PERMASALAHAN DAN POTENSI DAERAH KAWASAN PERBATASAN

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 70

5.1. PERMASALAHAN DAN POTENSI DAERAH KAWASAN PERBATASAN

Masalah perbatasan masih dinilai belum mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah, hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang masih kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan. Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai ”halaman belakang” wilayah NKRI membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Munculnya paradigma ini, disebabkan oleh sistem politik dimasa lampau yang sentralistik dan sangat menekankan stabilitas keamanan. Disamping itu secara historis, hubungan Indonesia dengan beberapa negara tetangga pernah dilanda konflik, serta seringkali terjadinya pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri. Konsekuensinya, persepsi penanganan kawasan perbatasan lebih didominasi pandangan untuk mengamankan perbatasan dari potensi ancaman dari luar external threat dan cenderung memposisikan kawasan perbatasan sebagai sabuk keamanan security belt. Akibatnya pengelolaan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan melalui optimalisasi potensi sumberdaya alam kurang mendapat perhatian, terutama dalam menggerakkan masyarakat atau KUMKM untuk memaksimalkan penggunaan potensi daerah baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta. Kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan dengan kondisi infrastruktur yang belum memadai dan kurang memiliki aksesibilitas yang baik, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi di negara tetangga. Kawasan perbatasan di Kalimantan dan Sulawesi Utara misalnya, kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya berkiblat ke wilayah negara tetangga yang infrastrukturnya lebih baik. .Pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari wilayah negara tetangga berpotensi mengundang kerawanan di bidang politik. Potensi sumberdaya alam yang berada di kawasan perbatasan, baik di wilayah darat maupun laut cukup besar, namun sejauh ini upaya pengelolaannya belum dilakukan secara optimal. Potensi Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 71 sumberdaya alam yang memungkinkan dikelola di sepanjang kawasan perbatasan, antara lain sumber daya kehutanan, pertambangan, perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan pada Kabupaten Belu dan Kabupaten Sanggau terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi masyarakat di kawasan perbatasan dalam pengembangan potensi potensial daerah. Secara umum permasalahan yang dihadapi pada dua kabupaten yang berbatas dengan Negara Timur Leste dan Negara Malaisia masih terkait dengan kemampuan SDM, modal kerja, penguasaan teknologi, sarana produksi dan tingkat pemanfaatan lahan. Sungguhpun demikian intensitas permasalahan yang ditemukan pada kedua daerah perbatasan berbeda. Intensitas masing-masing permasalahan pada ke dua kabupaten perbatasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.1.1. Permasalahan dalam Pengembangan Potensi Daerah

Kabupaten Belu sebagai salah satu kabupaten di provinsi NTT memiliki potensi yang cukup besar, seperti pada sektor pertanian, setor peternakan, dan sektor lain. Walaupun sektor tersebut berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan, akan tetapi perkembangannya mengalami berbagai permasalahan yang cukup berarti. Setelah melakukan identifikasi, ditemukan 6 enam permasalahan pokok yang dihadapi dalam pengembangan potensi daerah yaitu : kemampuan SDM, modal kerja, penguasaan teknologi, sarana produksi, prasarana dan sarana penunjang dan tingkat pemanfaatan lahan. Berdasarkan hasil depth interview yang dilakukan Tim, akumulasi permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan potensi daerah di Kabupaten Belu dapat digambarkan pada grafik 5.1 Grafik 5.1. Permasalahan Pengembangan Potensi Daerah Kabupaten Belu Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 72 Berdasarkan grafik di atas, ternyata permasalahan modal kerja merupakan masalah yang paling krusial menurut persepsi responden 30,47, kemudian diikuti sarana dan prasarana pendukung 20.67 , penggunaan benih dan sarana produksi 15,55, kemampuan SDM 15,46, penguasaan teknologi 10 dan tingkat pemanfaatan lahan 8. Sedangkan di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan hasil depth interview yang dilakukan Tim, permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam pemanfaatan potensi daerah tidak jauh berbeda hanya tingkat kadar permasalahan yang intensitas yang tidak sama sebagaimana terlihat pada Grafik 5.2 berikut : Grafik 5.2. Permasalahan Pengembangan Potensi Daerah Kabupaten Sanggau Pada grafik 5.2 dapat dilihat bahwa permasalahan modal kerja di Kabupaten Sanggau masih merupakan masalah yang utama 39, selanjutnya diikuti penguasaan teknologi 29, kemampuan SDM 18, pemanfaatan lahan 7, prasarana dan sarana pendukung 4, dan tingkat pemanfaatan lahan 3. . Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 73

5.1.2. Potensi Daerah Potensial Kawasan Perbatasan

Potensi ekonomi yang dimaksud dalam kajian ini, terkait dengan produk potensial untuk dikembangkan KUMKM dalam suatu kawasan desa atau kecamatan dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat sebagai pelaku usaha dan pemerintah, dimana produknya memiliki daya saing, berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga mempunyai keunggulan kompetitif dan bisa bersaing di pasar global. Komoditi potensial bisa juga disebut dengan produk unggulan kawasan perbatasan yang bisa dikembangkan masyarakat setempat dan mempunyai prosfek pasar yang bagus. Upaya pemberdayaan tentunya difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan produk terutama yang banyak melibatkan stakeholder masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk potensial khususnya di daerah sentra produksinya. Dalam kajian ini penentuan produk potensialunggulan dilakukan dengan 4 empat langkah yaitu : 1. berdasarkan persepsi stakeholder; 2. kalkulasi LQ melalui perbandingan PDRB masing- masing kabupaten dengan subsektor dominannya; 3 analisis AHP; dan 4 diuji melalui forum FGD. Langkah awal dilakukan terlebih dahulu pemilihan sejumlah komoditas yang volumeskala produksi aktualnya tertinggi data sekunder. Tahap berikutnya mengidentifikasi produk unggulan daerah berdasarkan kontribusinya bagi pendapatan daerah. Alat ukur utama adalah dengan memperhatikan PDRB dan subsektor dominannya. Setelah teridentifikasi sebagai agregat dari produk potensial daerah maka bahan informasi ini kemudian didiskusi dengan stakeholder setempat melalui kegiatan FGD. Stakeholder daerah akan menyebutkan berbagai produk yang dianggap sebagai unggulan. Persepsi dan preferensi masing-masing.stakeholder juga dapat diminta untuk membandingkan keunggulan masing-masing produk tersebut. Menggunakan metode analisis lalu dirumuskan urutan produk unggulan daerah berdasarkan persepsi keunggulan stakeholder setempat. Karakteristik khas kawasan pedesaan seperti, keterbatasan infrastruktur, perilaku ekonomi lintas daerah, interaksi sosial lintas daerah, diperkirakan juga akan .mempengaruhi pola atau konsep pengembangan produk potensialunggulan daerah. 1 Potensi Daerah Kabupaten Belu Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa penentuan potensi potensial atau potensi unggulan daerah dilakukan secara metodologi mengikuti 3 langkah dan terakhir diuji dan dilengkapi Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 74 berdasarkan diskusi terbatas pada lokasi kajian. Hasil dari pengujian berdasarkan langkah dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.1 Penentuan Berdasarkan Persepsi Stakeholder