58
5. Profil Kejernihan Pasta
Kandungan  amilosa  diketahui  dapat  mempengaruhi  kejernihan  pasta  pati  di  mana semakin rendah kandungan  amilosa  maka  semakin tinggi  pula kejernihan  pasta  yang  dihasilkan
ditunjukkan  dengan  nilai  transmitan  yang  tinggi.  Gambar  26  menunjukkan  tapioka  memiliki
nilai  transmitan  yang  lebih  tinggi  dari  maizena.  Kejernihan  pasta  tidak  secara  langsung dipengaruhi  oleh  asal  tanaman.  Kejernihan  pasta dipengaruhi  oleh  penetrasi  dan  penyerapan air
yang  menyebabkan  pengembangan  granula  yang  kemudian  meningkatkan  transmitan  cahaya Mboungeng et al. 2008.
Gambar 26 . Diagram kejernihan pasta pati native dan termodifikasi
Modifikasi  HMT  berpengaruh  terhadap  penurunan  kejernihan  pasta  pada  pati
termodifikasinya Gambar 26, Lampiran 10. Hal ini ditunjukkan dengan semakin rendah nilai
transmitan  yang  diperoleh  dengan  meningkatnya  waktu  pemanasan.  Menurut  Abraham  1993, penurunan  kejernihan  pasta  disebabkan  terbentuknya  lapisan  keras  pada  granula  akibat
modifikasi. Lapisan keras pada permukaan dapat terbentuk akibat meningkatnya rigiditas granula yang  disebabkan  oleh  HMT.  Peningkatan rigiditas  menyebabkan  air  sulit  berpenetrasi  ke  dalam
granula. Lu et al. 1996 menambahkan bahwa HMT memicu terjadinya degradasi molekul besar amilopektin  sehingga  meningkatkan  molekul  kecil  amilosa.  Degradasi  molekul  ini  terlihat
pada penurunan daerah kristalin yang umumnya dibentuk oleh amilopektin. Amilosa merupakan molekul yang berperan pada proses retrogradasi pati. Proses ini menyebabkan pasta pati menjadi
lebih  opak  Mweta  et  al.  2008  sehingga  menurunkan  nilai  transmitan  pada  pati  termodifikasi. Selain itu adanya komponen tak larut seperti lipid yang dapat membuat kompleks dengan amilosa
mengakibatkan kejernihan pasta menjadi lebih rendah Collado dan Corke 2003. Kecenderungan pati  maizena  termodifikasi  membentukan  kompleks  amilosa-lipid  mengakibatkan  penurunan
kejernihan pasta pati yang cukup besar seperti yang terlihat pada Gambar 26.
6. Profil Derajat Putih
Derajat putih merupakan salah satu penilaian mutu suatu bahan pangan berbentuk tepung khususnya  yang  berasal  dari  ekstraksi  pati.  Derajat  putih  merupakan  daya  memantulkan  cahaya
yang  mengenai  permukaan  benda  tersebut  dibandingkan  dengan  standar  BaSO
4
.  Lampiran  11
menunjukkan  tapioka  memiliki  derajat  putih  rendah  dari  yang  disyaratkan  oleh  SNI.  Rahman
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00
native HMT 25 2 jam
HMT 25 4 jam HMT 25 7 jam
T
tapioka maizena
59
2007  menyatakan  bahwa  derajat  putih  sangat  dipengaruhi  kemurnian  proses  ekstraksi  pati. Ketidakmurnian  pati  yang  terekstrak  dapat  disebabkan  oleh  tingginya  kandungan  serat  dan
pengotor lainnya sehingga pati terlihat kurang cerah Rahman 2007; Mboungeng et al. 2008. Modifikasi  HMT  turut  mempengaruhi  perubahan  pada  derajat  putih  pati  termodifikasi
baik  tapioka  dan  maizena.  Gambar  27  menunjukkan  HMT  berpengaruh  terhadap  penurunan
derajat  putih  pada  pati  termodifikasi.  Semakin  lama  waktu  pemanasan  maka  derajat  putih semakin  menurun.  Pemanasan  selama  modifikasi  mendorong  terjadinya  reaksi  browning  yang
dipicu oleh adanya komponen non karbohidrat lemak, protein, dan enzim polifenolase Sabrina 1990. Reaksi browning menyebabkan pati termodifikasi menjadi lebih gelap.
Gambar 27 . Diagram derajat putih pati native dan termodifikasi
7. Profil Tekstur Gel
Profil tekstur pati native dan termodifikasi disajikan pada Tabel 17. Sementara Gambar 28
memperlihatkan  kurva  analisis  profil  tekstur  gel  yang  diperoleh  melalui  software  Exponent Lite  TE32.Tapioka  native  pada  konsentrasi  yang  sama  21  memiliki  kekerasan  yang  lebih
rendah  132.51  gf  dibanding  maizena  native  482.07  gf.  Hal  ini  disebabkan  oleh  perbedaan kandungan  amilosa  yang  dimiliki  kedua  pati.  Maizena  yang  memiliki  amilosa  yang  lebih tinggi
33.37  akan  lebih  mudah  membentuk  gel.  Peningkatan  terbesar  kekerasan  gel  terlihat  pada perlakuan HMT 25 2 jam pada tapioka 170.24 gf dan maizena 549.06 gf. Pembentukan gel
pada  pati  berkaitan dengan  fenomena  pengembangan  dan hidrasi  granula  pati  yang  terjadi pada daerah  amorphous.  Pengembangan  granula  yang  tinggi  akan  menghambat  asosiasi  amilosa  saat
retrogradasi Collado dan Corke 1999. Sementara pada kelarutan granula yang tinggi, gel akan menjadi  lebih  keras  akibat  pelepasan  amilosa  yang  membentuk  matriks  gel  kontinu  Hormdok
dan Noomhorn 2007. Namun, studi pada pati ubi jalar 28.5 amilosa, peningkatan kekerasan gel  ditemukan  pada  perlakuan  HMT  25  4-16  jam  dengan  penurunan  daya  kembang  dan
kelarutan  granula  Collado  dan  Corke  1999.  Hormdok  dan  Noomhorn  2007  menambahkan pada  kelarutan  yang  rendah,  peningkatan  kekerasan  gel  pati  dapat  terjadi.  Peningkatan  tersebut
diakibatkan oleh meningkatnya rigiditas granula Jacobs et al. 1995. Elastisitas  digunakan  untuk  mengetahui  seberapa  besar  gel  dapat  kembali  ke  kondisi  semula
setelah  diberikan  tekanan  pertama  Simi  dan  Abraham  2008.  Penurunan  elastisitas  gel  terjadi pada tapioka  dengan kondisi yang memiliki respon elastisitas terendah adalah  HMT 25 2 jam
0.90.  Sementara pada maizena  HMT nilai  elastisitas  gel  tidak  berubah akibat  perlakuan  HMT
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
native HMT 25 2 jam
HMT 25 4 jam HMT 25 7 jam
D e
ra ja
t p
u ti
h
tapioka maizena
60
Tabel 17. Daya kohesif merupakan indeks bagaimana gel dapat bertahan pada kerusakan kedua
relatif terhadap kerusakan pertama Simi dan Abraham 2008. Daya kohesif berhubungan dengan kekuatan  intermolekuler  pada  sistem  gel,  Penurunan  daya  kohesif  juga  menunjukkan  adanya
penurunan  kekuatan  intermolekuler  Numfor  1999.  Modifikasi  HMT  pada  maizena
menyebabkan  penurunan  daya  kohesif  Tabel  17.  Sedangkan  pada  tapioka,  HMT  memberikan
pengaruh  daya  kohesif  berbeda  yang  dipengaruhi  waktu  pemanasan,  daya  kohesif  terendah dimiliki oleh tapioka HMT 25 2 jam. Kelengketan terendah dimiliki tapioka HMT 25 4 jam,
sementara pada maizena, HMT memberikan respon kelengketan berbeda yang dipengaruhi waktu pemanasan. Nilai kelengketan terendah pada HMT maizena dimiliki oleh HMT 25 4 jam.
Keterangan: Luas kurva  A1 dan A2, waktu yang ditempuh produk akibat tekanan T1 dan T2, kekerasan diperoleh dari gaya maksimum F pada puncak kurva 1, elastisitas T2T1, daya kohesif A2A1,
kelengketan A2A1  kekerasan
Gambar 28 . Kurva analisis profil tekstur gel
Tabel 17 . Respon HMT terhadap atribut tekstur gel pati termodifikasi
Perlakuan k. air
- waktu jam Kekerasan
gf Elastisitas
Daya kohesif
Kelengketan
Tapioka native 132.51 ± 5.50
0.98 ± 0.00 0.65 ± 0.02
86.78 ± 5.91 HMT 25-2
170.24 ± 51.93 0.90 ± 0.01
0.64 ± 0.00 101.81 ± 32.47
HMT 25- 4 116.64 ± 7.97
0.99 ± 0.01 0.66 ± 0.01
77.12 ± 3.97 HMT 25- 7
139.49 ± 8.89 0.95 ± 0.05
0.65 ± 0.00 90.91 ± 6.11
Maizena native 482.07 ± 23.22
0.99 ± 0.00 0.64 ± 0.00
308.79 ± 14.26 HMT 25- 2
549.06 ± 37.07 0.99 ± 0.01
0.63 ± 0.01 345.57 ± 18.82
HMT 25- 4 279.71 ± 39.02
0.99 ± 0.01 0.63 ± 0.00
175.07 ± 24.54
2 4
6 8
10 12
14 140
120 100
80 60
40 20
-20 -40
Force g
Time sec 1
2 3
4 5
6
1 F
1T 2T
Kekerasan
T1 T2
60
A1 A2
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Penelitian  pendahulan  dilakukan  untuk  menentukan  mode  dan  lama  waktu  pemanasan sehingga  diperoleh  mode  pemanasan  low  pada  waktu  2  dan  4  jam  memberikan  pengaruh  pada
peningkatan  suhu  proses  serta  perubahan  profil  amilografi  yang  diinginkan.  Profil  amilografi  yang diinginkan  adalah  suhu  pasting  yang  tinggi  dan  viskositas  pasta  yang  stabil  pada  berbagai  tingkat
pemanasan. Modifikasi  HMT  dengan  microwave  mampu  mengubah  karakteristik  fungsional  yang
dianalisis menggunakan  RVA,  DSC, dan  mikroskop  polarisasi  PLM.  Perubahan  karakteristik  pada pati  termodifikasi  dipengaruhi  oleh  perlakuan  sumber  pati,  pengaturan  kadar  air,  dan  lamanya
pemanasan.  Modifikasi  HMT  mampu  meningkatkan  suhu  pasting  PT  dan  menurunkan  viskositas PV, BV, FV, dan SV pada maizena. Penurunan viskositas pada maizena termodifikasi semakin besar
dengan  meningkatnya  kadar  air  dan  waktu  pemanasan.  Sementara  pada  tapioka,  HMT  memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap perlakuannya. Peningkatan suhu pasting PT diamati semakin besar
dengan  peningkatan  perlakuan  kadar  air.  Modifikasi  HMT  juga  meningkatkan  suhu  puncak gelatinisasi  T
p
dan  memperbesar  kisaran  suhu  gelatinisasi  T
c
-T
o
pada  tapioka  dan  maizena. Modifikasi HMT juga mempengaruhi perubahab sifat birefringence dan munculnya lubang pada pusat
granula.  Perubahan  sifat  birefringence  dan  munculnya  lubang  pada  pusat  granula  tapioka termodifikasi terlihat pada perlakuan HMT dengan kadar air 25 dan waktu pemanasan selama 7 jam.
Sementara  pada  maizena  perubahan  sifat  birefringence  granula  sudah  teramati  pada  kadar  air  25 pada waktu pemanasan yang lebih singkat yaitu pada modifikasi selama 2 jam.
Secara garis besar, perubahan peningkatan kadar air memiliki peran penting untuk mengubah karakteristik pati termodifikasi yang dihasilkan. Modifikasi pati pada perlakuan kadar air 25 mampu
memberikan pati termodifikasi HMT dengan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi dan stabilitas termal yang  lebih  baik  terhadap  pengaruh  pemanasan  dan  pengadukan.  Hal  ini  dikarenakan  kadar  air
berperan penting dalam peningkatan dan distribusi panas pada microwave. Kadar air dan energi panas diperlukan untuk pergerakan dan  reorientasi heliks ganda yang akan mengubah konformasi struktural
granula.  Perubahan  ini  disebabkan  adanya  peningkatan  interaksi  ikatan  intra-  dan  intermolekuler granula termasuk pembentukan komplek amilosa-lipid pada maizena HMT. Pati termodifikasi dengan
perlakuan  kadar  air  25  lalu  dianalisis  lebih  lanjut  untuk  mengetahui  pengaruh  HMT  dengan microwave terhadap karakteristik fungsional pati termodifikasi.
Pemanasan  microwave  pada  modifikasi  HMT  terlihat  dapat  menurunkan  kristalinitas, menurunkan  daya  kembang  dan  kelarutan  granula,  meningkatkan absorpsi  air  dan minyak,  merubah
sifat  kestabilan  gel  terhadap  freeze-thaw,  serta  menurunkan  kejernihan  pasta  pati  dan  derajat  putih. Selain itu, pemanasan microwave pada modifikasi HMT juga terlihat mengubah profil tekstur gel.