3 Kerangka Pemikiran Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Sumberdaya Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah

10 2. 2 Kelembagaan 2.2.1 Definisi Kasper dan Streit 1998, North 1990, Ostrom 1990, dan Knight 1992 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main.Kasper dan Streit 1998:28 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan yang dibuat manusia untuk membatasi kemungkinan perilaku menyimpang, misalnya perilaku oportunis, dalam berinteraksi dengan yang lainnya. North 1990:3 mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan main rules of the game dalam masyarakat, batasan- batasan yang dirancang untuk membentuk interaksi manusia baik dalam politik, ekonomi dan sosial. Ostrom 1990:51 mendefinisikan kelembagaan sebagai seperangkat aturan kerja yang digunakan untuk menentukan seseorang yang berhak membuat keputusan, tindakan yang diperbolehkan atau dibatasi, aturan yang akan digunakan, prosedur yang harus diikuti, informasi yang harus atau tidak harus disediakan, dan sanksi yang akan diberikan kepada seseorang. Knight 1992:2 mendefinisikan kelembagaan sebagai seperangkat aturan yang merupakan struktur interaksi sosial dengan cara-cara tertentu. Kelembagaan sering juga dipahami sebagai organisasi.Uphoff 1986:8menjelaskan perbedaan antara kelembagaan dan organisasi, yaitu: a Organisasi bukan kelembagaan, b Kelembagaan bukan organisasi, dan c Organisasi adalah kelembagaan atau sebaliknya kelembagaan adalah organisasi. Uphoff menjelaskan ketiga kategori tersebut dengan mengambil contoh bidang hukum.Perusahaan pengacara termasuk dalam kategori organisasi bukan kelembagaan.Hukum adalah kelembagaan bukan organisasi.Sedangkan pengadilan merupakan organisasi dan juga kelembagaan atau sebaliknya. North 1990:4 menjelaskan bahwa kelembagaan adalah aturan main dalam sebuah pertandingan tim olah raga, yang terdiri aturan formal yang tertulis dan juga kode etik yang tidak tertulis yang melengkapi aturan formal yang menentukan cara permainan dilaksanakan. Sedangkan organisasi merupakan tim yang bertujuan mencapai kemenangan dengan cara mengkombinasikan ketrampilan, strategi dan koordinasi dengan cara yang adil dan kadang-kadang dengan cara melanggar aturan. Organisasi merupakan kelompok individu-individu yang diikat oleh beberapa tujuan bersama dalam mencapai tujuannya. North 1990:36 dan Knight 1992 membagi kelembagaan menjadi dua, yaitu formal dan informal.Kelembagaan formal umumnya berbentuk tertulis, contohnya aturan politik, aturan ekonomi, kontrak dan perjanjian.Sedangkan kelembagaan informal dibuat tidak sengaja atau berkembang secara spontan dan umumnya tidak tertulis, contohnya norma-norma sosial, hukum adat, kebiasaan dan adat istiadat.Sedangkan Kasper dan Streit 1998:100 membedakan kelembagaan formal dan informal didasarkan pada mekanisme pemberian sanksi.Jika sanksi diberikan melalui mekanisme formal, maka disebut kelembagaan formal.Sementara jika sanksi diberikan secara spontan dari interaksi sosialatau desentralisasi maka disebut kelembagaan informal.Menurut North 1990:46 kelembagaan formal kadangkala berasal dari kelembagaan informal.Perubahan kelembagaan ini merupakan respon dari masyarakat yang semula sederhana menjadi lebih komplek yang sering menghadapi perselisihan yang komplek sehingga membutuhkan standarisasi, dan memerlukan batasan- 11 batasan formal yang tertulis.North 1990:46, Kasper dan Streit 1998:100-110 membedakan kelembagaan berdasarkan asal aturan itu dibuat.Aturan yang berkembang di dalam suatu kelompok atau masyarakat yang berasal dari pengalaman, contohnya perilaku santun, dan standar etika yang diikuti oleh anggota masyarakatdisebut sebagai kelembagaan internal.Sedangkan aturan yang dibuat dari pihak luar atau secara eksternal melalui tindakan politik dan diberlakukan kepada masyarakat, contohnya aturan hukum yang dikeluarkan oleh DPR atau pemerintah disebut sebagai kelembagaan eksternal. Tujuan kelembagaanadalah: mengurangi ketidakpastian dengan cara menyediakan struktur kehidupan keseharian yang memandu interaksi manusia Kasper Streit 1998:1; North 1990:3; Ostrom 1990:52; mengarahkan perilaku manusia kearah yang diharapkan anggota masyarakat; dan mengurangi perilaku oportunis Knight 1992:3; Kasper Streit 1998:28; mengurangi biaya koordinasi, dan membatasi dan menyelesaikan konflik Kasper Streit 1998:92;dan secara adil membagi keuntungan ekonomi diantara para aktor ekonomi Libecap 1989.Kelembagaan harus ditegakkan dengan sanksi bagi yang menyimpang atau melanggar,kelembagaan tanpa adanya sanksi tidak ada gunanyaKasper Streit 1998:93. Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud kelembagaan dalam penelitian ini adalah aturan main rules of the game baik formal maupun informal yang bertujuan untuk meningkatkan kepastian dan memprediksi interaksi diantara manusia dengan mendefinisikan secara jelas batasan-batasan tindakan yang sahyang dapat membebaskan perilaku oportunistik dan perilaku tidak produktif lainnya.

2.2.2 Tingkatan Aturan dan Analisis Kelembagaan

Menurut Ostrom 1990:52; Polski dan Ostrom 1999:19; Rudd 2003:116 ada tiga tingkat aturan yang secara komulatif mempengaruhi tindakan, dan hasil yang diperoleh dalam situasi kebijakan tertentulihat Gambar 2.1. Pertama, tingkat operasional operational rulesyaitu aturan yang secara langsung mempengaruhi keputusan sehari-hari yang dibuat oleh pengguna sumberdaya alam tentang waktu, tempat,dan cara mengambil unit sumberdaya; menentukan pihak yang bertanggung jawab untuk memonitor dan pihak-pihak yang dimonitor; jenis informasi yang seharusnya diberikan atau tidak diberikan; dan jenis sanksi atau penghargaan yang diberikan bagi mereka yang melanggar atau yang mematuhi aturan. Kedua, tingkat pilihan kolektifcollective-choice rulesyaitu aturan yang menentukan jenis aturan yang dipilih untuk mengelola sumberdaya alam, aturan pada tingkat ini mempengaruhi aturan operasional secara tidak langsung.Ketiga, tingkat konstitusi constitutional-choice rulesyaitu aturan yang menentukan pihak yang berhak, dan menentukan aturan yang digunakan untuk membuat seperangkat aturan pada tingkat pilihan kolektif. Ostrom 1990:52 menjelaskan bahwa proses pemanfaatan appropriation, pemeliharaan provision, monitoring dan penegakan enforcement terjadi pada tingkat operasional. Kemudian, proses pembuatan kebijakan policy-making, pengelolaan management, dan penyelesaian keputusan kebijakan adjudication of policy decision terjadi pada tingkat pilihan kolektifcollective choice. Sedangkan perumusan formulation, tata-kelola 12 governance, pengadilan adjudication, dan perubahan modification keputusan secara konstitusional dilakukan pada tingkat konstitusional constitutional level. Sumber : Ostrom 1990:53 Gambar 2.1 Keterkaitan antara aturan dengan tingkat analisis

2.2.3 Hak Kepemilikan

Sistem hak kepemilikan merupakan bagian dari kelembagaan masyarakat yaitu norma dan aturan main, yang dirancang untuk membatasi perilaku manusia dalam berinteraksi North 1990; Hanna et al. 1996:1. Hanna et al. 1996:2 meyakini pentingnya peranan hak kepemilikan dalam pencapaian kelestarian lingkungan.Bromley 1992:4 membedakan pengertian antara property dengan property rights.Property didefinisikan sebagai klaim terhadap aliran manfaat, dan property rights adalah klaim untuk memanfaatkan dan mengendalikan sumberdaya secara sah, dimana negara mengakui dan melindunginya dengan mewajibkan bagi orang lain untuk menghormatinya. Hak rights berhubungan juga dengan kewajiban duties. Permasalahan akses terbukapengelolaan sumberdaya dikarenakan ada hak untuk memanfaatkan, tetapi tidak ada kewajiban bagi para pengguna untuk menahan diri dalam memanfaatkan. Property merupakan hak yang harus ditegakkandihormati oleh pihak lain, maka property merupakan kelembagaanaturan main yang penegakannya memerlukan badanlembaga yang berwenang menjamin tegaknya hak-hak tersebut. Bromley 1992:4 lebih melihat property bukan sebuah objek tetapi merupakan hubungan sosial yang menentukan pemegang sumberdaya berkaitan dengan sesuatu nilai terhadap semua orang lain. Dengan demikian, property merupakan hubungan sosial antara aliran manfaat, pemegang hak dan pengemban tugas. Schlager dan Ostrom 1999:254 mengatakan bahwa hak kepemilikan terhadap sumberdaya alam dapat ditentukan secara de jure dan de facto.Hak kepemilikan secara de jure adalah hak kepemilikan terhadap sumberdaya alam yang dijamin secara hukum oleh pemerintah.Pemagang hak ini dapat berbentuk badan pemerintah, perusahaan swasta atau perorangan.Sedangkan hak kepemilikan secara de facto adalah hak yang biasanya dibuat oleh pengguna Pemanfaatan Pemeliharaan Pengawasan Penegakan aturan Aturan Konstitusi Pilihan kolektif Operasional Tingkat analisis Konstitusi Pilihan kolektif Operasional Proses : Penyusunan Tata-kelola Pengadilan Perubahan Pembuatan kebijakan Pengelolaan Pengadilan 13 sumberdaya alam atau anggota masyarakat terhadap suatu sumberdaya tertentu.Hak ini biasanya berdasarkan norma-norma sosial, hukum adat dan nilai- nilai budaya yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Hak ini biasanya efektif dalam kelompok kecil dan akan tetap bertahan sepanjang didukung oleh kelompok dan atau diakui oleh otoritas negara. Ostrom dan Schlager 1996:130 mengklasifikasikan kepemilikan terhadap sumberdaya alam kedalam 5 jenis hak yaitu: akses access, pemanfaatan withdrawal, pengelolaan management, eklusi exclusion, dan pengalihan alienationseperti disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Hak-hak yang terikat bundles of rights dan posisi pemegang hak Strata Hak Pemilik Penuh Full owner Pemilik Proprietor Penyewa Authorized claimant Pengguna Authorized user Pemegang Izin Masuk Authorized entrant Akses X X X X X Pemanfaatan X X X X Pengelolaan X X X Ekslusi X X Pengalihan X Sumber : Ostrom dan Schlager 1996:133 Hak akses adalah hak memasuki kawasan yang secara fisik terdefinisikan dan menikmati manfaat non-subtraktif,contohnya: seseorang yang membayar untuk memasuki TNdapat menikmati jasa wisata yang dihasilkan kawasan TN.Selama di TN, mereka telah membeli hak sementara untuk memasuki dan menikmati berbagai manfaat didalamnya selama tidak dianggap melanggar batasan yang berlaku. Hak mereka dilindungi oleh aturan sehingga pengguna TN lainnya mempunyai kewajiban untuk tidak mengganggu hak tersebut. Hak pemanfaatanadalah hak memasuki kawasan secara fisik dan memperoleh unit sumberdaya atau hasil dari sistem sumberdaya. Pengguna sumberdaya yang memegang hak ini mempunyai kewenangan untuk melakukan pemanenan unit sumberdaya pada lokasi tertentu. Pemegang hakpemanfaatan tidak hanya mempunyai hak untuk memasuki kawasan TN tetapi juga mempunyai hak untuk memanen hasil hutan. Hak pengelolaanadalah hak mengatur pola pemanfaatan internal dan mengubah sumberdaya dengan membuat perbaikan sumberdaya tersebut. Hak ini juga termasuk hak untuk memodifikasi dan merubahnya. Hak ini misalnya hak untuk membatasi jenis-jenis hasil hutan yang boleh dipanen, peralatanteknologi yang diizinkan untuk melakukan pemanenan, dan ukuran pohon atau hewan yang boleh dipanen. Pemegang hak pengelolaan mempunyai kewenangan menentukan cara, waktu, dan tempat dalam memanfaatkan sumberdaya. Hak ekslusiadalah hak menentukan pihak-pihak yang akan mempunyai hak pemanfaatan dan mekanisme hak-hak tersebut akan