Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan

pada hasil untuk mengejar barang-barang. Dengan kaul kemiskinan orang ingin menujukkan kepada umat beriman lainnya, bagaimana dia dapat setia pada tugas pelayanan dan karya kerasulannya. Semangat kemiskinan membuat orang menjadi orang yang sabar untuk tidak egois mementingkan kepentingan sendiri tetapi membuat dia merasa peka terhadap situasi orang lain. Berkatian dengan peranan kaul kemiskinan Darminta 1975: 57 mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan orang akan bermakna, kalau dengan kaul dia sungguh mempunyai sikap hormat kepada benda atau barang, yang dia miliki. Dengan begitu barang yang orang miliki, dia sadari sebagai sarana untuk menghayati panggilan hidup sebagai religius. Maka kemiskinan merupakan sikap terbuka kepada hadirat Allah dan ajakkan- Nya”.

a. Kaul Kemiskinan sebagai Ikatan

Dengan kaul kemiskinan, para religius diingatkan dan ingin dibebaskan dari kelekatan-kelekatan pada harta duniawi, kedudukan, pangkat, jabatan dan segala hal yang dapat menghambat para kaum religius untuk bersatu dengan Tuhan. Dengan kaul kemiskinan sebagai religius orang ingin berbagi, ingin menolong keselamatan orang lain. Dengan demikian kemiskinan orang bersifat kerasulan. Serta kemiskinan yang ingin meniru kemiskinan Yesus, maka dengan kaul kemiskinan orang juga ingin membantu orang lain. Yesus menjadi manusia yang miskin agar dapat membantu manusia yang lainnya kembali kepada Allah. Suparno 2016: 99 mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan adalah bahwa Kristus menjadi satu-satu yang bernilai bagi hidup orang, dan yang lainnya adalah sarana untuk berjumpa dan mengabdi kepada- Nya”. Kaul kemiskinan adalah proses perjuangan dan pergulatan untuk selalu bersatu dengan Tuhan. Dalam kenyataan hidup religius di dunia modern saat ini, yang penuh dengan godaan dengan kaul kemiskinan orang ingat akan Yesus dalam hidup mereka, untuk melawan tantangan yang melemahkan panggilan orang sebagai religius. Dengan kaul kemiskinan orang melepaskan hak untuk memiliki harta kekayaan dalam kongregasi. Orang hanya mempunyai hak pakai dengan izin kongregasi. Orang dengan kaul kemiskinan kehilangan hak milik atas barang yang dia terima. Maka, orang tidak minta warisan lagi. Semua barang dan uang yang mereka terima setelah kaul kekal, adalah menjadi milik kongregasi dan harus diserahkan kepada kongregasi Suparno, 2016:109. Alasan biblis dari kaul kemiskinan keinginan untuk mengikuti Kristus yang miskin. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya ” 2Kor 8:9. Dengan mengikrarkan kaul kemiskinan pegangan orang pada Tuhan, bukan pada harta dunia. Maka orang lebih bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan sarana atau barang yang ada. Jika ada sarana diterima dengan senang hati, jika tidak ada ya harus ditanggapi dengan senang hati juga. Secara sederhana kemiskinan orang dalam hidup membiara adalah ingin meniru hidup Yesus yang memang miskin dan sederhana. Orang begitu terpikat dengan kasih dan panggilan Tuhan karena misteri inkarnasi Yesus menjadi manusia papa dan hidup bersama di antara orang berdosa merupakan bentuk paling nyata dan kelihatan dari kemiskinan Kristus Flp 2:6-11. Dengan menghayati kaul kemiskinan para kaum religius diajak untuk lebih memperhatikan orang kecil, orang miskin dalam kehidupan mereka. Setiap orang beriman Kristen dan setiap komunitas Kristiani dipanggil untuk menjadi sarana dan alat Tuhan untuk membebaskan dan mengangkat kehidupan kaum miskin. Panggilan itu juga untuk memampukan mereka menjadi bagian penuh dari masyarakat Evangelli Gaudium EG, 2015:34. Art 187. Ajakan untuk hidup miskin sebagaimana diajarkan di dalam Kitab Suci, sesungguhnya orang melihat bahwa Allah menawarkan suatu jalan hidup yang mampu mengobati penyakit kronis hidup manusia dari waktu ke waktu yaitu ingin hidup menuruti keinginan daging, nafsu dan ketamakan. Allah mengingatkan bahwa untuk dapat mengikuti Yesus, orang harus rela melepaskan segalanya untuk kemudian menghayati hidup kontemplatif bahkan dalam karya perutusan. Hidup semacam itu perlu orang laksanakan dengan menumbuhkan citra hidup Kristus di dalam diri mereka melalui penerimaan penuh kerendahan hati bahwa orang membutuhkan keselamatan lantaran keterbatasan mereka sebagai manusia, kedekatan orang pada kebinasaan, kefanaan dan kesementaraan pandangan serta kemampuannya. Dengan demikian jelas bahwa bagi semua orang kristiani hidup menurut Injil senantiasa mengandaikan tuntutan penghayatan hidup miskin. Ridick 1987:33 mengatakan bahwa “Kaul kemiskinan bukanlah pertama-tama pelepasan hak milik tetapi suatu pengarahan taraf hidup, suatu usaha untuk menjadi tidak melekat pada satu tahap kehidupan saja, agar dapat bebas meraih dan memiliki keintiman yang total dan terpadu dengan Kristus ”. Untuk menghayati kaul kemiskinan orang perlu memiliki semangat murah hati. Suparno 2016: 102 mengatakan bahwa “Murah hati karena semua yang orang punyai adalah dari Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan atau kepandaian. Semuanya itu dari Tuhan maka orang harus membagikannya kepada orang lain juga ”. Semangat pelayanan inilah yang menjadikan orang rela untuk diutus melayani setiap orang. Semangat murah hati berarti tidak menumpuk harta, bakat, kemampuan dan lain sebagainya hanya untuk diri sendiri, tetapi semuanya itu harus berikan demi pelayanan bagi sesama.

b. Kaul Kemiskinan sebagai Peringatan dalam Melayani