RANCANGAN MODEL PENINGKATAN PERAN KUMKM KAWASAN

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 95

5.2. RANCANGAN MODEL PENINGKATAN PERAN KUMKM KAWASAN

PERBATASAN Besarnya potensi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan baik dilihat dari ketersediaan lahan maupun kesiapan masyarakat dalam mengelola kemoditi tersebut pada lokasi kajian Kabupaten Belu, dan Kabupaten Sanggau merupakan hal yang perlu mendapat perhatian pemerintah pusat maupun daerah dan pihak-pihat terkait lainnya untuk mendayagunakan potensi yang ada melalui upaya pemberdayaan masyarakat dengan menangani potensi lokal tersebut secara baik dan terencana. Bila hal ini bisa dilakukan setidaknya akan menjadi langkah awal pemberdayaan masyarakat di kwasan perbatasan melalui pendekatan KUMKM yang selama ini tidak banyak didorong. Pembangunan masyarakat kawasan perbatasan seolah-olah terbelenggu dan sulit dilakukan bila infrasutruktur tidak terlebih dahulu disiapkan atau dibangun. Melalui pemberdayaan KUMKM ekonomi masyarakat diharapkan bisa berkembang dan maju.sehingga timbul efek ganda yang mendorong pemerintah pusat dan provinsi untuk segera membangun infrastruktur pendukung. Untuk meningkatkan peran KUMKM dalam mendayagunakan potensi potensial daerah di kawasan perbatasan sebagaimana temuan hasil kajian ini, maka perlu dibuat model peningkatan peran KUMKM bagi pemberdayaan potensi lokal tersebut. Penyusunan model harus bersifat dinamis dan melindungi kepentingan petani sebagai produsen atau penghasil komoditi. Untuk itu, kelembagaan petanipeternakpedagangh perlu diperkuat mulai dari pemberdayaan kelompok sampai pada pembentukan kelembagaan Koperasi sebagai wadah atau lembaga bisnis dimana mereka biasa mengelola usaha dengan baik. Oleh sebab itu, model ini dirancang supaya bisa digunakan atau dioperasionalkan di daerah atau tempat lain sejauh persayratan dasar dan bersifat teknis sesuai dengan temuan lokasi kajian bisa dipenuhi. Dasar pemikiran pembuatan model ini melihat pada karakteristik perkembangan KUMKM, peran koperasi, dan dukungan instansi terkaitpembina dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun hal- hal yang mendasari penyusunan model antara lain : x Model merupakan suatu proses yang mesti dilakukan dalam upaya pemberdayaan KUMKM x Model merupakan acuan bagi pihak-pihak terkait dalam pemberdayaan KUMKM Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 96 x Model dibuat terutama untuk melindungi kepentingan Usaha Mikro dan Kecil petani, peternak dan pedagang kecil yang selama ini selalu berada pada pihak yang dirugikan mendapatkan nilai tabah paling kecil. x Model harus memberikan manfaatkeuntungan yang wajar dan terukur bagi KUMKM objek yang disimulasikan untuk diperankan dalam pemberdayaan potensi lokalunggulan local, x Perancangan dan penerapan model berorientasi pada kepentingan pengguna User-Centered- Design dalam hal ini adalah KUMKM. Memperhatikan hal-hal yang dikemukakan di atas maka disusun rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM di Kawasan Perbatasan sebagai berikut : Gambar 5.5. Rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM di Kawasan Perbatasan Model yang disusun sebagaimana terlihat pada gambar diatas biasa diimplementasikan dalam bentuk pilot proyek yang dikelola secara khusus dalam arti semua stakeholder harus tunduk pada ketentuan dan kesepakatan yang dibuat bersama yang tujuannya adalah untuk pemberdayaan potensi lokal dan pemberantasan kemiskinan dengan memposisikan peningkatan peran KUMKM, dimana dalam pengelolaan proyek keuntungan financial bukanlah merupakan tujuan utama. Rancangan model pada gambar 5.5 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 97 x Model ini ditujukan untuk peningkatan peran KUMKM dalam mengelola komoditi potensial daerah atau komoditi unggulan. Koperasi merupakan wadah kelembagaan yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan posisi tawar anggota petanipeternakpedagang sebagai kelompok usaha mikro dalam berbisnis dengan Usaha Kecil dan Usaha Menengah. Keberadaan Koperasi tentunya diharapkan memberikan manfaat atau keuntungan yang optimal kepada anggotanya. x Peran pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten diharapkan masih besar karena tanpa dukungan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten baik dalam kebijakan maupun pendanaan masih sulit untuk mendorong pembangunan kawasan perbatasan termasuk dalam pemberdayaan KUMKM. x Pemerintah pusat diharapkan memberikan dukungan pendanaan dalam bentuk modal investasi, infrastruktur dan peningkatan capacity building dan disalurkan atau berkoordinasi dengan Badan Otoritas Pengelola Kawasan Perbatasan atau BPP Badan Pengembangan Perbatasan yang ada di setiap provinsi. x Pemerintah daerah memberikan dukungan langsung yang bersifat lebih operasional kepada kelembagaan petanipeternakpedagang yang tergabung dalam wadah Koperasi. x Badan Pengembangan Perbatasan atau Badan Otorita Kawasan Perbatasan berperan aktif mencari dukungan baik dari pemerintah pusat maupun investor swasta dalam dan luar negeri. BPP bersama pemerintah daerah membuat aturan pelaksanaan proyek yang bisa disepakati semua pihak dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya, x Mitra usaha adalah UKM yang melakukan hubungan kemitraan dengan koperasi sebagai lembaga institusi petani untuk melakukan proses produksi, pengolahan hasil produksi, pembangunan pabrik dan pemasaran. Rancangan model yang bersifat umum di atas bisa dibuat secara lebih spesifik untuk Kabupaten Belu dan Kabupaten Sanggau sesuai dengan temuan lapangan terhadap komoditi potensialunggulan yang akan dikembangkan pada dua daerah kawasan perbatasan tersebut. Model tentu dikembangkan sesuai kelayakan untuk menangani komoditi yang menjadi prioritas dalam pemberdayaan masyarakat. Pengembangan model ditujukan untuk memperoleh mannfaat yang optimal dan saling menguntung bagi KUMKM yang terlibat. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 98

5.2.1. Rancangan Model Pengembangan Komoditi Potensial di Kebupaten Belu

Rancangan model pengembangan komoditi potensialunggulan di Kabupaten Belu dikembangkan berdasarkan hasil analisis penetapan komoditi potensialunggulan daerah yang telah dilakukan yaitu untuk pengembangan peternakan sapi dan komoditi jagung di subsektor perkebunan. Untuk pengembangan komoditi tersebut perlu diatur dan dirancang dengan baik keterlibatan pelaku usaha mulai produksi sampai ke pemasaran, serta dukungan pihak-pihak terkait. Peternakpetani sebagai usaha mikro yang merupakan basis pengembangan komoditi Sapi potong dan Jagung perlu diorganisir dengan baik agar mereka tidak berada dalam posisi tawar yang lemah. Selain itu, kondisi sosial budaya masyarakat yang telah lama menekuni komoditi perternakan dan pertanianperkebunan secara turun temurun juga menjadi pertimbangan dalam pengembangan model. Atas dasar hal itu, maka disusun rancangan model peningkatan peran KUMKM dalam pengembangan komoditi Sapi dan rancangan model peningkatan peran KUMKM dalam pengembangan komoditi Jagung di Kabupaten Belu sebagaimana pada gambar berikut : Gambar 5.6. Rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM dalam Pengembangan Komoditi Sapi Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 99 Gambar 5.7. Rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM dalam Pengembangan Komoditi Jagung Pada prinsipnya kedua rancangan model untuk komoditi Sapi maupun Jagung tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya terjadi dalam penanganan komoditi baik di tingkat produksi, pengolahan hasil, produk turunan dan pemasaran. Dalam mengorganisir peternakpetani, kelompok ternaktani dan koperasi bisa dikatakan dilakukan dengan cara, langkah dan prinsip yang sama. Keberadaan peternakpetani perlu diayomi agar tidak menjadi kelompok yang dirugikan terutama dalam berhubungan dengan usaha kecil dan menengah. Pengembangan prinsip kemitraan ditujukan agar semua komponen yang terlibat mulai dari tingkat produksi sampai pada pemasaran memperoleh manfaat yang saling menguntungkan baik secara ekonomi maupun finasial. Koperasi bertanggung jawab dalam upaya pemberdayaan petani dan kemitraan dengan UKM. Model ini menempatkan posisi Koperasi menjadi organisasi yang memikul tugas dan tanggung jawab besar dalam pengembangan komoditi potensial melalui peningkatan peran KUMKM yang terlibat didalamnya. Untuk melindungi petani dari pedagang perantara atau pengijon maka kebutuhan produksi mulai dari pra produksi, penanaman, pengolahan dan pemasaran hasil harus mampu dikelola Koperasi. Pengembangan teknik budidaya tanaman agar bisa mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan standar produksi per luas lahan menjadi perhatian Koperasi. Untuk itu, Koperasi perlu membuat demoplot sebagai tempat bagi peternakpetani dalam belajar mengelola usaha yang ditekuninya. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 100

5.2.2. Rancangan Model Pengembangan Komoditi Potensial di Kebupaten Sanggau

Rancangan Model Pengembangan Komoditi potensialunggulan di Kabupaten Sanggau hampir tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Komoditi yang akan dikembangkan dalam peningkatan peran KUMKM berdasarkan temuan lapangan kajian ini adalah Lada dan Kakao. Namun yang penting diperhatikan adalah aspek pendekatan sosial budaya masyarakat setempat yang selama ini telah menggeluti usaha budidaya ke dua komoditi tersebut. Model yang dibuat untuk meningkatan peran KUMKM .di Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 5.8. Rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM dalam Pengembangan Komoditi Lada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 101 Gambar 5.9. Rancangan Model Peningkatan Peran KUMKM dalam Pengembangan Komoditi Kakao Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya Koperasi memegang peran sentral dan peran aktif untuk menggerakkan komponen yang terlibat di dalamnya, mulai dari mencari dukungan pemerintah, lembaga perbankan, swasta serta dalam pemberdayaan petani dan menjalin kemitraan dengan UKM

5.2.3. Identifikasi Tugas dan Fungsi Pemangku Kepentingan

Model yang disusun diatas menghendaki setiap komponen yang terlibat selalu mengadakan komunikasi dan dialog serta memberikan masukan agar rintisan pengembangan komoditi potensialunggulan kawasan perbatasan dan pemberdayaan masyarakatnya bisa berjalan efektif. Berbagai pertemuan diadakan bertujuan untuk : 1 berbagi gagasan; 2 dialog terbuka; 3 berbagi pengalaman; 4 berbagi pengetahuan; 5 networking; 6 toleran,serta; 7 saling bersinergi. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong terciptanya produk-produk baru, mendorong inovasi, memupuk semangat kebersamaan serta terus mengembangkan skill dalam melakukan peningkatan kualitas produk agar mampu bersaing. Interaksi dimaksudkan agar KUMKM dalam jejaring komunitas akan dapat terus berkembang, untuk itu peran stakeholders daerah sangat menentukan. Agar sustainabilitas KUMKM dapat terus berkembang maka pemangku kepentingan harus menjadi support terhadap Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 102 operasionalisasi model yang disusun, adapun penugasan jobdesk dari masing-masing stakeholder daerah dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 5. 10. Penugasan Jobdesk dari masing-masing stakeholder Penugasan atau jobdesk masing-masing stakeholder harus dibuat secara jelas dan disepakati untuk bisa dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing pihak Dalam hal ini peran Badan Pembangunan Perbatasan sangat diharapkan bisa menyusun dan mengkoordinasikan tugas dan fungsi masing-masing stakeholder yang terlibat. Secara umum berikut ini dapat digambarkan peran masing-masing stakeholder, namun rumusan ini perlu dipertajam dan dibuat lebih spesipik lagi agar jangan terjadi tumpang tindih dalam menangani masalah. Peran Pemerintah Tingkat I dan Tingkat II : x Meningkatkan iklim usaha yang menunjang pertumbuhan produk unggulan di daerah x Meningkatkan kerjasama internasional dalam pengembangan pasar, teknologi, promosi dan investasi x Meningkatkan kompetensi SDM Peran Badan Pembangunan Perbatasan : x Pihak yang bertanggung jawab terhadap SOP Investasi x Meng Up Date kondisi internal dan eksternal kawasan perbatasan Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 103 x Marketing Agent terhadap pengembangan potensi ekonomi kawasan perbatasan x Memberikan masukan kepada pemerintah Pusat, Tingkat I dan Tingkat II terhadap kemajuan dan permasalahan KUMKM di kawasan perbatasan x Merangkul pengusaha dan investor untuk memajukan kawasan perbatasan Peran Koperasi Terhadap UMKM : x Sebagai pembina kelompok petanipeternak x Qua;ity Control hasil produksi x Sebagai marketing agent x Arranger kemitraan x Mitra perbankan dan lembaga keuangan lainnya x Penyedia modal untuk kebutuhan anggota Peran UMKM sebagai mitra Koperasi : x Peningkatan jaminan pasokan bahan baku x Melakukan diversivikasi produk olahan x Optimalisasi kapasitas industri hasil olahan dalam negeri x Peningkatan mutu hasil pengolahan x Pengembangan teknologi pengolahan hasil Peran Pengusaha : x Memperkuat mitra bisnis, jaringan usaha dan permodalan bagi Koperasi dan UKM x Membeli dan memasarkan hasil produksi x Menjaga stabilitas pasokan bahan baku x Mendukung peningkatanpengembangan quality control dan teknologi x Mendukung aspek manajerial Peran Expert : x Meningkatkan kemampuan teknologi UMKM melalui RD x Transfert of knowledge pengetahuan pemasaran kepada KUMKM x Konsultan pengembangan usaha dalam berbagai aspek , yaitu: manajemen, produksi, pasar dan pemasaran Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 104 x Memfasilitasi dan menghubungkan KUMKM ke lembaga keuangan baik baik bank maupun non bank x Mengembangkan model pembangunan khusus untuk pemberdayaan KUMKM yang benar- benar berbasis keilmuan dan sumberdaya lokal. Peran Asosiasi : x Memperkuat posisi tawar dalam perdagangan baik dalam harga maupun system pembayaran dan menciptakan persaingan usaha yang sehat x Meningkatkan kinerja organisasi pengusaha KUMKM terutama pada tingkat daerah x Meningkatkan profesionalisme, daya saing pelaku usaha terkait dengan produk yang dihasilkan x Turut berperan terhadap KUMKM yang menangani pengembangan potensi unggulan kawasan perbatasan x Menunjang “good corporate governance” Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 105

6.1. KESIMPULAN