4 Data dan Sumber Data

31 Sebangau.Pada 14 Desember 2002, diselenggarakan rapat yang dihadiri berbagai pihak untuk membahas konsep pengembangan wilayah Sebangau dalam rencana tata ruang wilayah propinsi RTRWP Kalimantan Tengah. Dalam rapat inilah WWF memaparkan konsep pengembangan wilayah Sebangau dalam RTRWP.Aspirasi parapihak menyetujui bahwa kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi. Aspirasi parapihak ini ditindaklanjuti oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah dengan membuat surat 21 secara resmi kepada Menteri Kehutanan untuk mengusulkan kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi. Dukungan pemerintah daerah terhadap usulan kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi disampaikan juga oleh Bupati Pulang Pisau 22 , Bupati Katingan 23 , dan Pimpinan DPRD Kalimantan Tengah 24 . Berdasarkan SK Menhut No. 423Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 akhirnya kawasan Sebangau ditunjuk menjadi taman nasional dengan nama TNS, dengan pertimbangan: 1 merupakan perwakilan ekosistem hutan rawa gambut yang relatif masih utuh dengan karakteristik ekosistem yang unik dilihat dari jenis tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna;dan 2 memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi, termasuk sebagai habitat Orangutan. Pengelola TNS untuk sementara ditunjuk Balai KSDA Kalimantan Tengah 25 , karena sesuai peraturan perundangan yang berlaku, pengelola taman nasional adalah UPT yang bernama balai taman nasional BTN.Sejak tanggal 2 Juni 2006, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. P 59Menhut-II2006, TNS dikelola olehunit pelaksana teknis UPT Kementerian Kehutanan yang bernama Balai Taman Nasional Sebangau BTNS. Aspirasi pihak-pihak yeng berkepentingan selama proses penunjukkan TNS 26 penting untuk diperhatikan dalam penyusunan kelembagaan TNS.Pertama, keberadaan TNS harus memberikan akses kepada daerah, dan masyarakat setempat.Hal ini berarti bahwa TNS harus memberi kontribusi kepada pendapatan asli daerah PAD bagi pemerintah daerah.Selain itu masyarakat setempat diizinkan untuk memanfaatkan sumberdaya sebagai sumber mata- pencahariannya.Kedua,laboratorium alam hutan gambut LAHG tidak boleh dihilangkan karena CIMTROP Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland melakukan konservasi kawasan Sebangau sejak tahun 1993 bahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan CIMTROP digunakan sebagai dasar untuk pengusulan perubahan fungsi kawasan Sebangau dari hutan produksi menjadi hutan konservasi. Ketiga, konsep konservasi yang diinginkan parapihakadalah “konservasi hidup” artinya 21 Surat Nomor 05033IVBapp tanggal 20 Januari 2004. 22 surat no. 119500EK tanggal Januari 2003. 23 surat no. 522.51143Ek tanggal 6 Pebruari 2003 surat no. 522.51696Ek tanggal 1 Oktober 2003 24 Surat No. 162522DPRD2004 tanggal 25 Maret 2004 25 SK Dirjen PHKA No. SK. 140IVSet-32004 tanggal 30 Desember 2004 26 Notulen rapat hasil kajian tim terpadu usulan perubahan fungsi kawasan Sebangau, 30 September 2004. CIMTROP Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland semula bernama KPSFRP Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project, proyek ini dimulai tahun 1994 kerjasama antara Universitas Palangkaraya, Nottingham university dan Hokaido university. Namun sebelumnya yaitu pada tahun 1993 telah ada MOU antara UNPAR, BPPT, Nottingham university , dan pemda Kalteng tentang proyek gambut sebangau. Pada tahun 1997 KPSFRP berganti nama menjadi CIMTROP mendapat SK Rektor Unpar pada tahun 1998. Tahun 2004 CIMTROP menjadi UPT UNPAR. 32 konservasi yang memberi peluang masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan, dan dapat mengakomodasi semua kepentingan yang ada 27 .

4.2 Organisasi Balai TNS

Organisasi Balai TNS dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : P.59Menhut-II2006 tanggal 2 Juni 2006 tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186Kpts-II2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, selanjutnya diperbaharui kembali dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03Menhut-II2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana perubahan peraturan pada P.52Menhut-II2010. Balai TNS adalah organisasi pelaksana teknis pengelolaan taman nasional setingkat Eselon IIIA pada Kementerian Kehutanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dirjen PHKA.Wilayah pengelolaan TNS dibagi menjadi 3 seksi, yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN Wilayah I Palangka Raya, Wilayah II Pulang Pisau, dan Wilayah III Kasongan.Masing-masing SPTN dibagi menjadi resort pengelolaan. SPTN Wilayah I dibagi menjadi 2 resort, yaitu Resort Sebangau Hulu, dan Resort Habaring Hurung; SPTN Wilayah II dibagi menjadi 3 resort, yaitu: Resort SSI, Resort Paduran, dan Resort Bangah; SPTN Wilayah III dibagi menjadi 3 resort, yaitu: Resort Tumbang Bulan, Resort Mendawai, dan Resort Baun Bango. Struktur organisasi Balai TNS disajikan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai TNS 27 Notulen rapat peruntukan kawasan sebangau menjadi kawasan konservasi, 15 Juli 2003 Kepala Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Palangkaraya Kepala Balai TNS Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Pengelolaan TN Wilayah II Pulang Pisau Kepala Seksi Pengelolaan TN Wilayah III Kasongan Kelompok Jabatan Fungsional: Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, Penyuluh Kehutanan dll Resort Sebangau Hulu Resort Habaring Hurung Resort SSI Resort Paduran Resort Bangah Resort Tumbang Bulan Resort Mendawai Resort Baun Bango 33 Tugas pokok dan fungsi Balai TNS adalah melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan taman nasional dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai TNS menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan TNS; 2. Pengawetan dan pemanfaatan secara lestari TNS; 3. Perlindungan, pengamanan, dan penanggulangan kebakaran TNS; 4. Promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; 5. Kerjasama pengelolaan TNS; dan 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai TNS didukung oleh sumberdaya manusia dan anggaran yang terbatas seperti tersaji dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1Sumberdaya manusia dan anggaran Balai TNS tahun 2007-2012 No. Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Sumberdaya manusia • Polisi kehutanan orang 8 9 13 16 16 16 • Non Polisi kehutanan orang 16 20 25 39 47 60 Jumlah 24 29 38 55 63 76 2. Anggaran • Pagu Milyar Rp 4,07 5,60 4,90 8,40 7,50 10,60 • Realisasi 37,0 76,9 93,3 82,3 81,3 84,3 Sumber: BTNS 2007-2012

4.3 Karakteristik Sumberdaya TNS

Hutan TNS mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, diketemukan 166 spesies flora, 116 spesies burung, 35 spesies mamalia, dan 36 spesies ikan BTNS 2007. Beberapa spesiesflora antara lain: ramin Gonystylus bancanus, jelutung Dyera costulata, belangeran Shorea belangeran, bintangur Calophyllum sclerophyllum, meranti Shorea spp., nyatoh Palaquium spp., keruing Dipterocarpus spp, agathis Aghatis spp, gemor Alseodaphne spp, dan menjalin Xanthophyllum spp.. Spesies-spesies flora tersebut merupakan spesies endemik dan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan beberapa spesies mamalia yang terdapat di hutan TNS, yaitu: Orang utan Pongo pygmaeus, owa- owa Hylobathes mulleri, bekantan Nasalis larvatus, beruang madu Helarctos malayanus, dan rusa Cervus unicolor. Orangutan Pongo pygmaeus merupakan satwa endemik dengan kelimpahan populasi sebanyak 6.200 ekor. Beberapa jenis ikan diketemukan di TNS antara lain: gabus Channa striata, lele