Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler KIR SMA Negeri 1 Tempel

80 Wakil kepala bidang sekolah juga mengungkapkan bahwa yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa. Hal tersebut diungkapkan pada lampiran 4 “Kalau dalam manajemen menurut saya sudah baik kendalanya itu malah pada anak, anak itu belum minat belum pada ekstra yang dia pilih, meskipun dia milih dia sering ngga berangkat, seperti itu lho.” Koordinator kegiatan ekstrakurikuler juga berpendapat sama pada lampiran 4, “hambatannya pada anak, dilihat dari presensi yang kadang masuk kadang tidak. Maklum saja sekolahnya masih seperti ini istilahnya pinggiran motivasi anak itu masih kurang mbak.” Kendala lain yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah pada sarana. Salah satu sarana yang belum terpenuhi adalah komputer. Hasil observasi menunjukkan bahwa laptop atau komputer sangat dibutuhkan dalam pembelajaran ekstrakurikuler KIR, untuk memudahkan siswa dalam membuat karya, misalnya untuk mengetik dan mencari refrensi di internet. Di SMA Negeri 1 Tempel sudah ada Laboratorium komputer, namun karena jadwal ekstrakurikuler TIK dan KIR jatuh dihari yang sama, maka peserta ekstrakurikuler KIR tidak bisa memanfaatkan laboratorium komputer tersebut. Harapan dari guru ekstrakurikuler KIR adalah siswa membawa laptop saat kegiatan ekstrakurikuler KIR, selain untuk memudahkan siswa dalam mengerjakan, siswa dapat memanfaatkannya sebagai alat untuk mencari refrensi tambahan dari internet karena di sekolah sudah ada wifi. Hal tersebut terungkap pada wawancara dengan guru ekstrakurikuler lampiran 4, 81 “Kemudian yang menghambat itu saya lihat pertama adalah siswa, jadi dari mereka itu tidak semua punya alat tulis yaitu laptop. Harapan saya mereka membawa itu untuk browshing, tapi kalau tidak ada ya saya maklum lah. Maunya saya walaupun tidak punya mereka tetap semangat walaupun harus menulis dengan tangan.” Pernyataan guru tersebut juga dipertegas oleh siswa pada lampiran 4, “Belum, karena tidak punya laptop. Dalam ekstrakurikuler laptop sangat penting mbak agar mengerjakan lebih mudah.” Bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dilakukan pembinaan. Pembinaan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua siswa yang tidak masuk lalu diberi pengarahan agar siswa berangkat. Selain pengarahan sekolah juga memberitahukan kepada orang tua, pemberitahuan melalui surat. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan pada lampiran 4, “Kalau diekstra yang sifatnya seperti itu hanya kita bina.Ya kita kumpulkan terus kita tanya penyebab dia tidak berangkat itu apa, terus ya kita suruh untuk berangkat karena sudah memilih. . kalau setelah dibina anak masih tidak masuk kita panggil orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi dalam mengatasi permasalahan dalam kegiatan ekstrakurikuler kita selalu berkomunikasi dengan orang tua.” Tidak ada sanksi yang memberatkan siswa bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler KIR pada lampiran 4 mengungkapkan bahwa, “teguran jelas tetapi tidak ada sanksi yang memberatkan siswa.” Tidak hanya berupa pembinaan, upaya sekolah untuk mengatasi hambatan dalam manajemen kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan cara sekolah terus berusaha melengkapi sarana agar siswa tertarik untuk mempelajari 82 ekstrakurikuler disamping pelajaran utama dan guru juga meningkatkan kualitas pembelajaran ekstrakurikuler. Hal tersebut diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler pada lampiran 4, “Kita semboyannya apabila fasilitas memenuhi dan guru juga memenuhi dalam tanda kutip “menguasai” otomatis siswa juga akan tertarik. Jadi guru terus berinisiatif untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran ekstrakurikuler dan sekolah berusaha melengkapi sarana agar siswa tertarik untuk mempelajari ekstra disamping pelajaran utama.” Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui perbaikan cara mengajar dan melengkapi sarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR.

b. Faktor Penghambat Kegiatan Ekstrakurikuler KIR SMA Negeri 1

Sleman Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah siswa sering ijin tidak mengikuti ekstrakurikuler KIR karena mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang lain yaitu tonti, mading, olimpiade yang waktunya bersamaan dengan kegiatan ekstrakurikuler KIR. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan pada lampiran 4, “Anak KIR juga ikut ekstra lain seperti tonti, tonti itu kalau mau lomba biasanya makan waktu dan tenaga jadi mereka alasannya ijin tidak ikut ini karena latihan ini dan sebagainya.” Hal tersebut juga diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler pada lampiran 4, ”Sering berbenturan dengan kegiatan yang lain mbak misal uts, tryout.” Hasil pengamatan presensi dan pengamatan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam setiap kali