Faktor Penghambat Kegiatan Ekstrakurikuler KIR pada SMA Negeri

98 kepala sekolah bagian kesiswaan, koordinator kegiatan ekstrakurikuler, dan guru ekstrakurikuler. 2. Dalam penelitian ini tidak semua dokumen mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR berhasil didapatkan. 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR pada SMA N 1 Tempel dan SMA N 1 Sleman dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru. Perencanaan dilakukan oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, dan koordinator kegiatan ekstrakurikuler. Hal-hal yang direncanakan adalah guru, siswa, sarana dan jadwal kegiatan. Perekrutan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR dilakukan melalui pembagian angket. Perekrutan guru dilakukan dengan cara menunjuk guru bahasa Indonesia sebagai guru ekstrakurikuler KIR. Penyusunan jadwal dilakukan oleh koordinator ekstrakurikuler. Pendanaan kegiatan ekstrakurikuler pada SMA Negeri di Kabupaten Sleman dibebankan kepada sekolah yaitu menggunakan dana komite sekolah. 2. Struktur organisasi kegiatan ekstrakurikuler KIR pada SMA Negeri 1 Tempel dan SMA Negeri 1 Sleman di Kabupaten Sleman bersifat fungsional dengan struktur lini. Struktur organisasi terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, koordinator kegiatan ekstrakurikuler dan guru ekstrakurikuler. 3. Kegiatan ekstrakurikuler KIR pada SMA Negeri 1 Tempel dan SMA Negeri 1 Sleman dilaksanakan satu minggu sekali. Kegiatan ekstrakurikuler KIR 100 dilaksanakan untuk membina siswa dalam bidang nonakademik. Tujuannya untuk menambah wawasan siswa dalam bidang ilmiah. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja adalah laporan, proposal penelitian, artikel dan makalah. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah dan praktik. Sarana yang digunakan adalah laptop, LCD, buku panduan dan majalah ilmiah. 4. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler KIR pada SMA N 1 Tempel dan SMA N 1 Sleman dilakukan setiap satu bulan sekali. Hal yang dievaluasi meliputi target yang ingin dicapai, jumlah pertemuan, partisipasi siswa dalam pembelajaran dan hasilnya. Tindak lanjut dari hasil evaluasi kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah untuk pengambilan keputusan dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan kegiatan selanjutnya. 5. Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR di SMA N 1 Tempel adalah siswa sering tidak berangkat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR, penyebabnya adalah siswa kurang menyukai metode pembelajaran yang digunakan guru dan sarana yang digunakan belum terpenuhi, yaitu komputer. Pada SMA N 1 Sleman siswa sering tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena jadwal kegiatan ekstrakurikuler KIR bersamaan dengan jadwal ekstrakurikuler yang lain dan sumber belajar belum memadai.