2 Perumusan Masalah Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Sumberdaya Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah

7 Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian P er uba ha n p ar adi g m a da ri s ent ra lis tik ke d es en tr al is tik K ebi ja ka n sa at i ni Taman Nasional Areal pemanfaatan masyarakat setempat Konflik akses Kelembagaan formal : UU No. 51990 PP 282011 PP 81998 dll Kelembagaan informaltradisional Tidak sesuai Analisis kelembagaan informal : Aturan yang digunakan content analysis: hak dan kewajiban, larangan- larangan, akses atau hak kepemilikan, otorisasi, mekanisme, aktor, hambatan-hambatan. Analisis kelembagaan formal : Aturan yang digunakan content analysis: hak dan kewajiban, larangan-larangan, akses atau hak kepemilikan, otorisasi, mekanisme, aktor, hambatan-hambatan. Kelembagaan TNSkuat Sumberdaya TNSlestari, masyarakat sekitar sejahtera Sumberdaya TN rusak de facto “open access” Masyarakat setempat Pemerintah Analisis kesesuaian kongruen Strategi penguatan kelembagaan Tidak Tidak Ya Tidak 8

1. 4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap kelembagaan informal dalam memperkuat kelembagaan formal untuk mencapai tujuan pengelolaan TNS. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditetapkan tujuan antara sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi dan menganalisis aktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya TNS. 2 Mengidentifikasi dan menganalisis interaksi antar aktor dalam pemanfaatan sumberdaya TNS. 3 Mengidentifikasi dan menganalisis kelemahan-kelemahan kelembagaan formal dalam pemanfaatan sumberdaya TNS. 4 Mengidentifikasi dan menganalisis kelembagaan informal dalam pemanfaatan sumberdaya TNS. 5 Merumuskan strategi penguatan kelembagaan pemanfaatan sumberdaya TNS.

1. 5 Manfaat Penelitian

Penelitian kelembagaan merupakan rekayasa sosial yang hasilnya berupa suatu preskripsi untuk memecahkan suatu masalah Pakpahan 1989:2-6.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya tentang penguatan kelembagaan pengelolaan TNkepada pemerintah baik pusat maupun daerah, dan khususnya kepada pengelola TNS.

1. 6 Novelty

Penelitian terkait kelembagaan secara terintegrasi antara kelembagaan formal dan informal khususnya yang berbasis hak kepemilikan untuk tatakelola pemanfaatan sumberdaya TN di Indonesia belum pernah dilakukan.Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang hal tersebutyang sangat penting untuk tatakelola pemanfaatan sumberdaya TNS yang berkelanjutan, dan memperkuat teori kelembagaan Ostrom.

1. 7 Struktur Penulisan

Penulisan disertasi ini disusun dalam 9 sembilanbab. Bab Pertamamenyajikan pendahuluan yang berisi latar belakang dan rumusan permasalahan penelitian.Bab Keduamenyajikan tinjauan pustaka. Bab Ketiga menyajikan metodologi penelitian. Bab Keempat menyajikan situasi dan kondisi TNS yang meliputi proses penunjukkan TNS, karakteristik biologi, dan sosial budaya masyarakat sekitar TNS.Bab Kelima mengungkapkan aturan pemanfaatan sumberdaya TNS baik aturan formal maupun aturan informal. Bab Keenam membahas interaksi antar aktor dalam pemanfaatan sumberdaya di TNS. Bab Ketujuh, membahas dampak kelembagaan pemanfaatan sumberdaya TNS terhadap kondisi sumberdaya TNS.Bab Kedelapan menyajikan strategi penguatan kelembagaan formal pemanfaatan sumbedaya TNS. Terakhir, Bab Kesembilan menyajikansimpulan dan rekomendasi kebijakan. 9 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Common Pool Resources CPRs

Ostrom et al. 1994:6-8 menggolongkan barang dan jasa berdasarkan dua karakteristik penting yaitu tingkat substraktif substractibility dan tingkat ekslusiexcludability.Tingkat substraktif artinya berkurangnya ketersediaansumberdaya bagi orang lain akibat pemanfaatan yang dilakukan seseorang sebelumnya. Tingkat ekslusi artinya kemampuan untuk melarang atau membatasi orang-orang yang berpotensi memanfaatkan sumberdaya.Berdasarkan kedua karakteristik di atas, barang dan jasa dibagimenjadi empat jenis yaitupublic goods, toll goods, common pool resources dan private goods.Klasifikasi umum jenis barang dan jasa disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasiumum jenis barang dan jasa Tingkat ekslusi excludability Tingkat substraktif subtractability Rendah Tinggi Sulit public goods common-pool resourcesgoods Mudah toll goods private goods Sumber : Ostrom et al. 1994: 7 Common pool resourcesyang disingkat CPRs adalahsistem sumberdaya alam atau buatan yang cukup besar sehingga biaya untuk membatasi atau melarang pihak-pihak yang berpotensi memanfaatkan sumberdaya terlalu mahaltinggi tetapi bukan tidak mungkin Ostrom 1990:30. CPRsmempunyai karakteristik tingkat substraktiftinggi, dan tingkat ekslusi yang sulit.CPRs mempunyai sifat substraktif yang tinggi, semantara sumberdaya terbatas, sehingga setiap pemanfaatan yang berlebihanoveruseoleh seseorang akan berdampak negatif terhadap sumberdaya itu sendiri dan juga terhadap ketersediaan pemanfaatan bagi orang lain. Orang yang berfikir rasional cenderung meman- faatkan sumberdaya sebanyak mungkin bahkan berlebihan. Kecenderungan pemanfaatan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan pada waktu-waktu tertentu. Ketika laju pemanfaatan melebihi laju pertumbuhannya atau melebihi daya dukung, maka sistem sumberdaya tersebut akan rusak. Karena karakteristik CPRs yang sulit melarang atau membatasi orang-orang yang berpotensi memanfaatkan sumberdaya tersebut, menyabkan banyak pihak hanya mau memanfaatkan tetapi tidak berkontribusi pada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan, memelihara dan mengatur pemanfaatan sumberdaya, atau disebut para penung- gang gratisfree rider.Karakteristik yang kedua inisemakin memungkinkan CPRs menjadi rusak.Untuk menghindari kerusakan sumberdaya pada CPRs,diperlukan kelembagaan Ostrom 1990:1; Ostrom et al 1994:5; Dolsak Ostrom 2003:6. 10 2. 2 Kelembagaan 2.2.1 Definisi Kasper dan Streit 1998, North 1990, Ostrom 1990, dan Knight 1992 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main.Kasper dan Streit 1998:28 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan yang dibuat manusia untuk membatasi kemungkinan perilaku menyimpang, misalnya perilaku oportunis, dalam berinteraksi dengan yang lainnya. North 1990:3 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main rules of the game dalam masyarakat, batasan- batasan yang dirancang untuk membentuk interaksi manusia baik dalam politik, ekonomi dan sosial. Ostrom 1990:51 mendefinisikan kelembagaan sebagai seperangkat aturan kerja yang digunakan untuk menentukan seseorang yang berhak membuat keputusan, tindakan yang diperbolehkan atau dibatasi, aturan yang akan digunakan, prosedur yang harus diikuti, informasi yang harus atau tidak harus disediakan, dan sanksi yang akan diberikan kepada seseorang. Knight 1992:2 mendefinisikan kelembagaan sebagai seperangkat aturan yang merupakan struktur interaksi sosial dengan cara-cara tertentu. Kelembagaan sering juga dipahami sebagai organisasi.Uphoff 1986:8menjelaskan perbedaan antara kelembagaan dan organisasi, yaitu: a Organisasi bukan kelembagaan, b Kelembagaan bukan organisasi, dan c Organisasi adalah kelembagaan atau sebaliknya kelembagaan adalah organisasi. Uphoff menjelaskan ketiga kategori tersebut dengan mengambil contoh bidang hukum.Perusahaan pengacara termasuk dalam kategori organisasi bukan kelembagaan.Hukum adalah kelembagaan bukan organisasi.Sedangkan pengadilan merupakan organisasi dan juga kelembagaan atau sebaliknya. North 1990:4 menjelaskan bahwa kelembagaan adalah aturan main dalam sebuah pertandingan tim olah raga, yang terdiri aturan formal yang tertulis dan juga kode etik yang tidak tertulis yang melengkapi aturan formal yang menentukan cara permainan dilaksanakan. Sedangkan organisasi merupakan tim yang bertujuan mencapai kemenangan dengan cara mengkombinasikan ketrampilan, strategi dan koordinasi dengan cara yang adil dan kadang-kadang dengan cara melanggar aturan. Organisasi merupakan kelompok individu-individu yang diikat oleh beberapa tujuan bersama dalam mencapai tujuannya. North 1990:36 dan Knight 1992 membagi kelembagaan menjadi dua, yaitu formal dan informal.Kelembagaan formal umumnya berbentuk tertulis, contohnya aturan politik, aturan ekonomi, kontrak dan perjanjian.Sedangkan kelembagaan informal dibuat tidak sengaja atau berkembang secara spontan dan umumnya tidak tertulis, contohnya norma-norma sosial, hukum adat, kebiasaan dan adat istiadat.Sedangkan Kasper dan Streit 1998:100 membedakan kelembagaan formal dan informal didasarkan pada mekanisme pemberian sanksi.Jika sanksi diberikan melalui mekanisme formal, maka disebut kelembagaan formal.Sementara jika sanksi diberikan secara spontan dari interaksi sosialatau desentralisasi maka disebut kelembagaan informal.Menurut North 1990:46 kelembagaan formal kadangkala berasal dari kelembagaan informal.Perubahan kelembagaan ini merupakan respon dari masyarakat yang semula sederhana menjadi lebih komplek yang sering menghadapi perselisihan yang komplek sehingga membutuhkan standarisasi, dan memerlukan batasan-