157
daerah ekonomi berdasarkan satuan adminitratif yang ada. Daerah yang batasannya ditentukan secara admimstratif lebih mudah
dianalisis, karena biasanya pengumpulan data diberbagai daerah dalam suatu negara, pembagiannya didasarkan pada satuan administratif.
2.4. Konsep Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Pembangunan perikanan bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya serta diharapkan dapat
memberikan kesejahteraan pada masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pendapatan dan devisa
dari ekspor produknya. Sedangkan kebijakan pembangunan perikanan, termasuk sumberdaya pesisir pada hakekatnya merupakan proses politik yang mempunyai
pengertian, bahwa kebijakan tersebut tersusun dan terimplementasikan melalui proses negosiasi antar berbagai stakeholders. Oleh karena itu
keberhasilan segenap kaidah pembangunan perikanan berkelanjutan yang baik seperti di atas sangat tergantung pada kemauan dan komitmen segenap
stakeholders tersebut Retraubun, 2001. Beberapa pertimbangan yang diperlukannya dalam pembangunan
perikanan yang berkelanjutan diantaranya meliputi : 1. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan dan aktivitas
pengelolaannya harus didasarkan pada ekosistem kelautan tertentu dan teridentifikasi dengan baik.
2. Memelihara daya dukung sumberdaya terhadap aktivitas pemanfaatan dalam jangka panjang.
3. Menghidupi tenaga kerja dalam bidang perikanan dalam masyarakat yang lebih luas.
4. Memelihara tingkat kesehatan dan kesatuan ekosistem kelautan untuk pemanfaatan yang lain, termasuk didalamnya keanekaragaman hayati, ilmu
pengetahuan, nilai intrinsik, struktur tropis dan kegunaan ekonomi lainnya seperti pariwisata dan rekreasi.
Tujuan dari pembangunan berkelanjutan akan sejalan dengan tujuan pembangunan perikanan seperti misalnya memelihara stok sumberdaya perikanan
158
dan melindungi habitatnya. Namun demikian mengelola sumberdaya perikanan untuk pembangunan yang berkelanjutan bersifat multi-dimensional dan aktivitas
bertingkat multi level activities, yang harus mempertimbangkan lebih banyak aspek dibandingkan dengan daya tahan hidup ikan dan perikanan itu sendiri
FAO, 2001. McGoodwin 1990 menyatakan bahwa dalam menganalisis sumberdaya perikanan, konsekuensi sosial dan ekonomi harus diperhitungkan
sama halnya dengan konsekuensi teknis dan etika. Alder et al., 2000 menyatakan bahwa tantangan bagi pengelola perikanan adalah menilai kelestarian
sumberdaya tersebut dengan pendekatan yang bersifat multi disiplin yang mampu mengintegrasikan topik yang beragam tersebut.
Menurut Anwar 1994, alternatif pengelolaan sumberdaya perairan pesisir adalah perlu adanya suatu pemikiran yang mengarah kepada terjadinya pelimpahan
kewenangan pengelolaan yang diberikan kepada komunitas masyarakat nelayan atau pemerintah desa guna menjaga keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dimasa yang akan datang. Hal ini dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dilimpahkannya hak-hak untuk memperoleh akses terhadap sumberdaya perairan pesisir yang dapat menjamin kepentingan individual, kelompok
ataupun masyarakat nelayan. 2. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan pemerintah pusat
kepada kelompok masyarakat pesisir atau nelayan lokal, prosesnya berlangsung secara bertahap tergantung dari kemampuan masyarakat untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi secara efisien dan efektif. 3. Dikembangkannya suatu zona pemungutan dan tangkapan yang eksklusif yang
disebut hak ulayat atau hak pakai teritorial teritorial use right. Pada perkembangannya menurut Dahuri 1999, konstribusi sektor
perikanan terhadap sektor pertanian menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Data terakhir menunjukkan bahwa perikanan menyumbang sekitar
10,3 per tahun terhadap PDB pertanian dengan tingkat pertumbuhan yang positif. Pada masa krisis dewasa ini sektor perikanan menyumbang secara
signifikan, sekitar 1,87 pada produk domestik bruto Indonesia sampai kuartal rill
159
menurut harga konstan BPS Oktober, 1998. Dengan demikian sektor perikanan dapat dijadikan andalan pertumbuhan perekonomian dalam arti luas.
Menurut Dahuri 1999, proses pemanfaatan sumberdaya perikanan ke depan harus dilakukan dalam kesamaan visi pembangunan perikanan, yaitu
suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa
Indonesia, terutama nelayan dan petani ikan secara berkelanjutan. Terdapat tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk mewujudkan visi pembangunan
perikanan tersebut. Pertama, sektor perikanan harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi secara nasional makro melalui peningkatan devisa,
peningkatan pendapatan rata-rata para pelakunya serta mampu meningkatkan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, sektor perikanan harus mampu
memberikan keuntungan secara signifikan kepada para pelakunya dengan cara mengangkat tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan yang ada saat ini yang
masih sangat tertinggal dibanding dengan sektor-sektor lain. Ketiga, pembangunan perikanan yang akan dilaksanakan selain dapat menguntungkan
secara ekonomi juga harus ramah secara ekologis, artinya pembangunan harus memperhatikan kelestarian dan daya dukung lingkungan baik terhadap
sumberdaya perikanan itu sendiri maupun ekosistem lainnya. Selanjutnya dijelaskan oleh Dahuri 2001, ada delapan strategi dan
kebijakan yang diperlukan dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan masa mendatang adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan produksi dan nilai tambah perikanan dan kelautan secara efisien, optimal dan berkelanjutan, melalui kebijakan untuk mendukung
pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara lestari, pengembangan kapasitas penangkapan, pengembangkan investasi perikanan
dan kelautan dan pengembangkan teknologi budidaya laut. 2. Peningkatan ekspor produk perikanan melalui adanya kebijakan mutu,
promosi dan pengembangan terminal ekspor. 3. Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui kebijakan pemberian kredit
lunak bagi usaha kecil nelayan dan kebijakan kemitraan pengusaha kecil dan besar.
160
4. Pembangunan sarana dan prasarana. 5. Pembangunan pulau-pulau kecil.
6. Manajemen tata ruang. 7. Penguatan sumberdaya manusia SDM dan llmu pengetahuan dan
teknologi IPTEK. 8. Penegakan hukum dan peningkatan kapasitas kelembagaan.
Kusumastanto 2002 menambahkan, agar bidang kelautan menjadi sebuah sektor unggulan dalam perekonomian nasional, maka diperlukan suatu kebijakan
pembangunan yang bersifat terintegrasi antar institusi pemerintah dan sektor pembangunan. Untuk mengarah pada kondisi tersebut, maka diperlukan suatu
kebijakan pembangunan kelautan ocean development policy sebagai bagian dari ocean policy yang nantinya menjadi payung dalam mengambil sebuah
kebijakan yang bersifat publik. Penciptaan payung ini dibangun oleh sebuah pendekatan kelembagaan institutional arrangement yang lingkupnya mencakup
dua domain dalam suatu sistem pemerintahan yakni eksekutif dan legislatif. Dalam konteks ini maka kebijakan perikanan dan kelautan pada akhimya menjadi
kebijakan ekonomi politik yang nantinya menjadi tanggung jawab bersama pada semua level institusi eksekutif yang mempunyai keterkaitan kelembagaan maupun
sektor pembangunan. Sementara pada level legislatif adalah bagaimana lembaga ini mampu menciptakan instrumen kelembagaan peraturan perundangan pada
level pusat maupun daerah untuk mendukung kebijakan pembangunan perikanan.
2.5. Teori Lokasional dan Sektor Basis Pemahaman tentang bagaimana keputusan mengenai lokasi mutlak
diperlukan bila membahas kegiatan pada ruang dan menganalisa bagaimana suatu wilayah tumbuh dan berkembang. Keputusan mengenai lokasi yang diambil oleh
unit-unit pengambilan keputusan akan menentukan struktur tata ruang wilayah yang terbentuk. Unit-unit pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi dapat
dibagi menjadi 3 tiga, yaitu: 1 rumah tangga; 2 perusahaan; dan 3 pemerintah. Setiap unit pengambil keputusan mempunyai kepentingan sendiri
berdasarkan aktivitas ekonomi yang dilakukan. Aktivitas ekonomi rumah tangga adalah a penjualan jasa tenaga kerja dan b konsumsi; aktivitas perusahaan
161
meliputi a pengumpulan input, b proses produksi dan c proses pemasaran, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Sementara itu
pemerintah disamping mempunyai peran melindung kepentingan masyarakat juga bertindak sebagai locator dari berbagai aktivitas yang ditanganinya seperti
penentuan lokasi sebagai sarana dan fasilitas pelayanan umum. Untuk mengetahui kecenderungan potensi keunggulan suatu komoditas
disuatu lokasi tertentu, analisis yang sering digunakan adalah analisis basis ekonomi yaitu Location Quotient Analysis LQ. Metode LQ secara umum
merupakan metode analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan atau basis suatu aktifitas. Disamping itu, LQ juga digunakan untuk mengetahui
kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barangjasa dari produksi lokal suatu wilayah.
LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas
wilayah. Asumsi yang digunakan dalam LQ adalah sedikit kondisi geografis yang relatif seragam. Pola-pola aktivitas bersifat seragam serta setiap aktivitas
menghasilkan produk yang sama. Berbagai dasar ukuran dalam pemakaian LQ harus disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia.
Jika penelitian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang dipakai
sebagai dasar ukuran adalah jumlah tenaga kerja sedangkan bila keperluannya untuk menaikkan pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan dasar ukuran
yang tepat, sedangkan jika hasil produksi maka jumlah hasil produksi yang dipilih. LQ juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada
substitusi impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor Shukla, 2000.
Menurut Tarigan 2004, dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produkjasa ke luar wilayah, baik ke wilayah lain dalam negeri
maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di wilayah kita, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian
ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan
162
basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous tidak tergantung pada kekuatan
internpermintaan lokal. Lebih lanjut menurut Tarigan 2004, mengatakan bahwa semua kegiatan
lain yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatansektor service atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti
service disebut saja sektor non basis. Sektor non basis service adalah untuk memenuhi kebutuhan lokal. Karena sifatnya yang memenuhi kebutuhan lokal,
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan
masyarakat setempat. Dengan demikian, sektor ini terkait terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi
wilayah. Atas dasar anggapan di atas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis.
2.6. Analisis Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang
Conyers dan Hill, 1994. Pengertian tujuan dalam definisi di atas menunjukkan bahwa perencanaan erat hubungannya dengan perumusan kebijakan
Tjokroamidjojo, 1993. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada empat elemen dasar
perencanaan yakni: 1. Merencanakan berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih
diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan. Hal ini
menyiratkan bahwa hubungan antara perencanaan dengan proses pengambilan keputusan sangat erat, terutama sekali berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan dan urut-urutan tindakan di dalam proses pengambilan keputusan.
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya. Sumberdaya
163
menunjukkan segala sesuatu yang dianggap berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Sumberdaya ini mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, sumberdaya modal dan keuangan. Perencanaan mencakup proses pengambilan keputusasan tentang bagaimana proses
pengambilan keputusan penggunaan sumberdaya yang tersedia sebaik- baiknya.
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses
penetapan tujuan. 4. Perencanaan untuk masa depan. Salah satu elemen penting dalam
perencanaan adalah elemen waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu
perencanaan berkaitan dengan masa depan Conyers dan Hill, 1994. Karena perencanaan dimaksudkan untuk waktu yang akan datang, maka setiap
perencana selain merumuskan tujuan juga harus menelaah situasi dimasa mendatang dengan tepat dan harus mampu memperhitungkan akibat yang
akan ditimbulkan. Untuk itu diperlukan penyelidikan dan analisis atas dasar data dan keterangan masa lalu. Dengan analisis dapat diketahui potensi dan
masalah yang dihadapi, sehingga dapat dipilih serangkaian alternatif tindakan guna mengatasi permasalahan tersebut Warpani, 1999.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa analisis perencanaan merupakan ilmu yang menyelidiki dan menguraikan proses yang
berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang. Dalam hubungannya dengan analisis kebijakan, analisis perencanaan
merupakan analisis kebijakan yang berbentuk prospektif. Analisis kebijakan prospektif memberikan informasi dan transformasi sebelum aksi kebijakan
dimulai Dunn, 1998. Berdasarkan hal tersebut, Walter Williams dalam Dunn 1998 mendefinisikan analisis kebijakan merupakan suatu alat untuk
mensintesakan informasi yang dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam
164
bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan yang secara konseptual tidak termasuk
mengumpulkan informasi. Kebijakan didefinisikan oleh Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam
Dunn 1998 sebagai suatu keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan repetitiveness tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari
mereka yang mematuhi keputusan tersebut. Kebijakan adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Sedangkan keputusan adalah
suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal. Kesulitan memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang sulit
dibuktikan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya pengambilan keputusan kebijakan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka penentu kebijakan atau perencana harus menyusun setiap perencanaan pembangunan yang mengandung
unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan, yaitu : 1. Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini
merupakan dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.
2. Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka tersebut berbagai variabel pembangunan dihubungkan.
3. Perkiraan sumberdaya bagi pembangunan khususnya sumber pembiayaan pembangunan.
4. Uraian tentang kerangka kebijakan yang konsisten, misalnya kebijakan fiskal, penganggaran serta kebijakan sektoral lainnya.
5. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral disertai penyusunan rencana sasaran.
6. Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
Arsyad, 1999.
165
2.7. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 2.7.1 Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir