Dalam persaudaraan Dimensi-dimensi dalam

korban, dan berakhir dengan rasa benci, marah dan lesu. Itu bukan jalan hidup yang dipenuhi martabat; ini bukanlah kehendak Allah bagi mereka, juga bukan hidup dalam Roh yang bersumber pada hati Kristus yang bangkit”.

4. Dalam persaudaraan

Hidup sebagai saudara dalam KongregasiTarekat Bruder Maria Tak Bernoda MTB, mempersatukan perbedaan di antara para anggotanya, yang berakar dan berdasarkan dalam cintakasih Kristus. “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga” Mat. 23:8-9. Conti 2006:143 mengatakan bahwa “Hidup dalam kasih persaudaraan merupakan suatu nilai manusia dan kristiani yang amat penting. Persaudaraan juga nilai yang amat penting dalam hidup religius dan hidup fransiskan. Sebab sesungguhnya Allah menghendaki agar semua manusia, yang diciptakan seturut gambar dan keserupaan dengan-Nya, dipanggil untuk membentuk suatu keluarga umat manusia dan memperlakukan satu sama lain dalam semangat bersaudara”. Para Bruder MTB menjunjung tinggi hidup sebagai saudara dalam pelayanan, sebagaimana dilakukan oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan para saudaranya. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling me ngasihi” Yoh. 13:34-35. Hidup dalam kasih persaudaraan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak memandang suku, ras, budaya, agama, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya. Akan tetapi hidup sebagai saudara mempersatukan semuanya. Persatuan dalam persaudaraan yang dibina dapat membebaskan seseorang dalam menghadapi tantangan persaudaraan bersama dalam melayani orang miskin. Dalam Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 220 dikatakan bahwa: Dalam persekutuan kita, hendaknya Injil menjadi kekuatan bagi pembaharuan diri dan seluruh Gereja. Kita berusaha mengembangkan kemanusian kita sebagai murid, sebagai pengikut Kristus, sesuai dengan sabda-Nya. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” Yoh13:35. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” Yoh. 15:12. Persaudaraan ini merupakan persaudaraan bersama orang miskin yang tidak memiliki apapun kecuali satu-satunya kekayaan kekal dan sumber segala kehidupan yaitu “Tuhan Yesus sendiri”. Kekuatan yang menunjang persaudaraan ini, adalah kemiskinan yang membebaskan, karena kemiskinanlah yang membawa seseorang kepada pengosongan diri. Rm. 12:10. “Hendaknya kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”. Dalam persaudaraan para Bruder MTB, perlu saling melayani dengan cintakasih, saling membasuh kaki antara sesama saudara seperti yang diteladankan oleh Yesus kepada para muridnya dalam Yoh. 13:14- 15 dikatakan bahwa “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu”. Hal ini sungguh menjadi nyata apabila setiap bruder siap sedia memberikan diri, serta menghargai satu dengan yang lainnya dalam melayani hidup sebagai saudara dan mau menerima kekurangan serta kelebihan sesama saudara. Persaudaraan yang penuh cintakasih akan mendukung hidup bersama sebagai kaum religius dalam pelayanan, doa dan karya. Dalam pelayanan dan persaudaraan, hendaknya setiap Bruder Maria Tak Bernoda MTB memperlakukan sesama saudara, seperti apa yang sudah tertulis dalam peraturan hidup bersama berikut ini: Kepada saudara yang sakit hendaklah kita berikan perhatian dan layanan yang jujur lagi tulus. Tanpa mengabaikan perawatan oleh kita sendiri, kita wajib mengusahakan bantuan medis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya saudara yang sakit hendaknya selalu berbesar hati dan bersyukur atas pelayanan dan perhatian para saudara, serta memaklumi kekurangan dalam pelayananya Statuta Bruder MTB, 2014: Art. 81. Kita sekalian terikat pada kongregasi begitu erat, sehingga kita dengan tepat menyebut satu sama lain saudara. Masing-masing berusaha dengan caranya sendiri untuk menyediakan diri untuk pelaksanaan tugas, yang diterima dari kongregasi sebagai keseluruhan. Dari sebab itu semua harus menaruh perhatian hangat kepada suka dan duka seluruh kongregasi kepada kegiatan- kegiatan dalam komunitas kepada karya misionaris-misionaris kita kepada perkerjaan semua bruder. Demikianlah kita saling mendukung dalam penghayatan cita-cita yang sama Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 222. Persaudaraan atau persekutuan para Bruder MTB adalah sekelompok pribadi yang hidup dan menghormati kekhususan, kelemahan, kekurangan, dan kelebihan sesama anggota dan hak atas privasi masing-masing. Mereka membuat hidupnya dalam persaudaraan layak dihayati, bernilai dan berharga bagi sesama dan juga orang-orang yang mereka layani dalam tugas karya kerasulan mereka, sebagai kaum religius. Seperti umat Kristen pertama mereka mau menjadi sehati sejiwa Kis 4:32. Dihimpun sebagai Gereja Kristus dan diutus untuk menjadi satu dalam ikatan persaudaraan. Mereka mewartakan Kristus satu sama lain kepada semua orang dan memberi kesaksian atas kedatangan Tuhan kelak” Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art 224. Hidup bersama sebagai saudara dalam TarekatKongregasi Bruder MTB seturut semangat Santo. Fransisikus dari Assisi yang bertekun dalam ajaran Injil Yesus Kristus, dalam liturgi suci, terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa, dalam pelayanan serta karya baik di dalam maupun keluar, kepada masyarakat. Harapannya semoga setiap Bruder MTB mampu untuk menjadi Gereja, yang bersedia dan berani mewujudkan diri demi kepentingan dan pelayanan kepada orang lain, dan bersama menuju Allah dalam ikatan persaudaraan. Adapun karya dan tugas pelayanan dalam persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda MTB antara lain: Pendidikan formal, pendidikan non formal, karya sosial, pertanian dan asrama. Pendidikan formal: Taman Kanak-Kanak TK, Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Pendidikan non formal: Lembaga Pelatihan Ketrampilan LPK. Seperti kursus Komputer, Bahasa Inggris, menjahit dan lain sebagainya. Karya sosial: Penampungan orang kusta Sani, Justice Peace and Integration of Creation JPICKeadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan. Beasiswa, asrama: Putra dan putri, Pertanian dan perternakan. “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” 1 Ptr. 5:2. Hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat, dengannya semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Selain itu, dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cintakasih, para anggota hendaknya menjadi teladan dari pendamaian universal dalam Kristus KHK. 2016: Kan. 602. “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira- kira tiga ribu jiwa” Kis. 2:41. Hidup dalam persaudaraan Bruder MTB sebagai keluarga sejati, dihimpun oleh Tuhan serta menikmati kehadiran Tuhan dalam suka dan duka. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka Mat. 18:20. Dalam keterbatasan sebagai manusia “dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati mereka oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada mereka” Rm. 5:5. Saya percaya bahwa persekutuan atau hidup dalam persaudaraan yang dibina atau dijalani oleh para Bruder MTB menandakan kedatangan Kristus bagi sesama. Sebab hanya pada-Nyalah bersumber kekuatan untuk melayani dan merasul. Bandingkan dengan bdk. Yoh. 13:35; 17:210. Memang harus diakui juga dalam hidup bersama, terutama dalam karya pelayanan dan kerasulan tidak mudah untuk menemukan model hidup persaudaraan atau persekutuan yang ideal, seperti yang diinginkan dan dipikirkan oleh banyak orang, bahwa semuanya harus sama, seragam dan lain sebagainya. Konstitusi Bruder MTB, 1999: Art. 229 mengatakan: Hendaknya kita berani mengelurkan pendapat kita dengan ikhlas, dan dalam kesediaan untuk menaati mengemukakan apa yang menurut kita perlu dikemukakan demi cintakasih kepada sesama. Dengan keterbukaan yang jujur dan tulus hati dapat dimekarkan suatu dialog yang membuktikan penghargaan satu sama lain sepenuhnya. Saya yakin dan percaya berkat kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus, walaupun itu tidak mudah untuk dilaksanakan namun, permasalahan dalam hidup bersama akan dapat diatasi dengan rendah hati saling mengakui kesalahan dan tidak menunda- nunda untuk minta maaf, serta dengan tulus ikhlas memaafkan kesalahan sesama saudara dengan cintakasih. ”Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” Kol. 3:4. “Mereka tahu, bahwa mereka sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena mereka mengasihi saudara mereka. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” 1 Yoh. 3:14. Kesetiaan untuk saling mengasihi dalam hidup persaudaraan tampak dalam dukungan material dan moral kepada sesama saudara yang mengalami kesulitan dalam panggilan hidup bersama sebagai saudara. Dukungan antara sesama saudara yang lainnya, akan melahirkan semangat saling percaya dan pada gilirannya menimbulkan perasaan adanya kepastian perlindungan dari persaudaraan. Konstitusi Bruder MTB 1999: Art. 223 mengatakan bahwa “Para anggota komunitas bersama- sama merupakan kesatuan yang berpangkal pada panggilan yang sama dan pada penghargaan dan kepercayaan satu sama lain. Kesatuan itu tumbuh dari pengakuan keunikan dan keterbatasan pribadi masing-masing. Kesatuan itu menghargai kebaikan yang ada pada setiap saudara dan menudunginya dengan mantel cintakasih apa yang dilihat sebagai kekurangan dalam diri sesama saudara dan juga orang lain”.

C. Rangkuman