Oleh karena itu, kadar amilopektin merupakan selisih antara kadar pati dengan kadar amilosa.
Kadar amilopektin bb = Kadar pati – kadar amilosa
� =
100 −
× 100
15. Kadar Serat Kasar AOAC 1995 dengan modifikasi