Sektor Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 44 No Kecamatan Panjang Garis Pantai km Luasan ha Besaran Kerusakan ha Kisaran Kerusakan WO Keterangan 4 Kakulukmesak 26,86 553,7 346,07 51-75 Berat 5 Tasifeto Timur 5,36 226,0 141,25 51-75 Berat J u m l a h 115,16 9.193,0 4.934,14 Sumber. Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, 2008 Berdasarkan data di atas Kabupaten Belu memiliki hutan mangrove seluas 9.193 ha yang terletak disepanjang pantai Utara dan Selatan. Mayoritas hutan mangrove dapat dijumpai di pantai Selatan yang meliputi Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat. Lebih dari 50 hutan mangrove berada dalam kondisi rusak berat dengan kisaran persentase kerusakan antara 51 hingga 75.

e. Sektor Perikanan

Sektor perikanan di Kabupaten Belu didominasi oleh perikanan tangkap laut, pada tahun 2005, jumlah produksi ikan tangkap laut sebanyak 744,14 ton atau 86 dari seluruh produksi perikanan 868,32 ton dan hanya 124,18 ton atau 14 produksi perikanan budidaya. Produksi perikanan budidaya didominasi oleh budidaya tambak 96,61 dan sisanya dipasok oleh budidaya di perairan umum 3,39. Pertambahan produksi ikan budidaya tambak sangat menonjol antara tahun 2003 dan 2004 meningkat sekitar 340 per tahun dari 35,10 ton pada tahun 2003 menjadi 119,97 ton pada tahun 2004. Sedangkan luas tambak meningkat dari 180 ha pada tahun 2003 menjadi 369,99 ha pada tahun 2004 yang berarti ada kenaikan sekitar 205 dalam periode tersebut. Lihat Tabel 4-14. Tabel 4-14. Produksi Perikanan di Kabupaten Belu Menurut Sub Sektor, Tahun 2003 — 2005 ton No Sub Sektor 2003 2004 2005 1 Perikanan Laut 2.225,00 2,226,40 744,14 2 Perikanan Darat 43,01 127,55 124,18 -Perikanan Umum 0,36 0,00 0,00 -Tambak 35,10 119,97 119,98 -Kolam 7,55 7,58 4,20 Sumber: Kabupaten Belu Dalam Angka, BPS, Kabupaten Belu, 2006 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 45

f. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Potensi dan sebaran kawasan komoditas pertambangan dan penggalian di Kabupaten Belu meliputi : 1 Emas di Kecamatan Lamaknen.; 2 Marmer di Kecamatan Malaka Timur dan Kobalima; 3 Magnesium, Asbes, Nikel di Kecamatan Kakulukmesak; 4 Gipsum di Kecamatan Tasifeto Timur; 5 Cooperdi Kecamatan Raihat; 6Rembesan Minyak Seepages di Kecamatan Kobalima pantai selatan, Malaka tengah dan Malaka Barat. Selain itu, beberapa potensi mineral yang bisa dikategorikan sebagai komoditas pertambangan yang ada di Wilayah Kabupaten Belu antara lain : 1 Bahan Asbes di sepanjang Pantai Utara Pantai Atapupu; 2 Batu Gamping di Kecamatan Malaka Timur dan Malaka Tengah; 3 Batu Lempung di Kecamatan Tasifeto Timur dan Lamaknen.; 4 Garam Dapur di Pantai Utara Desa Fatu Keti; 5 Batu Setengah Permata di Desa Sanleo; 6 Pyrite FES : 7 Agate S102, dan 8 Gabro dan Diorit Potensi bahan galian dan pertambangan di kabupaten Belu menurut jenis berdasarkan hasil Pemetaan Semi Mikro Bahan Galin Golongan C di kabupaten Belu oleh PT. Gndatu Engineering Consultant adalah sebagai berikut : Lempung : 617.400.000 m 3 . Marmer : 25.800.000 m 3 . Batu Gamping : 2.278.400.000 m 3 . Sirtu : 1.512.500 m 3 . Meta Batu Gamping : 31.500.000 m 3 . Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2005 naik sebesar 44,90, yang pada tahun 2004 hanya sebesar 3,70, Pada sisi lain, peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Belu hingga tahun 2005 masih sangat kecil yaitu antara 1,03 hingga 1,29 dalam periode 2000-2005 lihat Tabel 4-15. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 46 Tabel 4-15. Nilai Tambah Bruto dan Peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Belu Tahun 2000 — 2005 Tahun Nilai Tambah Bruto Rp.juta Peranan 01 02 03 2000 5.901,66 1,29 2001 8.758,61 1,15 2002 10.132,85 1,11 2003 12.084,39 1,06 2004 20.278,84 1,06 2005 29.384,35 1,03 Sumber : Indikator Ekonomi Kab.Belu 2004 dan Belu Dalam Angka 2006. Keterangan : Kolom 2 = Nilai Atas Dasar Harga Berlaku. Kolom 3 = Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000.

g. Listrik Gas dan Air Bersih