Sub Sektor Peternakan Sub Sektor Kehutanan

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 40 146,09 ton, produksi tertinggi dihasilkan di Rinhat 20,79 ton dan produksi terendah di Kota Atambua 0,59 ton. Jambu mete dengan hasil produksi tertinggi pada Kecamatan Tasifeto Barat 30,39 ton} dan terendah pada Kecamatan Lamaknen. Hanya terdapat dua kecamatan yang menghasilkan tanaman perkebunan tembakau yaitu di Kecamatan Wewiku 39 ton dan Kecamatan Weliman 41,67 ton. Tiga jenis tanaman lain yaitu kopi terdapat di Kecamatan Lamaknen, kakao di Kecamatan Weliman, dan kapuk di Kecamatan Kobalima, sedangkan tanaman kelapa hamper ditemukan di semua kecamatan dengan produksi terbanyak di Kecamatan Malaka Tengah 4,331,43 ton dan produksi terendah di Kecamatan Tasifeto Barat 23,47 ton.

c. Sub Sektor Peternakan

Sektor peternakan termasuk sektor unggulan bagi Kabupaten Belu karena mampu menyumbang 14,27 PDRB Kabupaten Belu atau sebesar Rp 127,95 milyar pada tahun 2008. Jenis ternak yang dikembangkan adalah kuda, sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam kampung, dan itik. Peternakan dikembangkan hanya sebagai usaha rumah tangga. Banyak dan jenis ternak yang dihasilkan Kabupaten Belu pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4-9. Tabel 4-9. Banyak Ternak Menurut Jenis Ternak Per Kecamatan di Kabupaten Belu, 2008 Kecamatan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Kampung Itik Malaka Barat 117 8.359 11 667 - 11.744 72.724 - Rinhat 104 6.245 7 318 - 3.411 21.227 - Wewiku - Weliman - Malaka Tengah 212 7.216 81 529 - 5.219 17.404 1.071 Sasitamean 383 7.152 11 886 - 5.545 27.483 542 Malaka Timur 271 17.437 491 2.216 - 8.459 26.513 133 Laenmanen - Raimanuk - Kobalima 295 9.130 275 994 - 4.137 8.379 587 Tasifeto Barat 188 12.672 426 980 - 4.243 11.264 138 Kakulukmesak 3 4.926 126 875 - 1.601 7.095 121 Kota Atambua 3 2.525 6 492 2.829 4.746 714 Tasifeto Timur 55 7.235 93 540 - 2.166 13.832 640 Raihat 65 2.754 190 394 19 1.307 4.803 734 Lasiolat - Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 41 Lamaknen 823 6.438 88 829 - 3.968 13.082 66 Jumlah 2.524 92.089 1.805 9.720 19 54.359 228.552 4.746 Sumber : Belu dalam Angka 2009, BPS Kabupaten Belu Dari data terlihat ayam kampong, sapi, dan babi, merupakan ternak yang banyak dikembangkan di tiap kecamatan, kemudian baru diikuti jenis ternak lainnya.

d. Sub Sektor Kehutanan

Pada tahun 2008 di Kabupaten Belu tercatat seluas 51.641,25 ha diperuntukkan sebagai hutan lindung, 3.189,28 ha untuk hutan produksi, 8.531,72 ha sebagai hutan cagar alam, dan 4.699,20 ha untuk hutan suaka marga satwa. Luas hutan berdasarkan Padu Serasi TGHK-RTRWP NTT yang telah disahkan dengan SK Gubernur No. 64 Tahun 1996 luas kawasan hutan di Kabupaten Belu adalah 69.401,45 ha. Menurut data BPS yang berasal dari Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, luas kawasan hutan adalah 71.562,00 ha. Ada perbedaan luas kawasan sebanyak uas 2.160,55 ha. Perbedaan luas disebabkan ada kawasan yang diperuntukan bagi kawasan suaka margasatwa seluas 2.875,68 ha. Tabel 4-10. Luas Kawasan Hutan berdasarkan Luas Hutan Kesepakatan di Kabupaten Belu, Tahun 2008 dalam Ha No. Jenis Hutan Luas Padu serasi 1 Hutan Lindung 50.239,00 51.841,25 2 Hutan produksi 3.415,00 3.189,28 3 Hutan konversi 1.140,00 1.140,00 3 Hutan Cagar Alam 9.193,00 8.531,72 4 Suaka Margasatwa 7.575,00 4.699,32 J U M L A H 71.562,00 69.401,45 Sumber: Belu dalam Angka 2009, BPS Kabupaten Belu dan Dinas Kehutanan Dilihat dari penyebaran lokasinya hutan produksi terluas terdapat di dalam kelompok hutan Oenunu seluas 2.350 ha, sedangkan untuk hutan konversi berada di kelompok hutan Uabau-Atapupu seluas 1.140 ha, dan hutan lindung di Fatukasar dengan luas 2.000 ha. Kawasan hutan cagar alam Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 42 berada di kelompok hutan Maubesi seluas 9.193 ha dan kawasan suaka marga satwa berada di kelompok hutan Kaferi dengan luas 7.575 Tabel 4-11 Tabel 4-11. Penyebaran Lokasi Hutan berdasarkan TGHK di Kabupaten Belu No. Fungsi Hutan Kelompok Hutan Luas Ha 1 Hutan Produksi Halilulik 675,00 Udukama - 220,00 Wemata 170,00 Oenunu 2.350,00 2 Hutan Konversi Uabau-Atapupu 1.140,00 3 Hutan Lindung Selie 800,00 Fatukaduak 1.594,00 Tukubesi 195,00 Bifennasi- Sonmahole 15.050 Lakaan Mandeau 30.600 Fatukasar 2.000,00 4 Cagar alam Maubesi 9.193,00 5 Suaka margasatwa Kaferi 7.575,00 Total 71.562,00 Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten.Belu Hasil hutan di Kabupaten Belu memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Belu. Secara keseluruhan kontribusi sektor kehutanan pada PDRB Kabupaten Belu pada tahun 2008 mencapai Rp 849 juta. Kayu jati olahan dan kayu cendana olahan memberikan kontribusi yang paling dominan dalam hasil hutan, masing-masing Rp 6,3 milyar untuk kayu jati olahan dan Rp 2,62 milyar untuk kayu cendana olahan. Sedangkan untuk hasil ikutan, asam biji memberikan kontribusi sebesar Rp 986,26 juta dengan total volume sebanyak 1.972,52 ton. Kemiri isi merupakan jenis hasil hutan ikutan yang memiliki total volume tertinggi sebanyak 1.972,52 ton dengan total nilai Rp 144,12 juta. Namun perlu diketahui bahwa komoditas ini belum dibudidayakan secara khusus, masih merupakan tanaman pekarangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 4-12. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 43 Tabel 4-12. Produksi Hutan di Kabupaten Belu, Tahun 2008 No. Jenis Produk Unit Produksi Harga Rp000Unit Nilai total Rp juta Kayu pertukangan: 1 Kayu jati olahan M 3 6.343,43 1.000 6.343,43 2 Kayu rimba olahan M 3 28,40 650 18,46 3 Kayu mahoni olahan M 3 - - - 4 Kayu cendana camp. M 3 52.328 50 2.616,40 Hasil ikutan: 5 Kemiri biji Kg 28.575,00 0,50 14,29 6 Kemiri isi Kg 96.080,00 1,50 144,12 7 Asam biji ton 1.972,52 0,50 986,26 8 Asam isi Kg 16.000,00 0,80 12,8 9 Lilin Kg 800,00 0,50 0,40 10 Madu liter 50.710,00 7,50 380,36 . 11 Sarang burung kg 364.00 7,50 2,73 11 Kayu Cendana global ton 13.530,00 7,50 101,48 12 Kayu cendana camp. ton 52.328 50,00 2.616,40 13 JUMLAH - - - 12.250,87 Sumber : Dinas Kehutanan, Kabupaten Belu, 2008 Keberadaan hutan mangrove di perairan pantai di Kabupaten Belu berperan terhadap perkembangan produksi ikan tangkap laut karena salah satu fungsi hutan mangrove adalah sebagai tempat pemijahan dan tempat asuh ikan dan biotanah lainnya. Sebaran dan kondisi mangrove di Kabupaten Belu dapat dilihat pada Tabel 4-13. Tabel 4-13. Sebaran dan Kondisi Mangrove di Kabupaten Belu, 2008 No Kecamatan Panjang Garis Pantai km Luasan ha Besaran Kerusakan ha Kisaran Kerusakan WO Keterangan 1 Kobalima 18,10 3.246,0 1.217,25 26-50 Sedang 2 Malaka Tengah 10,40 3.125,0 1.953,13 51-75 Berat 3 Malaka Barat 54,44 2.042,3 1.276,44 51-75 Berat Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Asdep Urusan Penelitian UKM 44 No Kecamatan Panjang Garis Pantai km Luasan ha Besaran Kerusakan ha Kisaran Kerusakan WO Keterangan 4 Kakulukmesak 26,86 553,7 346,07 51-75 Berat 5 Tasifeto Timur 5,36 226,0 141,25 51-75 Berat J u m l a h 115,16 9.193,0 4.934,14 Sumber. Dinas Kehutanan Kabupaten Belu, 2008 Berdasarkan data di atas Kabupaten Belu memiliki hutan mangrove seluas 9.193 ha yang terletak disepanjang pantai Utara dan Selatan. Mayoritas hutan mangrove dapat dijumpai di pantai Selatan yang meliputi Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat. Lebih dari 50 hutan mangrove berada dalam kondisi rusak berat dengan kisaran persentase kerusakan antara 51 hingga 75.

e. Sektor Perikanan