Pengalaman Praktik Hidup Spiritualitas dalam Pelayanan

sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Kongregasi danatau yang akan ditetapkan oleh pemimpin kongregasi yang sah”. “Marilah kita mengembalikan semua yang baik kepada Tuhan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaluhur dan mengakui, bahwa semua yang baik adalah milik-Nya; marilah kita mengucap syukur kepada-Nya atas segala-galanya, karena dari Dialah berasal semua yang baik. Hendaknya kita insyafi sungguh-sungguh bahwa tidak ada yang kita miliki selain cacat-cela dan dosa” Iriarte, 1995:95. “Kata Yesus kepadanya Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku Mat. 19:21. Para bruder diajak menyerahkan sesuatu yang mereka terima beserta penghasilan mereka kepada kongregasi dan mereka mau hidup dalam persekutuan harta untuk berbuat baik kepada sesama.

4. Pengalaman Praktik Hidup

Tantangan yang besar zaman ini terhadap penghayatan kaul kemiskinan antara lain: Kemajuan teknologi, budaya konsumtifhanya memakai tidak menghasilkan dan bergantung pada hasil produksi pihak lain. Budaya instan, ingin hidup kaya dan glamoryang serba gemerlapan dan materialismehaus akan harta milik tidak peduli kepada orang lain. Bandingkan dengan Vita ConsencrataHidup Bakti bdk. VC 89. Dikatakan bahwa tantangan kemiskinan pada zaman sekarang yakni materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan-keperluan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam dan lain sebagainya. Baiklah kita sadari pula bahwa dalam diri kita ada kecenderungan untuk memiliki dan mengusai barang-barang, menyimpan dan menimbun kekayaan, menyalahgunakannya bagi kepentingan, kenikmatan dan jaminan sendiri nyaman dan aman. Untuk membebaskan diri dari kecenderungan itu, dengan tulus ikhlas: Segala pendapatan yang kita peroleh secara pribadi maupun komunitas, seperti gaji, honor, uang pensiun, premi, bonus, tunjangan, hadiah atau pun sumbangan kita serahkan kepada Kongregasi lewat pemimpin komunitas. Bakat, pengalaman, ketrampilan, pengetahuan, pendapat atau gagasan yang ada dalam diri kita, kita persembahkan kepada Kongregasi untuk kehidupan bersama dengan pengembangan karya kerasulan kita; kita menyerahkan hak pengelola harta dan warisan kepada orang yang kita kehendaki. Rumah kita dan segala perlengkapannya, pakaian dan keperluan pribadi lainnya diusahakan sederhana, baik menurut ukuran harganya, maupun model atau pun tipenya. Kita menyusun dan berusaha mentaati anggaran belanja tahunan komunitas; secara jujur dan terbuka kita membuat laporan penggunaan uang untuk keperluan pribadi, maupun karya secara teliti dan benar serta dapat dibuktikan. Hendaknya kita jangan terlalu mudah meminta- minta barang maupun uang kepada orang lain di luar komunitas kita tidak etis. Kepemilikkan barang-barang berharga haruslah diberitahukan kepada pemimpin komunitas, dan diteruskan kepada pimpinan provinsi Statuta Bruder MTB 2014: Art 42. Tradisi dalam Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda MTB apabila para saudara yang mendapatkan uang atau barang lainnya, entah dari hasil dia mengajar di sekolah, membimbing retret, rekoleksi, memimpin ibadat dan lain sebagainya. Uang tersebut, terlebih dahulu harus diserahkan kepada kongregasi melalui pemimpin komunitas. Dalam Statuta pasal IV, Art 46 dikatakan bahwa “Untuk keperluan praktis, para saudara dimungkinkan memegang sejumlah uang atau kas pribadi yang harus dipertanggung-jawabkan pemakaiannya kepada pemimpin komunitas. Jumlahnya diputuskan bersama dalam rapat komunitas. Pembelian barang untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keperluan pribadi yang mendadak ataupun hobby yang harganya melebihi kesepakatan komunitas harus dirundingkan bersama dengan pemimpin komunitas”. Penghayatan kaul kemiskinan sekarang ini bukan hanya secara pribadi tetapi juga secara komuniter bahkan secara tarekat. Gerakannya juga lebih komuniter dan bukan hanya penghayatan pribadi. Tidak cukup lagi mengatakan aku sudah miskin tetapi juga harus dapat menjawab bahwa komunitas dan kongregasi kita juga harus hidup sederhana dan memberi perhatian kepada orang miskin. Dengan alasan itu, komunitas dapat menentukan bersama bentuk-bentuk penghayatan kaul kemiskinan dan kesederhanaan untuk seluruh komunitas yang dihayati bersama-sama. Mereka dapat menentukan cara bertindak sederhana dalam hal makanan, pola hidup, fasilitas komunitas, karya sosial yang dilakukan menentukan budget bersama dan lain lain Suparno, 2016:119. Hendaknya para bruder sadar bahwa kemiskinan mereka harus berdampak demi kemajuan orang lain. Maka para bruder harus murah hati untuk menggunakan milik biara demi karya kerasulan bagi orang lain yang membutuhkan bukan untuk diri mereka sendiri. Praktik kaul kemiskinan yang menonjol adalah semangat untuk berjuang bagi keadilan dan bagi orang kecil. Bagi Bruder Maria Tak Bernoda MTB kaul kemiskinan dihayati pula dalam menjaga dan merawat barang-barang yang disediakan oleh Kongregasi. “Sarana, fasilitas dan alat-alat yang menjadi inventaris unit karya, janganlah dijadikan milik pribadi. Hendaknya kita ikut bertanggungjawab di dalam keamanan dan perawatannya” Statuta Bruder MTB, 2014: Art 77.

5. Komunikasi Pengalaman Iman