149
Kabupaten Pelalawan dipengaruhi proses sedimentasi, lahan rawa gambut, limbah industri dan limbah kapal, hutan mangrove sebagai lokasi pengembangan udang,
ikan dan biota laut, mangrove juga sebagai penahan abrasi pantai akan tetapi kebutuhan untuk industri arang dan kayu bulatnya dipasarkan ke Malaysia
mengakibatkan menurunnya luasan mangrove. Hal-hal yang belum dikembangkan adalah menjadi kawasan wisata, industri, dan pelabuhan bertaraf
nasionalinternasional, selanjutnya pengembangan wilayah pesisir harus diarahkan kepada ”strategi membangun dan mengembangkan perekonomian wilayah pesisir
di Kabupaten Pelalawan melalui sektor unggulannya”. Komoditas yang dapat dikembangkan sepanjang pantai pesisir ialah
tanaman sagu dan tanaman kelapa pada sektor perkebunan, mangrove pada sektor kehutanan, budidaya udang, kepiting, kerang dan ikan laut pada sektor perikanan,
penangkaran Burung Walet pada sektor peternakan, dukungan panorama pantai untuk sektor pariwisata merupakan komoditas-komoditas perekonomian yang
menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar wilayah pesisir. Diperlukan rumusan dengan mengkaji ”sektor basis apa yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan ?”.
Masalah wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan secara nyata belum dikembangkan secara optimal menjadi kawasan perekonomian andalan, sehingga
belum mampu mendorong meningkatkan perekonomian masyarakat, sehingga perlu dirumuskan pengembangan potensi dengan pendekatan pada pertumbuhan
perkonomian andalan dalam konstelasi eksternal dan internal, yaitu akan menimbulkan daya tarik dalam persaingan dengan negara tetangga dan
kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Riau. Oleh karena itu, diperlukan rumusan untuk ”merekomendasikan strategi pembangunan dan pengembangan
wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan ?”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
Kajian yang baik harus memiliki tujuan dan manfaat agar memberikan arah bagaimana hasilnya dapat ditindaklanjuti sebagai rancangan program yang
dapat dipertanggungjawabkan melalui berbagai alternatif prioritas kegiatan.
150
Adapun kajian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan yang termanfaatkan dengan baik nantinya.
Secara khusus kajian pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan memiliki tujuan :
1. Menganalisis strategi pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan.
2. Menganalisis sektor basis yang mempengaruhi upaya pembangunan dan pengembangan di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan
3. Merekomendasikan strategi pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan.
Kajian ini merupakan analisis kuantitatif atas pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Pelalawan. Kajian ini sekaligus sebagai perancangan
program pembangunan di wilayah pesisir yang diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Pelalawan dalam
pengembangan program-program wilayah pesisir yang secara dimensional akan berdampak nyata pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan.
151
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan
Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada
pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada pendekatan kebutuhan dasar
basic needs approach, pertumbuhan dan lingkungan hidup dan yang terakhir pembangunan berkelanjutan sustainable development. Perubahan evolutif dari
pengertian di atas didasarkan atas banyak kekecewaan dan hasil umpan balik dari pelaksanaan pembangunan yang tidak mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan
serta kekurangan informasi dalam memahami persoalan-persoalan yang timbul yang sebelumnya tidak dapat diramalkan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia yang bertujuan dan memberi harapan kepada perbaikan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dan lebih merata yang dalam jangka panjang agar dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pada dasarnya,
dalam pembangunan tersebut memperhatikan bagaimana pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya seperti perubahan teknologi, institusi
kelembagaan, dan nilai-nilai sosial dapat diakomodasikan kedalam kebijaksanaan dalam situasi yang terus menerus berubah. Sehingga pengaturan
dan kebijaksanaan yang sebelumnya cocok dengan keadaan suatu tahapan pembangunan, kemudian memerlukan reformasi pengaturan dan kebijaksanaan
baru yang diperlukan sesuai dengan perubahan dinamika dan interaksinya antara faktor-faktor fisik, ekonomi dan sosial yang terus berubah.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang diinginkan, upaya- upaya pembangunan harus diarahkan kepada efisiensi efficiency, kemerataan
equity dan keberlanjutan sustainability dalam memberi panduan kepada alokasi sumberdaya semua capital yang berkaitan dengan natural, human, man-
152
made maupun sosial baik pada tingkat nasional maupun regional dan lokal, yang sering memerlukan sumberdaya dari luar, seperti barang-barang modal untuk
diinvestasikan guna mengembangkan infrastruktur ekonomi, sosial dan lingkungan Anwar, 1999.
Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu 1 berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya basic needs, 2 meningkatkan rasa harga diri self-esteem masyarakat sebagai manusia, dan 3 meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memilih freedom from servitude yang merupakan salah satu dan hak asasi manusia Todaro, 2000. Selanjutnya dijelaskan bahwa selain nilai pokok, harus
memperhatikan, faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembangunan, yaitu jumlah dan jenis sumberdaya alam, ketepatan rangkaian
kebijakan dan sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah, tersedianya modal dan teknologi dari luar, serta kondisi-kondisi di lingkungan perdagangan internasional.
Pembangunan ekonomi di Indonesia seharusnya ditekankan pada pembangunan sektor pertanian perikanan termasuk di dalamnya, karena
sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah pertanian. Tetapi pembangunan sektor lain tetap dikembangkan karena merupakan komplementer
dari sektor pertanian. Menurut Todaro 2000, syarat-syarat yang harus segera dipenuhi dalam rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor-sektor
pertanian dan pembangunan daerah-daerah pedesaan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat banyak adalah :
1. Struktur usaha tani, pola pemilikan dan penggunaan lahan harus disesuaikan dengan tujuan utama yang bersisi ganda, yaitu peningkatan
produksi bahan pangan pada satu sisi, serta pemerataan segala manfaat atau keuntungan-keuntungan kemajuan pertanian pada sisi yang lain.
2. Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah
yang secara sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau insentif- insentif, kesempatan atau peluang-peluang ekonomi, dan berbagai kemudahan
yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input utama guna
153
memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan produktivitas mereka.
3. Keberhasilan pembangunan pedesaan selain sangat tergantung pada kemajuan-kemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya
yang meliputi: 1 upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan riil, baik di sektor pertanian maupun non pertanian, melalui penciptaan lapangan kerja,
industrialisasi dipedesaan, dan pembenahan pendidikan, kesehatan dan gizi penduduk, serta penyediaan berbagai bidang pelayanan sosial dan
keejahteraan lainnya, 2 penanggulangan masalah ketimpangan distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan
kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan, serta 3 pengembangan kapasitas sektor atau daerah pedesaan itu sendiri dalam
rangka menopang dan memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.
2.2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan