82 ekstrakurikuler disamping pelajaran utama dan guru juga meningkatkan kualitas
pembelajaran ekstrakurikuler. Hal tersebut diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler pada lampiran 4,
“Kita semboyannya apabila fasilitas memenuhi dan guru juga memenuhi dalam tanda kutip “menguasai” otomatis siswa juga akan tertarik. Jadi
guru terus berinisiatif untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran ekstrakurikuler dan sekolah berusaha melengkapi sarana agar siswa
tertarik untuk mempelajari ekstra disamping pelajaran utama.”
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui
perbaikan cara mengajar dan melengkapi sarana yang digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR.
b. Faktor Penghambat Kegiatan Ekstrakurikuler KIR SMA Negeri 1
Sleman
Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah siswa sering ijin tidak mengikuti ekstrakurikuler KIR karena mereka mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang lain yaitu tonti, mading, olimpiade yang waktunya bersamaan dengan kegiatan ekstrakurikuler KIR. Hal tersebut diungkapkan oleh
wakil kepala sekolah bagian kesiswaan pada lampiran 4, “Anak KIR juga ikut ekstra lain seperti tonti, tonti itu kalau mau lomba
biasanya makan waktu dan tenaga jadi mereka alasannya ijin tidak ikut ini karena latihan ini dan sebagainya.”
Hal tersebut juga diungkapkan oleh koordinator kegiatan ekstrakurikuler pada lampiran 4, ”Sering berbenturan dengan kegiatan yang lain mbak misal uts,
tryout.” Hasil pengamatan presensi dan pengamatan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler KIR menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam setiap kali
83 pertemuan tidak lebih dari 10 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR belum baik.
Kendala lain yang dihadapi oleh SMA negeri 1 Sleman adalah sarana yang digunakan dalam kegiatan ektrakurikuler KIR belum memadai. Berdasarkan
hasil observasi sarana yang belum ada dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR adalah buku refrensi seperti majalah ilmiah. Selama ini pedoman yang
digunakan hanya buku panduan yang dibuat oleh guru. Pada lampiran 4 siswa juga mengungkapkan bahwa “ sarana belum memadai , karena belum memiliki
peralatnnya yang digunakan untuk KIR seperti buku-buku referensi.” Upaya sekolah mengatasi hambatan dalam kegiatan ekstrakurikuler KIR
adalah terus berupaya untuk memberi motivasi kepada siswa agar mereka tetap semangat berangkat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Hal tersebut diungkapkan oleh guru pada lampiran 4, “upaya saya beri masukan terus, tapi
kesulitan saya memang pada anak yang sering izin. Anak KIR itu kadang memang anak yang jenius. Anak itu tidak hanya ikut KIR namun ikut olimpiade,
mading, tonti, jadi saat kegiatan KIR sering pamit.” Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di periode berikutnya, siswa hanya diperbolehkan memilih satu
kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Di awal tahun ajaran sekolah akan mengikat siswa dengan surat
pernyataan ada tanda tangan di atas materai dan diketahui orang tua agar anak konsekuen dengan pilihannya. Hal tersebut diungkapkan oleh wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan pada lampiran 4, “itu nanti kedepannya kita rencana