Pengorganisasian Kegiatan Ekstrakurikuler KIR SMA Negeri 1
67 Tidak
ada peraturan
khusus mengenai
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Tempel. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler pada lampiran 4,
“Tidak ada mbak, kalau seperti pramuka itu wajib otomatis kalau tidak berangkat ya ada sanksi. Kalau yang lain karena untuk pengembangan
bakat dan minat tidak seketat yang pramuka karena itu bersifat pilihan dan pengembangan kalau siswa berangkat ya kita latih dengan sungguh-
sungguh.”
Berdasarkan data tersebut berarti tidak ada peraturan khusus mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya hanya pilihan seperti KIR.
Sekolah hanya menetapkan peraturan untuk kegiatan ekstrakurikuler wajib seperti pramuka.
Proses pembelajaran ekstrakurikuler KIR terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Hasil observasi menunjukkan kegiatan
pembuka terdiri dari mengawali pembelajaran dengan doa, guru memberi gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan, dan memberi motivasi siswa.
kegiatan inti terdiri dari guru menjelaskan materi, tanya jawab dengan siswa, guru memberi tugas siswa. kegiatan penutup terdiri dari membuat kesimpulan,
memberi motivasi siswa, siswa mengisi presensi dan terakhir menutup pembelajaran dengan doa. Setelah
melakukan observasi
sebenarnya pembelajaran ekstrakurikuler KIR hampir sama dengan pembelajaran pada
kegiatan intrakurikuler. Hal ini juga diungkapkan oleh guru ekstrakurikuler KIR pada lampiran 4, “Secara prinsip iya sama dengan pembelajaran intrakurikuler,
tetapi KIR lebih banyak action jadi sedikit sekali teori yang saya sampaikan, saya beri petunjuk buku apa yang harus dibaca. Jadi sedikit teori banyak kerja
68 paling tidak ya hampir mungkin 25 teori dan 75 membuat karya. Kita kan
arahnya untuk membuat karya.” Materi yang disampaikan dalam pembelajaran ekstrakurikuler KIR terdiri
dari makalah, artikel, proposal, akan tetapi dalam pembelajaran ekstrakurikuler KIR fokusnya adalah penulisan proposal penelitian dan makalah. Hal tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan guru ekstrakurikuler KIR pada lampiran 4, “Materi pertama adalah gini saya beri orientasi dulu sampai seberapa
mereka menguasai masalah penulisan ini, kemudian saya gali yang belum mereka pahami yang belum jelas sama sekali saya sampaikan sejelas-
jelasnya dengan cara tanya jawab dan sharing dengan mereka. Memang semua karya ilmiah saya sampaikan dari makalah, artikel itu saya
sampaikan semua. Tapi fokusnya adalah penulisan proposal penelitian karena kita mengacu pada lomba.”
Dari pernyataan guru tersebut berarti materi yang disampaikan pada
ekstrakurikuler KIR lebih menyesuaikan kebutuhan , yaitu mempersiapkan siswa untuk mengikuti lomba.
Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran ekstrakurikuler KIR adalah ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Seperti yang diungkapkan guru
pada lampiran 4, “Metode yang saya gunakan yang jelas ada ceramah mbak, kemudian
tanya jawab, yang paling banyak pemberian contoh yang penting itu anak tahu betul faktanya seperti apa to karya ilmiah itu. Jadi kalau ada contoh
lebih mudah, kalau saya menyampaikan dengan ceramah saja itu kurang mengena. Mencontohnya tidak plek lho tetapi ada modifkasi, ya intinya
sama. Misalkan dalam pendahuluan kan ada latar belakang, rumusan masalah ada tujuan, manfaat itu harus tahu betul.”
Siswa kurang menyukai metode pembelajaran yang digunakan guru. Siswa mengeluhkan bahwa pembelajaran kegiatan ekstrakurikuler KIR membosankan