3 Kerangka Kerja Analisis Kelembagaan TNS

30 4 TAMAN NASIONAL SEBANGAU

4.1 Pengukuhan Taman Nasional Sebangau

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 423Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 Taman Nasional Sebangau TNS mempunyai luas kurang lebih568.700 hektar.Secara geografis, TNS terletak pada 113 o 15’-114 o 05’ BT dan 1 o 52’-3 o 07’ LS; dan secara administratif terletak di 3 wilayah kabupatenkota, yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya, propinsi Kalimantan Tengah. Sebelum menjadi taman nasional, kelompok hutan Sebangau merupakan hutan produksidengan luas kurang lebih 510.250 hektar, dan hutan produksi yang dapat dikonversi dengan luas kurang lebih 58.450 hektar. Sebanyak 13 perusahaan hak pengusahaan hutan HPH 19 pernah beroperasi di kawasan ini, namun tahun 2004 semua perusahaan tersebut sudah tidak beroperasi lagi. Inisiatif perubahan fungsi kawasan hutan dari hutan produksi menjadi hutan konservasi taman nasional tidak dapat dilepaskan dari peran WWF Indonesia 20 Drasospolino 2006:1; Soehartono Mardiastuti 2013:168-170. Pada Februari 2001, Dr. Nengah Wirawan direktur Sundaland WWF Indonesia, dan Miriam van Gool WWF Belanda ketika melakukan survei udara dalam rangka mencari lokasi proyek konservasi Orangutan di Kalimantan tertarik dengan ekosistem lahan gambut Sebangau. Selanjutnya dalam pertemuan di kantor WWF Indonesia di Jakarta diputuskan untuk mengusulkan ekosistem lahan gambut Sebangau sebagai konservasi habitat Orangutan. Atas permintaan Miriam van Gool, WWF Belanda mendukung usulan ekosistem lahan gambut Sebangau menjadi kawasan konservasi Orangutan. Pada Juni 2001 diadakan pertemuan di Amsterdam yang dihadiri WWF Belanda, WWF Indonesia, dan Universitas Nottingham UK untuk merancang proyek konservasi Orangutan di Sebangau. WWF Belanda berkomitmen untuk membantu proyek selama dua tahun.Sementara Universitas Nottingham membantu proyek terkait isu konservasi lahan gambut.WWF Indonesia juga mengajak USAID, dan CIMTROP Universitas Palangka Raya untuk bergabung dalam proyek ini.Pada Agustus 2001 WWF Indonesia memulai proyek konservasi Orangutan yang berkantor di Palangka Raya. WWF Indonesiamemfasilitasi berbagai pertemuan dalam proses penunjukkan TNS yang dilakukan secara bottom up yang melibatkan pihak yang berkepentingan, baik pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, dan tokoh masyarakat. Sejak tahun 2002, berbagai rapat dan lokakarya mulai dari tingkat kecamatan, kabupatenkota hingga propinsi diselenggarakan untuk mengetahui aspirasi pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan kawasan 19 Nama-nama HPH tersebut adalah : PT. Brajatama, PT. Bratajaya Utama, PT. Gelora Dayak Besar, PT. INHUTANI III, PT. Kahayan Lumber, PT. Katunen, PT. Nusantara Plywood, PT. Salawati Timber, PT. Sebangau Besar, PT. Setia Alam Jaya, PT. Simanggang Hayu, PT. Sipo Jaya Timber, PT. Suka Budi Mulya 20 Peran WWF Indonesia dapat dilihat pada surat Kepala BKSDA Kalimantan Tengah kepada Dirjen PHKA Dephut No. 1766BKSDAX2003 tanggal 9 Oktober 2003 tentang usulan kawasan konservasi Sebangau. Surat Kepala BKSDA Kalteng ini menindaklanjuti surat Project Leader WWF Indonesia Kalteng No. 103WWF-SebangauX03 tanggal 6 Oktober 2003 dengan perihal yang sama yaitu usulan kawasan konservasi Sebangau. 31 Sebangau.Pada 14 Desember 2002, diselenggarakan rapat yang dihadiri berbagai pihak untuk membahas konsep pengembangan wilayah Sebangau dalam rencana tata ruang wilayah propinsi RTRWP Kalimantan Tengah. Dalam rapat inilah WWF memaparkan konsep pengembangan wilayah Sebangau dalam RTRWP.Aspirasi parapihak menyetujui bahwa kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi. Aspirasi parapihak ini ditindaklanjuti oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah dengan membuat surat 21 secara resmi kepada Menteri Kehutanan untuk mengusulkan kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi. Dukungan pemerintah daerah terhadap usulan kawasan Sebangau menjadi kawasan konservasi disampaikan juga oleh Bupati Pulang Pisau 22 , Bupati Katingan 23 , dan Pimpinan DPRD Kalimantan Tengah 24 . Berdasarkan SK Menhut No. 423Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 akhirnya kawasan Sebangau ditunjuk menjadi taman nasional dengan nama TNS, dengan pertimbangan: 1 merupakan perwakilan ekosistem hutan rawa gambut yang relatif masih utuh dengan karakteristik ekosistem yang unik dilihat dari jenis tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna;dan 2 memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi, termasuk sebagai habitat Orangutan. Pengelola TNS untuk sementara ditunjuk Balai KSDA Kalimantan Tengah 25 , karena sesuai peraturan perundangan yang berlaku, pengelola taman nasional adalah UPT yang bernama balai taman nasional BTN.Sejak tanggal 2 Juni 2006, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. P 59Menhut-II2006, TNS dikelola olehunit pelaksana teknis UPT Kementerian Kehutanan yang bernama Balai Taman Nasional Sebangau BTNS. Aspirasi pihak-pihak yeng berkepentingan selama proses penunjukkan TNS 26 penting untuk diperhatikan dalam penyusunan kelembagaan TNS.Pertama, keberadaan TNS harus memberikan akses kepada daerah, dan masyarakat setempat.Hal ini berarti bahwa TNS harus memberi kontribusi kepada pendapatan asli daerah PAD bagi pemerintah daerah.Selain itu masyarakat setempat diizinkan untuk memanfaatkan sumberdaya sebagai sumber mata- pencahariannya.Kedua,laboratorium alam hutan gambut LAHG tidak boleh dihilangkan karena CIMTROP Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland melakukan konservasi kawasan Sebangau sejak tahun 1993 bahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan CIMTROP digunakan sebagai dasar untuk pengusulan perubahan fungsi kawasan Sebangau dari hutan produksi menjadi hutan konservasi. Ketiga, konsep konservasi yang diinginkan parapihakadalah “konservasi hidup” artinya 21 Surat Nomor 05033IVBapp tanggal 20 Januari 2004. 22 surat no. 119500EK tanggal Januari 2003. 23 surat no. 522.51143Ek tanggal 6 Pebruari 2003 surat no. 522.51696Ek tanggal 1 Oktober 2003 24 Surat No. 162522DPRD2004 tanggal 25 Maret 2004 25 SK Dirjen PHKA No. SK. 140IVSet-32004 tanggal 30 Desember 2004 26 Notulen rapat hasil kajian tim terpadu usulan perubahan fungsi kawasan Sebangau, 30 September 2004. CIMTROP Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland semula bernama KPSFRP Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project, proyek ini dimulai tahun 1994 kerjasama antara Universitas Palangkaraya, Nottingham university dan Hokaido university. Namun sebelumnya yaitu pada tahun 1993 telah ada MOU antara UNPAR, BPPT, Nottingham university , dan pemda Kalteng tentang proyek gambut sebangau. Pada tahun 1997 KPSFRP berganti nama menjadi CIMTROP mendapat SK Rektor Unpar pada tahun 1998. Tahun 2004 CIMTROP menjadi UPT UNPAR.