Pengembangan Wilayah Pesisir Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 1 Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir

166 Permasalahan masyarakat di wilayah pesisir di Indonesia hampir memiliki kesamaan, seperti yang telah diteliti oleh Tri Ratna Saridewi 2003 tentang Studi Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir di Kabupaten Subang. Dimana dari hasil penelitian tersebut didapatkan beberapa kesimpulan bahwa masyarakat yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Subang memiliki permasalahan seperti terhadap permodalan dan pemasaran. Tingkat kemiskinan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Subang merupakan penyebab terbatasnya dana operasional dalam usaha memanfaatkan sumberdaya wilayah pesisir yang ada. Keterbatasan faktor pemasaran hasil produk juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan untuk menjual hasil tangkapan dan budidaya yang mereka kembangkan. Dengan menggunakan alat analisis software Analysis Hierarchy Process AHP, maka didapatkan beberapa kebijakan yang menjadi prioritas untuk dijalankan seperti: meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah pesisir, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD dan meningkatkan posisi tawar. Sedangkan usaha yang perlu dikembangkan di wilayah pesisir, yaitu: usaha budidaya silvifisheries monokultur dan polikultur, budidaya pertambakan monokultur dan polikultur dan peningkatan kegiatan pengolahan hasil perikanan seperti pengolahan ikan segar, penggaramanpengeringan pemindangan dan pembuatan terasi. Sedangkan dari hasil analisa location quotient didapatkan, bahwa sektor perikanan tangkap merupakan sektor basis di Blanakan dan Pusakanegara, sedangkan sektor perikanan tambak merupakan sektor basis di Legonkulon dan Pusakanegara Kabupaten Subang.

2.7.2 Pengembangan Wilayah Pesisir

Permasalahan pengembangan wilayah pesisir dalam bentuk administrasi desa-desa telah dilakukan penelitian oleh Edi Susilo 2003 tentang Analisis Pengembangan Desa-desa Pesisir Teluk Saleh Kabupaten Dompu. Penelitian tersebut menganalisis pengembangan wilayah pesisir sebagai kawasan strategis. Peranan strategis pengembangan wilayah pesisir hanya tercapai jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut: 1 basis ekonomi economic base wilayah yang bertumbuh atas sumberdaya-sumberdaya domestik yang terbaharui domestic renewable resources, 2 memiliki keterkaitan kebelakang backward 167 linkage dan ke depan forward linkage terhadap berbagai sektor ekonomi lainnya di daerah yang bersangkutan secara signifikan, sehingga perkembangan sektor basis dapat menimbulkan efek ganda multiplier effect terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya di daerah yang bersangkutan, 3 efek ganda yang signifikan dari sektor-sektor basis dan sektor-sektor turunan dan penunjangnya dengan penciptaan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sektor rumah tangga, sektor pemerintah lokaldaerah sektor pajakretribusi dan PDRB wilayah, 4 keterkaitan lintas regional di dalam maupun antar wilayah yang tinggi inter and inter-regional interaction akan lebih menjamin aliran alokasi dan distribusi sumberdaya yang efisien dan stabil sehingga menurunkan ketidakpastian uncertainty, dan 5 terjadinya learning process secara berkelanjutan yang mendorong terjadinya koreksi dan peningkatan secara terus menerus atau berkelanjutan. Pemusatan aktifitas ekonomi berdasarkan konsentrasi tenaga kerja menurut mata pencaharian dengan analisa LQ menunjukkan sektor pertanian termasuk perikanan merupakan sektor basis di wilayah pesisir Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namun demikian secara umum dijelaskan bahwa wilayah pesisir kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah non pesisir, dengan alasan sebagai berikut : 1. Kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah. Umumnya berpendidikan rendah sehingga wawasan dan cara pandang terhadap suatu masalah harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. 2. Tingkat ekonomi wilayah pesisir masih rendah. Keterbatasan masyarakat pesisir dalam melakukan aktifitas kegiatan terbatas pada kegiatan perikanan menangkap ikan membawa dampak kepada semakin rendahnya kinerja ekonomi masyarakat. 3. Sulitnya memperoleh modal dan investasi. Kendala yang umum dialami oleh masyarakat nelayan adalah keterbatasan dalam hal modal usaha, sehingga banyak dijumpai nelayan masih menggunakan sarana penangkapan tradisional. 4. Belum digunakannya teknologi tepat guna dalam proses pengolahan ikan. 168 Umumnya usaha pengolahan ikan laut dilakukan dengan cara diasinkan atau dikeringkan dan diperkirakan 25 dari total hasil tangkapan. Namun perlu dikembangkan teknologi tepat guna dalam proses pengolahan ikan, sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.

2.7.3 Pengembangan Wilayah Berbasis Sumberdaya Alam yang