Analisis Aktor 5 Metode Analisis Data 5.1

33 Tugas pokok dan fungsi Balai TNS adalah melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan taman nasional dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai TNS menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan TNS; 2. Pengawetan dan pemanfaatan secara lestari TNS; 3. Perlindungan, pengamanan, dan penanggulangan kebakaran TNS; 4. Promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; 5. Kerjasama pengelolaan TNS; dan 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai TNS didukung oleh sumberdaya manusia dan anggaran yang terbatas seperti tersaji dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1Sumberdaya manusia dan anggaran Balai TNS tahun 2007-2012 No. Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Sumberdaya manusia • Polisi kehutanan orang 8 9 13 16 16 16 • Non Polisi kehutanan orang 16 20 25 39 47 60 Jumlah 24 29 38 55 63 76 2. Anggaran • Pagu Milyar Rp 4,07 5,60 4,90 8,40 7,50 10,60 • Realisasi 37,0 76,9 93,3 82,3 81,3 84,3 Sumber: BTNS 2007-2012

4.3 Karakteristik Sumberdaya TNS

Hutan TNS mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, diketemukan 166 spesies flora, 116 spesies burung, 35 spesies mamalia, dan 36 spesies ikan BTNS 2007. Beberapa spesiesflora antara lain: ramin Gonystylus bancanus, jelutung Dyera costulata, belangeran Shorea belangeran, bintangur Calophyllum sclerophyllum, meranti Shorea spp., nyatoh Palaquium spp., keruing Dipterocarpus spp, agathis Aghatis spp, gemor Alseodaphne spp, dan menjalin Xanthophyllum spp.. Spesies-spesies flora tersebut merupakan spesies endemik dan bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan beberapa spesies mamalia yang terdapat di hutan TNS, yaitu: Orang utan Pongo pygmaeus, owa- owa Hylobathes mulleri, bekantan Nasalis larvatus, beruang madu Helarctos malayanus, dan rusa Cervus unicolor. Orangutan Pongo pygmaeus merupakan satwa endemik dengan kelimpahan populasi sebanyak 6.200 ekor. Beberapa jenis ikan diketemukan di TNS antara lain: gabus Channa striata, lele 34 Clarias sp., bapuyu Anabas testudineus, kakapar Belontiahesselti, dan sambaling Betta sp.. Sumber: BTNS 2008c Gambar 4.2 Sebaran lahan gambut berdasarkan kelas kedalamannya di kawasan Taman Nasional Sebangau TNSmerupakan ekosistem hutan rawa gambut BTNS 2007:5. Najiyati et al. 2005 menjelaskan bahwa hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah 28 yang dibentuk oleh adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu yang lama. Akumulasi bahan organik ini terjadi karena lambatnya dekomposisi dibandingkan laju penimbunan bahan organik di lahan hutan yang basah atau tergenang tersebut.Menurut WWF Indonesia–Sebangau 2004:6 TNS merupakan ekosistem hutan rawa gambut air tawar freshwater peatland forest yaitu hutan rawa gambut yang kekuatan arus air pasang dari laut lebih besar atau sama dengan kekuatan arus sungai. Menurut Wahyunto et al. 2005:25 karena kekuatan arus air pasang dari laut sedikit lebih besar daripada arus air sungai, lahan rawa ini masih dipengaruhi pasang surut harian, tetapi tidak lagi 28 Lahan basah wetlands menurut konvensi Ramsar 1971 didefinisikan : “areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh, brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide does not exceed six metres”