Listrik Gas dan Air Bersih

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 65

g. Listrik Gas dan Air Bersih

Menurut PT. PLN Persero wilayah V ranting Sanggau produksi listrik yang dihasilkan sebesar 43.881.522 KWH 2006, sedangkan tahun 2007 produksi listrik 44.940.674 KWH, berarti mengalami kenaikan sebesar 2,41. Adapun jumlah pelanggan untuk tahun 2007 sebanyak 30.791 pelanggan, naik sekitar 0,56 dibandingkan tahun 2006 30.621 pelanggan. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik untuk memasak, minum, maupun mencuci atau mandi. Bagi daerah Kabupaten Sanggau, khususnya di pedalaman, penggunaan air bersih masih secara tradisional bersumber dari sungaidanau dan air hujan. Namun pada sebagian kecamatan air bersih telah dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM. Total air bersihair minum yang disalurkan pada tahun 2007 mencapai 1.566 ribu M3 dengan nilai Rp 4.714,14 juta, dengan 9.055 pelanggan. Sebagian besar konsumen PDAM di Kabupaten Sanggau tahun 2007 adalah rumah tangga dengan jumlah air minum yang disalurkan mencapai 1.263 ribu M3. Sedangkan pemakaian terkecil air minum adalah badan sosial yang hanya mencapai 26 ribu M3 atau sekitar 1,7.

4.2.1.3. Kawasan Prioritas Pembangunan

Berdasarlan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Sanggau maka ditetapkan kawasan prioritas pembangunan atas dasar kriteria : 1 Kawasan yang berpotensi tumbuh cepat dengan sasaran agar dapat segera berperan sebagai pendorong pemerataan dan memacu pertumbuhan wilayah sekitarnya; 2 Kawasan yang mempunyai nilai strategis danatau berperan dalam menunjang perkembangan sektor-sektor strategis; 3 Kawasan terbelakang, terpencil dan terisolir dengan keterbatasan sumber daya; 4 Kawasan kritis yang perlu dipelihara danatau ditingkatkan fungsi lindungnya guna menghindari danatau memperbaiki kerusakan lingkungan. Adapun iprioritaskan pengembanganpengelolaan kawasan Kabupaten Sanggau terdiri atas: 1. Kawasan Prioritas A Pengembangan Kawasan Prioritas A ditujukan untuk meningkatkan perannya sebagai sub pusat pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sanggau, yang diharapkan dapat merangsang tumbuh dan berkembangnya aktivitas perekonomiaan wilayah Kabupaten Sanggau. Kawasan ini, merupakan kawasan yang berpotensi tumbuh cepat karena besarnya potensi sumber daya yang Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 66 dimilikinya, dengan sasaran dapat segera berperan sebagai pendorong pemerataan pembangunan dan dapat memacu pertumbuhan wilayah sekitamya. Merupakan kawasan pendorong pemerataan pembangunan terdiri atas : Kecamatan Tayan Hilir, Toba dan Meliau dan kawasan Industi Tayan. Pengembangan kegiatan industri dan pertambangan di kawasan ini perlu didukung oleh penyediaanpengembangan prasarana dan sarana pendukungnya, serta peningkatan kualitas sumber daya manusianya. 2. Kawasan Prioritas B Kawasan Prioritas B merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis tinggi danatau berperan dalam menunjang perkembangan sektor-sektor strategis. Kawasan ini mencakup wilayah yang berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, yaitu meliputi Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam. Pengembangan kawasan Prioritas B bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dengan wilayah Sarawak, di samping untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan perbatasan. Sesuai dengan letakposisi strategisnya, kegiatan potensial yang dapat dikembangkan di kawasan ini adalah kegiatan pariwisata dan perdagangan, yang pengembangannya perlu didukung oleh peningkatanpengembangan prasarana dan sarana pendukungnya, serta fasilitas pendukung bagi peranannya sebagai pintu gerbang lintas negara. Pengembangan kawasan prioritas B ini juga diharapkan dapat mendukung dan sejalan dengan pengembangan kawasan sentra agrobisnis di Merowi Kecamatan Kembayan. 3. Kawasan Prioritas C Merupakan kawasan yang masih terbelakang, terpencil dan terisolir dengan keterbatasan sumber daya mencakup Kecamatan Jangkang dan Kecamatan Noyan. Pengembangan Kawasan Prioritas C ini perlu diarahkan pada pelaksanaan program in-migrasi atau pengisianpenambahan penduduk, yang penempatannya perlu didukung dengan penyediaanpengembangan prasarana dan sarana wilayah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan, dengan tujuan guna merangsang bagi timbul dan berkembangnya kegiatan usaha ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, sekaligus mempercepat perkembangan wilayahnya. 4. Kawasan Prioritas D Merupakan kawasan kritis yang perlu dipelihara danatau ditingkatkan fungsi Iindungnya guna mengantisipasi dan memperbaiki kerusakan lingkungan. Kawasan ini mencakup: 1 Kawasan Taman Nasional Gunung Niut di Kecamatan Sekayam; 2 Kawasan resapan air Gunung Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 67 Senyang di Desa Nekan Kecamatan Sekayam; 3 Kawasan hutan tutupan Gunung Semaung- Sepapan di Kecamatan Tayan Hulu. Kawasan Prioritas D yang termasuk dalam kawasan lindung ini, pengembangannya diarahkan pada peningkatan fungsi lindung dari kawasan tersebut, untuk mengantisipasi terjadinya lahan kritis yang umumnya disebabkan oleh kegiatan penebanganpengambilan kayu secara tidak terkendali, dan pembukaan wilayah untuk konversi lahan. Selain melalui pengelolaan hutan, pengembangan perkebunan juga berperan dalam mencegah timbulterjadinya lahan kritis. Pengembangan kawasan ini juga bertujuan untuk mengantisipasi dan mengatasi terjadinya banjir di wilayah Kabupaten Sanggau wilayah Kecamatan Kapuas, Mukok dan Kembayan. Salah satu penyebab terjadinya banjir selain kondisi dan karakteristik curah hujan, kondisi drainase, letakketinggian kawasan di atas permukaan laut adalah rusaknya kawasan hutan dan timbulnya lahan kritis pada kawasan hutan tersebut. Semakin buruk fungsi hutan akan berakibat semakin berkurangnya kemampuan lahan dalam menyerapmeresapkan air, sehingga besar kemungkinan terjadinya resiko banjir. Salah satu fungsi hutan adalah dapat mencegahmengurangi terjadinya banjir, karena karekteristik hutan yang dapat menghambat aliran air hujan sehingga air hujan tidak akan secara langsung menjadi air permukaan surface run off, tetapi akan mengalami perlambatan dan penghambatan.

4.2.1.4. KUMKM dalam Perekonomian di Kabupaten Sanggau

Perkembangan KUMKM tentunya bisa memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian di Kabupaten Sanggau. Perkembangan Koperasi secara keseluruhan di Kabupaten Sanggau tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti dan kelihatannya berada dalam kondisi yang stagnasi atau tidak berkembang. Pegembangan usaha koperasi pada umumnya memiliki kendala utama yang bersifat internal yaitu kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kendala internal ini menimbulkan kendala lain yang lebih spesifik yaitu kelemahan dalam permodalan karena akses terhadap sumber permodalan sangat rendah, disamping factor produksi dan jaringan pemasaran. Kondisi Koperasi KUD dan non KUD pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut : Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 68 Tabel 4-26. Kondisi Koperasi KUD dan non KUD di Kabupaten Sanggau pada Tahun 2008 No Kecamatan 2007 2008 KUD NON KUD KUD NON KUD 1 Toba 1 4 1 4 2 Meliau 19 11 19 12 3 Kapuas 16 84 16 88 4 Mukok 5 5 5 5 5 Jangkang 2 6 2 6 6 Bonti 2 5 2 5 7 Parindu 6 11 6 12 8 Tayan Hilir 3 10 3 10 9 Balai 1 6 1 6 10 Tayan Hulu 9 15 8 17 11 Kembayan 2 13 2 13 12 Beduai 2 1 2 1 13 Noyan 2 3 2 3 14 Sekayam 2 13 2 14 15 Entikong 4 5 Jumlah 72 191 71 201 Sedangkan pengembangan UMKM kelihatannya masih membutuhkan peran dan campur tangan dari pemerintah terutama dalam peningkatan kemampuan bersaing terutama dalam arti kemampuan untuk memprediksi lingkungan usaha dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi lingkungan. Sebenarnya terdapat karakteristik khusus dari suatu produk yang cocok diusahakan untuk Koperasi dan UMKM, dan adapula kelompok produk yang cocok untuk industri besar dimana industri kecil tidak akan mampu bertahan pada kelompok produk tersebut. Sebaliknya, industri besar tidak akan tertarik untuk masuk dan bersaing dalam kelompok produk yang cocok untuk industri kecil, karena dengan pertimbangan efisiensi skala usaha. Stanley dan Morse, 1965. Peran kebijakan pemerintah diharapkan bukan saja pada pemberian modal, tetapi lebih pada membina kemampuan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan membuat suatu kondisi yang mendorong kemampuan industri kecil dalam mengakses modal. Dalam hal ini, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung kebutuhan modal optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke lembaga-lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang lebih memihak pada Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 69 dan Menengah dalam pemberian kredit. Menurut Haeruman 2000, bahwa tantangan bagi dunia usaha, terutama pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, mencakup aspek yang luas, antara lain; 1 Peningkatan kualitas SDM dalam hal kemampuan manajemen, organisasi dan teknologi; 2 Kompetensi kewirausahaan; 3 Akses yang lebih luas terhadap permodalan; 4 Informasi pasar yang transparan; 5 Faktor input produksi lainnya, dan 6 Iklim usaha yang sehat yang mendukung inovasi, kewirausahaan dan praktek bisnis serta persaingan yang sehat. Karakteristik UMKM di Kabupaten Sanggau di dominasi oleh sektor perdagangan umum dan sektor pertanian yang secara seimbang memberikan kontribusi pada PDRB daerah. Sedangkan peran KUMKM kawasan perbatasan terhadap Kabupaten Sanggau akan dibahas dalam analisa dan pembahasan hasil kajian. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 70

5.1. PERMASALAHAN DAN POTENSI DAERAH KAWASAN PERBATASAN