Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA

59 Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa resiliensi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran resiliensi pada ODHA, melihat belum ada yang menggambarkan resiliensi ODHA secara deskriptif.

E. Kerangka Berpikir

HIV AIDS merupakan penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Terdapat banyak stigma negatif tentang HIV AIDS seperti cara penularan dan penderitanya. Tidak jarang masyarakat maupun keluarga mendiskriminasi orang yang terinfeksi HIV AIDS karena takut akan tertular. Banyak kesalahan informasi mengenai penularan HIV AIDS seperti dapat ditularkan melalui berjabat tangan, berpelukan, melalui keringat, dan menggunakan peralatan makan bersama. Pada kenyataannya, HIV AIDS hanya dapat menular melalui tranfusi darah, hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik yang sudah terkontaminasi virus HIV, dan transmisi secara vertikal dari ibu yang sudah terinfeksi ke janin. Selain diskriminasi, ODHA juga cenderung mendapatkan pengucilan, pengasingan, dan penolakan. Masyarakat masih banyak yang menganggap ODHA merupakan pengguna narkoba, pekerja seks bebas, dan homoseksual padahal HIV AIDS dapat menyerang siapa saja dari berbagai lapisan masyarakat. Menderita HIV AIDS menjadi masalah yang sangat kompleks karena selain harus berjuang melawan penyakit yang diderita tetapi juga harus melawan stigma negatif dari masyarakat. Stigma negatif yang ada dan kurangnya kepedulian terhadap ODHA mengakibatkan masalah fisik, psikis, 60 dan sosial. ODHA juga sering merasa bersalah terhadap dirinya sendiri akibat terinfeksi oleh HIV. Berbagai stigma yang didapat ODHA dapat menurunkan semangat hidupnya. Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada dibutuhkan resiliensi. Resiliensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan dengan masalah yang dihadapi sehingga mampu meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Dengan resiliensi, ODHA akan memandang kehidupannya secara lebih positif dan mampu bangkit dari keterpurukan. Resiliensi mencakup tiga faktor yaitu faktor I Have, I Am, dan I Can. Faktor I Have mencakup trusting relationship mempercayai hubungan, structure and rules at home struktur dan aturan, role models, encouragement to be autonomous dorongan menjadi otonom, access to health, education, welfare, and security services akses pada kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan layanan keamanan. Faktor I Am mencakup lovable and my temperament is appealing perasaan dicintai dan sikap yang menarik, loving, empathic, and altruistic mencintai, empati, dan altruistik, proud of myself bangga pada diri sendiri, autonomous and responsible otonomi dan tanggung jawab, filled with hope, faith, and trust harapan, keyakinan, dan kepercayaan sedangkan faktor I Can mencakup communicate komunikasi, problem solve pemecahan masalah, manage my feelings and impulses mengatur perasaan dan impuls, gauge the temperament of myself and others mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain, seek trusting relationship Mencari hubungan yang dapat dipercaya. 61 Fenomena yang dapat dilihat di masyarakat tentang berbagai stigma negatif tentang ODHA menyebabkan mereka kurang mendapat perhatian baik dari orang tua, keluarga, maupun orang-orang terdekat mereka. Hal ini sangat mempengaruhi resiliensi yang dimiliki. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi resiliensi yang dimiliki ODHA di tengah kondisi kehidupan mereka.

F. Pertanyaan Penelitian