Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan

2. Peranan spiritualitas Fransiskan dalam penghayatan kaul kemiskinan

Spiritualitas Fransiskan adalah semata-mata “menghayati Injil”. Namun karena dia adalah seorang pribadi yang unik dan menarik, Gereja menemukan karismanya yang khusus itu, yang disebut spiritualitas Fransiskan. Paus Pius XII lebih jauh men yatakan, “ajaran Fransiskan memandang Allah adalah kudus, besar, dan melampaui semua, baik, sungguh baik. Allah juga dialami sebagai kasih. Dia hidup karena kasih, mencipta karena kasih, menjadi daging, menebus, menyelamatkan dan menjadikan suci karena kasih. Fransiskus memandang Yesus dalam kasih manus iawinya”. Tekanan kuat pada fransiskan terletak pada kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Setiap orang Kristen percaya akan hal ini, tetapi fransiskan memilih untuk menekankan itu sebagaimana dilakukan Fransiskus Bruno, 2007:25. Dalam hal ini, spiritualitas dapat dimengerti sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatannya baik melalui doa, karya pelayanan dan kerasulan. Dalam Anggaran Dasar pasal I dikatakan bahwa pola hidup para Bruder Maria Tak Bernoda MTB ialah “Menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan”. Para bruder diajak untuk berusaha dengan seluruh kemampuannya agar mau menepati Injil suci Tuhan kita Yesus Kristus. Mau hidup sebagaimana yang telah dirintis oleh Yesus Kristus sendiri. “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu” Mat. 10:7-9. Mereka yang sungguh-sungguh miskin dalam roh, tidak membuat sesuatu pun menjadi miliknya sendiri, juga tidak mempersengketakannya dengan orang lain; tetapi mereka hidup di dunia ini sebagai peziarah dan perantau. Itulah keluhuran kemiskinan yang tertinggi, yang menetapkan kita menjadi ahli waris dan raja kerajaan surga, membuat kita miskin akan harta benda, tetapi meninggikan kita dengan keutamaan-keutamaan. Itulah yang hendaknya menjadi bagian kita, yang membawa kita ke negeri orang-orang hidup. Dengan tetap melekat padanya sepenuh-penuhnya, kita untuk selamanya tidak mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus. Anggaran Dasar Bruder MTB 1999: Art 22. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan spiritualitas Fransiskan dalam menghayati kaul kemiskinan sebagai rambu-rambu untuk mengingatkan para anggota Bruder Maria Tak Bernoda MTB agar dalam melaksanakan karya perutusan untuk melayani sesama hendaknya mereka, bersemangat murah hati dan melayani dengan penuh cinta kasih. Murah hati karena semua yang mereka punyai adalah berasal dari Tuhan, entah bakat, kemampuan, ketrampilan, kekayaan dan kepandaian. Semuanya dari Tuhan maka mereka harus membagikannya kepada orang lain juga. Melayani dengan cintakasih dalam arti bahwa mereka diajak untuk melayani siapa pun juga, tanpa pilih kasih tidak hanya memilih orang-orang yang kaya atau yang dapat memberikan uang banyak kepada mereka. Akan tetapi mereka harus belajar dari Yesus dalam melayani orang lain, bahkan Yesus rela melayani sampai menderita, sengsara dan wafat.

3. Upaya spiritualitas Fransiskan dalam meningkatkan penghayatan kaul