25
3. 2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pilihan paradigma konstruktivisme.Metode penelitian kualitatif bersifat
deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan “sifat data” yang kualitatif.Data hasil
penelitian kualitatif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
3. 3 Kerangka Kerja Analisis Kelembagaan TNS
Kerangka kerja analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi kerangka kerja Institutional Analysis and development IAD yang dikembangkan
oleh Ostrom et al. 1994:37.Kerangka kerja analisis ini telah digunakan secara luas untuk merancang kebijakan yang berhubungan dengan kelembagaan dan
kelestarian CPRs Rudd MA 2003:106.IAD sebagai alat multi disiplin yang digunakan untuk penelitian kebijakan dan kelembagaan terhadap CPRs pada
berbagai tingkatan analisis Ostrom 1990; Ostrom et al. 1994.Kerangka kerja ini fokus pada pola interaksi perilaku manusia dalam memanfaatkan CPRs, dan
menjelaskan bahwa pola interaksi
akanmenghasilkan dampak outcome
tergantung pada arena aksi yang terbagi menjadi situasi aksi dan para aktorlihat Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kerangka kerja analisis kelembagaan pemanfaatan sumberdaya
TNS Diadopsi dari Ostrom et al. 1994:37
Situasi aksi merujuk pada ruang sosial tempat individu-individu
berinteraksi, melakukan transaksi, aktivitas penyediaan dan pemanfaatan, serta menyelesaikan masalah.Para aktor yang terlibat dalam situasi aksi diasumsikan
mempunyai pilihan, kapasitas mengolah informasi, memilih kriteria dan sumberdaya.Untuk mengevaluasi kinerja kelembagaan digunakan indikator-
Karakteristik SDA kondisi ekologi TNS
Karakteristik masyarakatsekitar TNS
Aturan yang digunakan dalam pemanfaatan
SDA TNS: •
Aturan formal •
Aturan informal aturan adat
kedamangan Arena Aksi
• Situasi Aksi
pemanfaatan SDA TNS •
Para Aktor : BTNS, WWF, Damang,
Formas, nelayan, Kel Jelutung, Kel Gemor
Kepentingan kekuatan masing-
masing aktor, konflik kerjasama antar
aktor Pola interaksi
antar aktor
Dampak outcome
Kriteria Evaluasi :
• Kelestarian
• Keadilan
26 indikator yang dikembangkan Ostrom 1990:90; 1999:7. Indikator-indikator ini
merupakan kondisi-kondisi atau faktor-faktor penting yang diperhitungkan dalam menyusun kelembagaan yang telah terbukti sukses mengelola CPRs secara lestari
yang terdiri dari 8 delapan indikator, yakni: 1 Batas-batas ditentukan secara jelas clearly defined boundaries.Batas ini
merujuk pada batas sumberdaya dan batas penggunanya. Individu-individu atau kelompok yang mempunyai hak memanfaatkan unit sumberdaya harus
ditentukan secara jelas, batas-batas fisik sumberdaya harus ditentukan secara jelas pula. Sumberdaya dan penggunanya yang tidak ditentukan secara jelas
berpotensi terjadinya pemanfaatan unit sumberdaya oleh orang yang tidak terlibat usaha penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya sehingga tidak
memberikan insentif bagi pengguna sumberdaya untuk melakukan kerjasama dan tindakan bersama dalam penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya.
2 Kesesuaian congruence.Aturan pemanfaatan tentang pembatasan waktu, lokasi, teknologi, dan atau jumlah unit sumberdaya yang dapat dimanfaatkan
harus sesuai dengan kondisi setempat; dan juga manfaat yang diperoleh dari aturan pemanfaatan sumberdaya sebanding dengan pembuatan dan penerapan
aturan penyediaan atau pemeliharaan.
3 Pengaturan pilihan kolektif collective choice arrangements. Pihak-pihak yang dipengaruhi oleh aturan khususnya pada tingkat operasional berhak
untuk berpartisipasi secara luas dalam memodifikasi aturan. 4 Pengawasan monitoring. Pengawassecara aktif melakukan pengawasan
terhadap kondisi sumberdaya dan perilaku pengguna bertanggung jawab kepada pengguna danatau anggota pengguna tersebut.
5 Sanksi yang tegas sesuai tingkat kesalahan graduated sanctions. Pengguna
yang melanggar aturan operasional harus mendapat sanksi yang tegas sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
6 Mekanisme penyelesaian konflik conflict resolution mechanisms. Ada mekanisme penyelesaian konflik yang cepat, dan murah.
7 Pengakuan dari pemerintah minimal recognition of rights to organise. Kelembagaan yang dibuat oleh pengguna sumberdaya tidak ditolak oleh
pemerintah. 8 “Nested enterprises”. CPRs yang menjadi bagian sistem yang lebih besar
maka kegiatan pemanfaatan, penyediaan, pengawasan, penegakkan aturan, resolusi konflik, dan kegiatan tata kelola diatur dalam jaringan yang lebih luas
dan berjenjang.
Selanjutnya untuk mengevaluasi dampak kelembagaan digunakan dua kriteria yaitu kelestarian sumberdaya dan keadilan pemanfaat sumberdaya khususnya
masyarakat setempat.
3. 4 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data diperoleh dengan cara: 1 wawancara mendalam dengan
informan kunci, 2 observasi langsung, 3 kajian terhadap berbagai bahan tertulis, dan 4 analisis terhadap citra, foto, video, gambar.Wawancara mendalam
dilakukan untukmengumpulkan data dan informasi sesuai kerangka kerja yang telah disusun, secara lebih mendalam, melalui tanya jawab secara tatap muka