Faktor Penghambat Kegiatan Ekstrakurikuler KIR di SMA Negeri 1

83 pertemuan tidak lebih dari 10 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR belum baik. Kendala lain yang dihadapi oleh SMA negeri 1 Sleman adalah sarana yang digunakan dalam kegiatan ektrakurikuler KIR belum memadai. Berdasarkan hasil observasi sarana yang belum ada dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah buku refrensi seperti majalah ilmiah. Selama ini pedoman yang digunakan hanya buku panduan yang dibuat oleh guru. Pada lampiran 4 siswa juga mengungkapkan bahwa “ sarana belum memadai , karena belum memiliki peralatnnya yang digunakan untuk KIR seperti buku-buku referensi.” Upaya sekolah mengatasi hambatan dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah terus berupaya untuk memberi motivasi kepada siswa agar mereka tetap semangat berangkat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut diungkapkan oleh guru pada lampiran 4, “upaya saya beri masukan terus, tapi kesulitan saya memang pada anak yang sering izin. Anak KIR itu kadang memang anak yang jenius. Anak itu tidak hanya ikut KIR namun ikut olimpiade, mading, tonti, jadi saat kegiatan KIR sering pamit.” Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di periode berikutnya, siswa hanya diperbolehkan memilih satu kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Di awal tahun ajaran sekolah akan mengikat siswa dengan surat pernyataan ada tanda tangan di atas materai dan diketahui orang tua agar anak konsekuen dengan pilihannya. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan pada lampiran 4, “itu nanti kedepannya kita rencana 84 diawal diikat dengan adanya pernyataan agar anak konsekuen dengan pilihannya kalau sudah milih ini mantap ada tanda tangan di atas materai diketahui orang tua.” jadi orang tua itu tahu kalau anaknya pulang sore karena latihan ini.” Tindak lanjut dari sekolah mengenai hal tersebut salah satunya adalah memberi sanksi kepada siswa yaitu tidak mengeluarkan nilai bagi siswa yang sudah memilih namun tidak masuk. Hal tersebut diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler KIR pada lampiran 4, “tidak dikeluarkan nilainya, tapi kalau untuk sanksi yang memberatkan siswa seperti tidak naik kelas tidak ada.” Untuk sarana sekolah sedang berusaha untuk melengkapi dan akan dilaksanakan pada pelaksanaan ekstrakurikuler KIR pada periode berikutnya. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan pada lampiran 4, “sarana kami berusaha untuk melengkapi, itu rencananya akan dilaksanakan pada periode selanjutnya.” Berdasarkan data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR di SMA Negeri 1 Sleman terletak pada siswa dan sarana.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler KIR pada SMA Negeri di

Kabupaten Sleman Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR pada SMA Negeri di Kabupaten Sleman dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Perencanan dilakukan melalui rapat koordinasi Hal-hal yang direncanakan meliputi peserta kegiatan ekstrakurikuler, guru, sarana prasarana, dana, dan jadwal kegiatan. Hal-hal yang 85 direncanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler pada SMA Negeri di Kabupaten Sleman tersebut sesuai dengan panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, tahun 2010, BAB. III, Butir A 4 – 6, perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur kegiatan, substansi kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, serta keorganisasiannya, tempat, dan sarana. Pihak yang terlibat dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, koordinator kegiatan ekstrakurikuler dan gurupembina kegiatan ekstrakurikuler. Unsur- unsur yang terlibat dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut sudah sesuai dengan yang ada di panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA 2010: 74 bahwa unsur yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah kepala SMA, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru, pembina dan pelatih. Perekrutan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pada SMA Negeri di Kabupaten Sleman melalui angket. Hal ini sesuai dengan yang ada dalam di panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA 2010: 77 satuan pendidikan dapat menggunakan angket untuk menjaring kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik. Penetapan guru dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR dilakukan sekolah dengan cara menunjuk guru bahasa indonesia sebagai guru ekstrakurikuler KIR. Menunjuk guru bahasa indonesia karena guru bahasa indonesia dianggap mampu dan sesuai untuk membimbing kegiatan ekstrakurikuler KIR. Tetapi dalam 86 pelaksanaan tidak menutup kemungkinan untuk dibantu oleh guru mata pelajaran yang lain. Untuk SMA Negeri 1 Sleman guru ekstra KIR merekrut dari luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan pelatih KIR tersebut sering meraih kejuaraan pada tingkat nasional. Selain karena prestasi SMA Negeri 1 Sleman juga menetapkan syarat untuk menjadi guru ekstrakurikuler yaitu harus profesional dan pendidikan terakhir minimal sarjana. Penetapan guru tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bab vi, pasal 28, butir 1 pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ketersediaan dana merupakan salah satu syarat untuk dapat dilakukannya berbagai kegiatan. Dana merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu kegiatan, tanpa di dukung dana suatu kegiatan tidak dapat berjalan lancar bahkan mungkin tidak dapat berjalan sama sekali. Dalam kegiatan ekatrakurikuler, dana digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan agar kegiatan berjalan lancar. Seperti yang dikemukakan oleh Suryosubroto 2009: 306 tersedianya dana kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai besarnya dana yang disediakan oleh sekolah guna memberi kemudahan kepada peserta dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Pendanaan kegiatan ekstrakurikuler pada SMA Negeri di Kabupaten Sleman dibebankan kepada sekolah yaitu menggunakan dana komite sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008 bab V pasal 6 ayat 1 bahwa