Aturan Informal Karakteristik dan Kinerja Kelembagaan Formal

55 persidangan adat. Mereka juga membantu mengumpulkan keterangan- keterangan dan barang bukti atas suatu tindakan pelanggaran adat. Penyelesaian konflik dilakukan secara bertingkat.Konflik diselesaikan pada lembaga adat tingkat desa atau mantir terlebih dahulu.Mantir adalah pemimpin adat pada tingkat desa.Iaberperan sebagai pemangku adat desa yang melaksanakan tugas dan fungsi kedamangan. Mantir diangkat untuk membantu tugas damang dalam menegakkan hukum adat pada tingkat desa. Dalam melaksanakan tugasnya mantir harus mendapat petunjuk dari damang.Hakim perdamian pada lembaga adat tingkat desa terdiri dari kepala desa dan beberapa orang yang ditunjuk sebagai anggotalet adattingkat desa. Keputusan yang diambil dalam menyelesaikan konflik tidak boleh sewenang-wenang. Keputusan diambil secara musyawarah.Mantir melakukan mediasi untuk mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang berkonflik. Kedua belah pihak dipertemukan agar masalahnya tidak perlu di selesaikan melalui jalur formal. Apabila putusan lembaga adat desa tidak diterima oleh pihak yang berkonflik, maka proses penyelesaiannya diteruskan ke tingkat lebih tinggi yaitu kedamangan yang berkedudukan di kecamatan. Apabila putusan pada tingkat kedamangan tidak diterima oleh pihak yang berkonflik maka proses penyelesaian dilimpahkan kepada penegak hukum formalyakni kepolisian negara. 5.2.1.7 Pengakuan Untuk Mengelola Pengakuan untuk mengelola artinya hak dari pengguna atau pemanfaat sumberdaya untuk membuat kelembagaan tidak dilarang oleh pemerintah sebagai pemegang kewenangan Ostrom 1990.Lembaga adat kedamangan telah diakui oleh Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun KabupatenKota di Kalimantan Tengah.Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah.Berdasarkan pasal 10 ayat b Perda ini diatur bahwa hak dan wewenang damang kepala adat adalah mengelola hak-hak adat, dan atau harta kekayaan kedamangan untuk meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat. Hak adat adalah hak untuk hidup dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam lingkungan wilayah adat kedamangan. Harta kekayaan yang dikuasai oleh adat antara lain tanah hutan, semak belukar, rawa-rawa, tanah-tanah bekas peladangan yang telah ditinggalkan yang bukan milik kerabat, milik perorangan, perusahaan dan sebagainya.Namun, kelembagaan adat ini secara formal belum mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat sebagai pengelola TNS. 5.2.1.8 Aturan yang Berhubungan dengan Aturan yang Lebih Tinggi Kelembagaan adat Dayak menyelenggarakan tugas dan fungsi secara berjenjang.Pada tingkat nasional disebut “Majelis Adat Dayak Nasional” yang merupakan lembaga adat Dayak tertinggi.Selanjutnya pada tingkat provinsi disebut “Dewan Adat Dayak Provinsi”.Sedangkan pada tingkat kabupatenkota disebut “Dewan Adat Dayak KabupatenKota”. Sementara di bawah Dewan Adat Dayak KabupatenKota terdapat “Dewan Adat Dayak Kecamatan”, dan paling rendah adalah “Dewan Adat Dayak Desa” yang berada pada tingkat desa. Majelis dan Dewan Adat Dayak ini berfungsi sebagai lembaga koordinasi, sinkronisasi, komunikasi, pelayanan, pengkajian dan wadah menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dari berbagai tingkatan.