Penentuan Berdasarkan Persepsi Stakeholder tanaman perkebunan farm non food crops angkutan transportation pemerintahan umum government Penentuan Potensi Berdasarkan Analisis AHP

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 78 Belu adalah sapi dan jagung. Kedua komoditi tersebut merupakan potensi potensial yang harus diperhatikan untuk dikembangkan KUMKM. 2 Potensi Daerah Kabupaten Sanggau Sebagaimana pengujian yang dilakukan di Kabupaten Belu, maka untuk melihat potensi potensial di Kabupaten Sanggau dilakukan dengan langkah yang sama. Pertama dilakukan berdasarkan persepsi stakeholder, bardasarkan perhitungankalkulasi LQ, berdasarkan analisis AHP dan kemudian diuji dan dilengkapi berdasarkan diskusi terbatas pada lokasi kajian. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut :

2.1 Penentuan Berdasarkan Persepsi Stakeholder

Penentuan potensi potensial atau unggulan Kabupaten Sanggau yang dilakukan dengan pendapat stakeholders daerah, dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 5.5. Penentuan Potensi Unggulan Kabupaten Sanggau berdasarkan persepsi stakeholders Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa potensi yang dianggap unggulan berdasarkan persepsi stakeholders adalah peternakan dan pertanian, hal ini dinyatakan 46 responden dinas terkait, pelaku usaha, expert , pada sisi lain 46 responden juga menyatakan bahwa potensi potensialunggulan di Kabupaten Sanggau adalah perdagangan umum dan hanya 7 responden menyatakan sector perternakan sebagai sektor potensialunggulan. Dari klasifikasi Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 79 potensi potensialunggulan tersebut dapat dilihat bahwa potensi UMKM pertanian dan UMKM perdagangan di Kabupaten Sanggau dinilai responden berimbang sebagai potensi potensial yang bisa dikembangkan KUMKM mengingat kedua sektor tersebut .pada lokasi kawasan perbatasan sudah terbentuk pola usaha yang mulai berkembang yang selama ini telah digeluti masyarakat setempat.

2.2 Penentuan Potensi Berdasarkan Penghitungan LQ

Dalam menentukan potensi potensialunggulan Kabupaten Sanggau yang dilakukan dengan menggunakan penghitungan LQ hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5-2. Penentuan potensi berdasarkan penghitungan LQ di KabupatenSanggau SEKTOR KABUPATEN SANGGAU HIT LQ

1. PERTANIAN AGRICULTURE

1.41 a. tanaman bahan makanan farm food crops 0.77

b. tanaman perkebunan farm non food crops

2.63 c. peternakan hasil-hasilnya livestock products 0.79

d. kehutanan forestry

1.24 e. perikanan fishery 0.29

2. PERTAMBANGAN PENGGALIAN

0.82 a. Minyak dan gas bumi

b. pertambangan tanpa migas

1.19 c. penggalian 0.58

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

1.40

4. LISTRIK, GAS,AIR BERSIH

0.71

a. listrik electricity

0.82 b. gas gas c. air bersih water supply 0.45

5. BANGUNAN CONSTRUCTIONS

0.54

6. PERDAGANGAN, RESTORAN, HOTEL

0.82 a. perdagangan besar eceran wholesail retail trade 0.83 b. perhotelan hotels 0.64 c. restoran, rumah makan restaurants 0.59

7. PENGANGKUTAN KOMUNIKASI

0.31

a. angkutan transportation

0.32 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 80 SEKTOR KABUPATEN SANGGAU HIT LQ 1. angkutan rel 2. pengangkutan jalan raya land transport 0.89 3. pengangkutan laut sea transport NA 4. pengangkutan sungai, danau inland water transport 5. pengangkutan udara air transport NA 6. Jasa penunjang angkutan service allied to transport 0.07

b. komunikasi communications

0.29

8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PERUSAHAAN

0.59 a. bank bank 0.29 b. lembaga keuangan non bank 0.19 c. jasa penunjang keuangan

d. sewa bangunan building rental

1.01 e. jasa perusahaan bussines service 0.12

9. JASA - JASA SERVICE

0.74

a. pemerintahan umum government

0.74 1. adm pemerintahan dan pertahanan 0.95 2. jasa pemerintahan 0.17

b. swasta private

0.61 1. sosial kemasyarakatan social community services 1.30 2. hiburan rekreasi amusement recreation services 0.36

3. perorangan RT personal household services

0.24 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terdapat beberapa sektor kegiatan pembangunan yang perlu mendapat perhatian dan pengembangan yaitu sektor pertanian, 1.41 pertambangan, sektor keuangan dan perbankan memiliki nilai Iebih besar dari 1 satu yang berarti bahwa masing-masing sektor tersebut selain mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sanggau Juga memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan wilayah lainnya.

2.3 Penentuan Potensi Berdasarkan Analisis AHP

Penghitungan potensi potensialunggulan Kabupaten Sanggau dengan menggunakan analisis AHP dilakukan berdasarkan hasil perhitungan LQ, persepsi stakeholder daerah mulai dari dinas Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 81 terkait, pelaku usaha dan expert. Skema penghitungan AHP dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 5.2. Skema penghitungan AHP di Kabupaten Sanggau Gambar 5.2. menunjukkan stuktur hirarki dari kasus permasalahan yang ingin diteliti yakni pemilihan alternative potensi potensialunggulan dengan menggunakan kriteria bahan baku, pangsa pasar, SDM, pelaku usaha, pelayanan, dan nilai ekonomis. Kriteria tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan alternative potensi potensialunggulan di Kabupaten Sanggau. Penetapan faktor-faktor yang berpengaruh juga didasarkan atas berbagai studi sebelumnya. Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Adapun penghitungan analisis AHP dengan menggunakan bantuan software expert choice dapat dilihat pada gambar : Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 82 Grafik 5.6. Penghitungan Potensi unggulan Kabupaten Sanggau menggunakan Expert Choice Pada grafik 5.6 hasil perhitungan menunjukkan potensi potensialunggulan di Kabupaten Sanggau yang perlu mendapat prioritas untuk ditangani adalah komoditi lada dengan nilai 38.5 , sedangkan alternative kedua adalah komoditi kakao dengan nilai exper choice sebesar 30.3, berikutnya pertambangan tanpa migas dengan bobot nilai 12, sewa bangunan dengan bobot nilai 9.7 dan jasa sosial kemasyarakatan dengan bobot nilai sebesar 9.5 . Dalam hal ini justifikasi Tim menyimpulkan bahwa potensi prioritasunggulan untuk ditangani KUMKM dalam pemberdayaan pembangunan masyarakat kawasan perbatasan Kabupaten Sanggau adalah Lada dan Kakao. Kedua komoditi tersebut merupakan potensi yang harus diperhatikan pemangku kepentingan dan pihak-pihak terkait untuk dikembangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat Kabupaten Sanggau.

5.1.3. Hasil FGD di Lokasi Kajian

Focus Group Discussion FGD merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang digunakan dalam kajian ini dalam rangka menguji dan mengkompirmasi hasil analisis data dan temuan lapangan yang diperoleh. Melalui forum Diskusi TerbatasFGD akan dilihat pandangan dan sikap peserta terhadap : potensi ekonomi daerah tertinggal kawasan perbatasan yang dapat dikembangkan, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 83 permasalahan dan pemecahannya, potensi dan prosfek KUMKM, serta rancangan model untuk peningkatan peran KUMKM. Dalam Diskusi TerbatasFGD kelompok peserta dipandu untuk secara interaktif saling bertanya dan membahas terkait dengan prosfek pengembangan produk potensialunggulan daerah kawasan perbatasan dan pendekatan pengembangan melalui peningkatan peran KUMKM. Agar sasaran yang diinginkan efektif dapat dicapai maka peserta dipilih dengan selektif, diambil dari orang-orang yang benar-benar kompeten mengetahui permasalahan dan objek yang didiskusikan . Peserta pada umumnya terdiri dari unsure : Bappeda, Dinas Instansi Terkait di daerah, Perguruan Tinggi, Perbankan, Tokoh Masyarakat, PemerhatiPeneliti dan LSM. Melalui forum Diskusi TerbatasFGD tentunya diharapkan dapat digali aspirasi dan kondisi situasional, sehingga memberikan wawasan dan pandangan yang cukup komperhensif terhadap aspek dan sasaran kajian. Diskusi TerbatasFGD telah diselenggarakan pada 2 tempat, yaitu : Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur membahas hasil temuan Tim untuk lokasi penelitian Kabupaten Belu dan Pontianak Kalimantan Barat membahas hasil temuan Tim untuk Kabupaten Sanggau. Adapun tanggapan dan masukan dari peserta Diskusi TerbatasFGD untuk kedua daerah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Secara umum pandangan dan sikap peserta FGD positif terhadap kajian ini, namun peserta mengingatkan agar hasil kajian ini hendaknya tidak hanya sebatas temuan dan menghasilkan model saja namun harus ada tindakan kongrit untuk diimplementasikan di lapanga agar bermanfaat. 2. KUMKM penting dan sangat diperlukan mengambil peran ikut menggerakkan ekonomi masyarakat kawasan perbatasan melalui pendekatan institusi kelembagaan Koperasi sebagai penggerak. Oleh sebab itu, pada kawasan perbatasan perlu dibentuk Koperasi yang idial yang bisa menjalankan fungsinya dengan baik. 3. Peningkatan peran KUMKM untuk menangai pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan produk potensialungulan kawasan perbatasan Kabupaten Belu yaitu : Sapi dan Jagung, serta kawasan perbatasan Kabupaten Sanggau yaitu : Lada dan Kakao bisa disepakati peserta, walaupun tidak tertutup untuk pengembangan produk atau komoditi lainnya, seperti untuk kawasan Belu : cendana, kemiri, dan asam jawa, serta kawasan Sanggau : buah buahan, Jagung, dan kelapa. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 84 4. Pemberdayaan masyarakat kawasan perbatasan melalui peningkatan peran KUMKM memerlukan bantuan pemerintah dan stakeholders lainnya baik daerah maupun pusat terutama dalam permodalan dan pengembangan SDM tanpa ada komitmen ini dipastikan uapaya dan langkah yang akan dilaksanakan akan gagal. 5. Rancangan model kemitraan dengan menempatkan posisi sentral koperasi sebagai institusi kelembagaa petanipeternak yang diusulkan untuk pengembangan potensi potensialunggulan di masing-masing lokasi sudah sesuai dengan kebutuhan dan bisa diterima forum diskusi. Diusulkan Kementrian Koperasi dan UKM bersama dengan Kementrian Pengembangan Daerah Tertinggal untuk membuat pilot proyek sebagai langkah konkret untuk menindak lanjuti rancangan tersebut. 6. Perlu konsensus umum tentang perubahan paradigma koperasi dan pengembangan koperasi perbatasan dalam kontek sebagai pembina kelompokpetani, Quality Control hasil produksi, marketing agent, arranger kemitraan, dan mitra perbankan. 7. Perlu Konsensus umum tentang optimalisasi peran Badan Pembangunan Perbatasan sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap SOP Investasi, Lembaga yang Meng Up Date Kondisi Internal dan Eksternal kawasan perbatasan, marketing agent terhadap potensi Ekonomi kawasan perbatasan, memberikan masukan kepada pemerintah pusat, tk 1 dan 2 terhadap kemajuan KUMKM di kawasan perbatasan, berkoordinasi dengan pemerintah tk 1 dan 2 untuk pengembangan kawasan perbatasan, serta merangkul pengusaha dan investor untuk memajukan kawasan perbatasan. 8. Optimalisasi peranan masing masing pemangku kepentingan harus mendukung model yang disusun dan untuk itu perlu kesamaan visi dan misi dalam penerapan model peningkatan KUMKM dalam pengembangan ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan. 9. Untuk melaksanaan proyek rintisan di kawasan perbatasan maka aspek keamanan perlu dipertimbangkan dan dikelola dengan baik mengingat kawasan perbatasan sewaktu-waktu masih sering terjadi konflik antar masyarakat di perbatasan antar negara. 10. Dinas Koperasi dan UKM pada masing-masing lokasi kajian perlu segera mengambil inisiatif untuk segera membuat proposal kegiatan pilot proyek , mengkoordinasikannya dengan Bappeda TK II, Badan Pembangunan Perbatasan, Bappeda TK I dan kemudian dengan Instansi terkai di tingkat pusat. Untuk tahap awal Dinas Koperasi dan UKM TK II dan TK I perlu memperjuangkan ke DPRD untuk dimasukkan dalam APBD anggaran untuk mempersiapkan pra kondisi untuk mempersiapkan pelaksanaan pilot proyek Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 85

5.1.4. Kontribusi dan Karateristik KUMKM

1 Kontribusi KUMKM Kontribusi KUMKM di kawasan perbatasan perlu dilihat untuk mengetahui gambaran seberapa besar peran KUMKM dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Semakin besar peran KUMKM maka semakin besar pula aktivitas perekonomian masyarakat kawasan perbatasan tumbuh dan berkembang melalui dukungan KUMKM. Selain itu, menunjukkan pula bahwa berkembangnya KUMKM berarti kehidupan perekonomian masyarakat berlangsung cukup dinamis. Indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar potensi KUMKM dalam perekonomian masyarakat kawasan perbatasan adalah melalui share KUMKM kecamatan perbatasan terhadap KUMKM kabupaten baik itu di Kabupaten Belu maupun Kabupaten Sanggau. Gambaran tentang hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 5.7. Share KUMKM pada 2 kecamatan Kawasan Perbatasan Share KUMKM Kecamatan Tasifeto Timur Terhadap Tabupaten Belu Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 86 Berdasarkan data pada grafik diatas dapat dilihat bahwa share KUMKM di Kecamatan Tasifeto Timur terhadap Kabupaten Belu masih dibawah 5, dan Kecamatan Entikong terhadap Kabupaten Sanggau masih berada dibawah 6. Peran KUMKM di kawasan perbatasan ternyata masih sangat kecil terutama peran koperasi., sedangkan kedua daerah tersebut merupakan pintu lintas batas ke negara tetangga dimana pergerakan barang dan jasa cukup tinggi. Sebenarnya kedua daerah memiliki potensi yang baik untuk ditangani KUMKM dan pemberdayaan masyarakat kedua kawasan perbatasan tersebut cukup signifikan untuk dikembangkan melalui peningkatan peran KUMKM. Berkembangnya KUMKM berarti masyarakat secara langsung memberikan kontribusi dalam pembangunan kawasan perbatasan dan pada sisi lain secara langsung akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan, serta memberikan kontribusi terhadap peningkatan PAD masing-masing daerah..Pada sisi lain perlu pula dilihat kontribusi KUMKM dalam menangani sektor potensialunggulan daerah di masing masing lokasi. KUMKM yang bergerak menangani potensi potensialunggulan merupakan salah satu nilai tambah bahwa sektor unggulan didukung oleh eksistensi KUMKM di lokasi kajian. Untuk mengetahui kontribusi KUMKM pada pengembangan potensi ekonomi di lokasi kajian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.1 Ketersediaan Koperasi Pendukung di Kabupaten Belu dan Kabupaten Sanggau