Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo Ketiga

Sengsara dan wafat Yesus dapat membantu setiap orang untuk memberi makna kepada pengalaman hidup mereka di dunia sekarang ini. Dunia ini menjadi penuh sengsara karena berbagai macam pengkhianatan. Nafsu untuk semakin berkuasa dan semakin kaya menciptakan para pengkhianat. Orang dengan mudah silau oleh janji-janji palsu dan tidak mampu melihat lagi bahwa sesama adalah saudara dan sahabat. Orang lain dengan mudah akan dipandang sabagai saingan atau bahkan musuh yang harus disingkirkan. Lalu, sebagai kurban yang disingkirkan, ia juga digoda untuk membalas. Namun, kepuasan sementara yang dihasilkan oleh pembalasan dengan cepat akan membuat hidup semakin pahit dan melahirkan pengkhianatan berikutnya. Dalam Perjamuan Terakhir, Yesus mengubah pengkhianatan yang Ia alami menjadi pemberian diri yang membarui kehidupan. Ia tidak hanya memberikan sesuatu, tetapi Tubuh dan Darah-Nya, seluruh hidup-Nya sendiri Suharyo, 2011:70. Santo Fransiskus dari Assisi sangat menaruh hormat terhadap perayaan Ekaristi imannya terhadap sakramen imamat dan akan kehadiran ekaristi Kristus termasuk karunia yang dianugerahkan Allah kepada Fransiskus sesudah pertobatanya. Hal ini diakuinya dalam wasiatnya kepada para pengikutnya. Karena itu aku mohon kepada kamu semua, saudara-saudara, dengan mencium kakimu dan dengan kasih yang sebesar-besarnya, agar kamu sesuai dengan kemampuanmu, menyatakan segala hormat dan khidmat kepada Tubuh dan darah Mahakudus Tuhan Yesus Kristus; di dalam Dia, segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi diperdamaikan dan dipersatukan kembali dengan Allah yang Mahakuasa Iriarte, 1995:36.

3. Kemiskinan dalam perspektif menurut Anggaran Dasar Ordo Ketiga

Regular Santo Fransiskus Assisi Sebelum saya menguraikan kemiskinan dalam perspektif Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi perlu terlebih dahulu diketahui apa itu Anggaran Dasar da n Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus dari Assisi. “Anggaran Dasar adalah dokumen yang menentukan tujuan khusus suatu pendirian ordo ataupun kongregasi dan menentukan sarana prinsipil untuk mencapai tujuan itu, serta berisi norma atau peraturan yang mengarahkan hidup anggota ordo atau kongregasi tersebut. Biasanya Anggaran Dasar disusun oleh pendiri suatu biara atau ordo religius” Marpaung, 2006:1. “Ordo Ketiga, pria dan wanita, baik yang kawin maupun yang tidak. Mereka hidup dalam keluarga dan mengkhususkan diri untuk berkerja. Kemudian di antara Ordo Ketiga itu, baik secara pribadi maupun secara kelompok, ada yang mengkhusukan diri hidup di pertapaan eremit atau yang hidup dalam persaudaraan. Mereka inilah yang disebut Ordo Ketiga Regular, sedangkan mereka yang tetap tinggal bersama keluarga dan pada perkerjaan mereka kawin atau tidak kawin disebut Ordo Ketiga Sekular” Marpaung, 2006:7. Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular FransiskusFransiskan merupakan suatu dokumen spiritual yang berisikan cara khusus untuk menghidupi Injil: suatu cara untuk menghidupi doa, hidup dalam persaudaraan, hidup apostolis, dan lain sebagainya; naskah yang mengandung sikap prinsipil, mendasar, umum, bagi semua keluarga Fransiskan Ordo Ketiga Regular; dokumen yang memuat “harta umum” yang menjadi dasar kesatuan. Maka dari itu, nilai dasar keluarga Fransiskan ditemukan dalam Anggaran Dasar ini: kemiskinan, kerendahan, pertobatan, dan hidup kontemplatif; nilai-nilai ini tertenun dalam ikatan persaudaraan dan dihidupi dalam kesederhanaan dan dalam kegembiraan; dokumen untuk semua Kongregasi Pria dan Wanita, untuk hidup kontemplatif dan aktif Marpaung, 2006:52. Menurut Bonaventura dari Bagnoreggio, Anggaran Dasar yang disusun Fransiskus membawa pemakainya kepada peneladanan Kristus dalam hidup doa dan kerasulan. Fransiskus dan saudara-saudaranya ingin mengikuti hidup Kristus dan para Rasul-Nya Marpaung, 2006:12. Para Bruder MTB termasuk dalam Ordo Ketiga Regular FransiskusFransiskan. Sebagaimana orang ketahui bersama bahwa, Ordo Ketiga Regular zaman Fransiskus dari Assisi adalah orang-orang yang secara pribadi maupun kelompok, ada yang mengkhususkan diri hidup di pertapaan atau yang hidup dalam persaudaraan dan hidup bersatu dalam komunitas. Santo Fransiskus dari Assisi dalam Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular memberikan pedoman serta dasar-dasar untuk peraturan hidup bagi para saudaranya dan juga para pengikutnya. Fransiskus menekankan kepada para pengikutnya bahwa peraturan dan pedoman hidup yang konkret adalah apabila mereka para pengikutnya, dapat hidup seturut semangat Injili. Sebab dalam Injil orang menemukan kebijaksanaan dalam hidup dan karya yakni kehidupan Putra Allah Yesus Kristus yang solider terhadap semua orang baik yang miskin maupun yang kaya, dan yang berdosa maupun yang tidak berdosa, semuanya Dia kasihi sebagai anak-anak Allah, hingga pada akhirnya Dia rela menderita, wafat dan bangkit demi cinta-Nya untuk semua orang. Secara definitip yang mendorong Fransiskus, hidup menurut pola Injil suci tejadi pada hari pesta Santo Mateus pada tanggal 21 September 1209. Ketika ia mendengar dalam kapel Portiuncula perikop Injil Mat. 10:1-42, di mana Yesus menyuruh rasul-rasul mewartakan Injil tanpa membawa serta uang, bekal, kasut dan baju dua helai. Serta merta Fransiskus bersorak kegirangan: “Inilah yang kuinginkan, inilah yang kucari, inilah yang hendak kulakukan dengan segenap hati”. Tanpa menunggu sedikitpun, ia menanggalkan pakaian musafirnya, yang hingga saat itu dipandang sebagai tanda “hidup dalam pertobatan”; ia mengenakan jubah sederhana yang dirancangnya sendiri, pakai seutas tali dengan kaki telanjang. Ia mulai berkhotbah perihal Kerajaan Allah dan mengajak semua orang bertobat. Ini terjadi pada tahun ketiga pertobatannya Iriarte, 1995:22. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada saat inilah pengikut-pengikutnya yang pertama menggabungkan diri dengan Fransiskus. Fransiskus sebagai pelopor pertama gerakan Fransiskan tanpa merencanakannya sebelumnya. Dia menerima saudara dan saudarinya sebagai hadiah dari Allah yang Mahatinggi dan mulai membagikan kepada mereka harta “kebesan roh” tanpa ikatan duniawi, yang ditemukan dengan mengikuti Kristus yang miskin. Fransiskus di dalam mengambil setiap keputusan dia bercermin pada Injil, yakni bahwa Kristus senantiasa berbicara kepada orang yang tulus hati melalui kata-kata Injil. Bagi Fransiskus Injil lebih daripada suatu doktrin, akan tetapi Injil adalah suatu kehidupan yang berasal dari Allah sendiri. Kristus yang ditemukan oleh Fransiskus dalam diri saudara dan saudari yang miskin, menderita, lemah, tersingkir, mewahyukan diri kepadanya sekarang hidup, lembut menyapa dia melalui teks-teks Injil. Fransiskus merenungkan teks-teks suci ini, seluruh warta Injili lambat laut diringkaskan dalam kedinaan Putra Allah, yang menjadi saudara semua orang. Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus mengambil kodrat manusia, yang rela mengosongkan diri, mengalami kemiskinan dan penderitaan untuk menjalankan kehendak Bapa demi penebusan dosa dan keselamatan umat-Nya. Menjelang akhir hidupnya Santo Fransisikus dari Assisi berkata: Baiklah membaca kesaksian Kitab Suci; baiklah mencari Tuhan Allah kita di dalamnya. Akan tetapi aku telah menjadikan milikiku begitu banyak dari Kitab Suci sampai-sampai aku mempunyai lebih dari cukup untuk kurenungkan dan kuresapi dalam batin. Aku tak butuh lain lagi putra-putraku; aku mengenal Kristus yang miskin dan tersalib Iriarte, 1995:27. Dengan demikian jelaslah bagi mereka, para pengikut Santo Fransiskus dari Assisi bahwa seluruh uraian di atas ingin mengajak mereka untuk merenungkan, mengerti, memahami serta mempraktikannya dalam seluruh tugas, perkerjaan dan karya yang mereka lakukan. Dalam melakukan semuanya ini, mereka dapat bercermin tentang kemiskinan Yesus Kristus dalam Injili. Hendaknya pola hidup para Bruder Maria Tak Bernoda MTB menepati Injil suci Tuhan Yesus Kristus, dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan dan kemurnian. Para Bruder MTB diajak untuk menepati kemiskinan dan kerendahan hati serta Injil suci Tuhan Yesus Kristus yang telah mereka janjikan dengan teguh dalam iman katolik. Hidup Injil adalah hidup Yesus, hidup yang sempurna, kesempurnaan Injil, yang hendak dicapai dan dikejar. Injil adalah Sabda Yesus, yang adalah sabda Bapa, sabda Roh Kudus. Inilah sasaran terakhir yang ingin mereka capai, yakni bersatu dengan Allah Tritunggal sebagai hidup yang terdalam, hidup yang ada selama-lamanya yakni hidup yang kekal abadi dalam kerajaan surga.

4. Kemiskinan dalam perspektif hidup Bruder Maria Tak Bernoda MTB