33 Tugas pokok dan fungsi Balai TNS adalah melaksanakan pengelolaan
ekosistem kawasan taman nasional dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugas tersebut Balai TNS menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan TNS;
2. Pengawetan dan pemanfaatan secara lestari TNS; 3. Perlindungan, pengamanan, dan penanggulangan kebakaran TNS;
4. Promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; 5. Kerjasama pengelolaan TNS; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai TNS didukung oleh sumberdaya manusia dan anggaran yang terbatas seperti tersaji dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1Sumberdaya manusia dan anggaran Balai TNS tahun 2007-2012 No. Uraian
Tahun 2007
2008 2009
2010 2011
2012 1.
Sumberdaya manusia •
Polisi kehutanan orang
8 9
13 16
16 16
• Non Polisi kehutanan
orang 16
20 25
39 47
60 Jumlah
24 29
38 55
63 76
2. Anggaran
• Pagu Milyar Rp
4,07 5,60
4,90 8,40
7,50 10,60
• Realisasi
37,0 76,9
93,3 82,3
81,3 84,3
Sumber: BTNS 2007-2012
4.3 Karakteristik Sumberdaya TNS
Hutan TNS mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, diketemukan 166 spesies flora, 116 spesies burung, 35 spesies mamalia, dan 36 spesies ikan
BTNS 2007. Beberapa spesiesflora antara lain: ramin Gonystylus bancanus, jelutung Dyera costulata, belangeran Shorea belangeran, bintangur
Calophyllum sclerophyllum, meranti Shorea spp., nyatoh Palaquium spp., keruing Dipterocarpus spp, agathis Aghatis spp, gemor Alseodaphne spp,
dan menjalin Xanthophyllum spp..
Spesies-spesies flora tersebut merupakan spesies endemik dan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan beberapa spesies
mamalia yang terdapat di hutan TNS, yaitu: Orang utan Pongo pygmaeus, owa- owa Hylobathes mulleri, bekantan Nasalis larvatus, beruang madu Helarctos
malayanus, dan rusa
Cervus unicolor. Orangutan
Pongo pygmaeus merupakan satwa endemik dengan kelimpahan populasi sebanyak 6.200 ekor.
Beberapa jenis ikan diketemukan di TNS antara lain: gabus Channa striata, lele
34 Clarias sp., bapuyu Anabas testudineus, kakapar Belontiahesselti, dan
sambaling Betta sp..
Sumber: BTNS 2008c
Gambar 4.2 Sebaran lahan gambut berdasarkan kelas kedalamannya di
kawasan Taman Nasional Sebangau
TNSmerupakan ekosistem hutan rawa gambut BTNS 2007:5. Najiyati et al. 2005 menjelaskan bahwa hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem
lahan basah
28
yang dibentuk oleh adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam
kurun waktu yang lama. Akumulasi bahan organik ini terjadi karena lambatnya dekomposisi dibandingkan laju penimbunan bahan organik di lahan hutan yang
basah atau tergenang tersebut.Menurut WWF Indonesia–Sebangau 2004:6 TNS merupakan ekosistem hutan rawa gambut air tawar freshwater peatland forest
yaitu hutan rawa gambut yang kekuatan arus air pasang dari laut lebih besar atau sama dengan kekuatan arus sungai. Menurut Wahyunto et al. 2005:25 karena
kekuatan arus air pasang dari laut sedikit lebih besar daripada arus air sungai, lahan rawa ini masih dipengaruhi pasang surut harian, tetapi tidak lagi
28
Lahan basah wetlands menurut konvensi Ramsar 1971 didefinisikan : “areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or
flowing, fresh, brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide does not exceed six metres”