148
4.11.6 Permasalahan Pengelolaan Tambak di NAD
Ada beberapa masalah atau kendala dalam pengusahaan tambak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD ketika sebelum tsunami adalah
sebagai berikut: 1. Pembudidaya tambak dan sistem supply input-output sangat tidak
terorganisir. 2. Kurangnya perencanaan yang tepat dan pendekatan sistematis systematic
approach dalam pengelolaan tambak.
3. Penyakit-penyakit epidemi dan kehilangan hasil yang besar. 4. Kurangnya informasi ilmiah scientific information yang diterima para
pembudidaya tambak. 5. Tidak adanya pengawasan controlling yang memadai dalam pengadaan
input, khususnya bibit benur. 6. Masalah kualitas produk, yang mengandung residu bahan kimia sehingga
ditolak di pasar internasional. 7. Turunnya harga pasar produk dan rendahnya profit margin pembudidaya.
8. Ketergantungan yang terlalu besar dari para pembudidaya terhadap pedagang perantara untuk bantuan teknis, keuangan, pasokan input
kebutuhan lahan dan pemasaran. 9. Masalah-masalah lingkungan, pengrusakan mangrove di beberapa daerah.
10. Rantai pemasaran diantara para pembudidaya dan penyalur sangat tidak teroganisir dengan baik.
Sedangkan permasalahan pengelolaan tambak pasca tsunami adalah lebih ke permasalahan batas lahan, status dan kepemilikan lahan, kehilangan modal
usaha dan biaya operasional, dan rusaknya sistem produksi dan pemasaran. Masalah status lahan merupakan faktor utama yang memperlambat mengalirnya
bantuan rehabilitasi tambak baik oleh NGOs maupun pemerintah. Para NGOs dan donor tidak bersedia membangun atau merehabilitasi tambak yang tidak jelas
status kepemilikannya, apalagi jika tambak tersebut berada di atas tanah negara. Masalah status kepemilikan atas lahan ini telah mendapat perhatian pemerintah
BPN sejak tahun 2005, namun hingga kini masih belum tuntas.
149 Kegiatan membangun kembali atau memperbaiki tambak di Aceh oleh
NGOs dan pemerintah telah dilakukan mulai pertengahan tahun 2005. Namun, dalam proses rehabilitasi tersebut, di lapangan, banyak ditemukan kendala dan
masalah baik teknis maupun sosial. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam rehabilitasi lahan tambak di Aceh, berikut hal-hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu FAO 2005b: 1. Penilaian yang tepat terhadap kerusakan oleh tsunami dan masalah
sebelum tsunami pada level pembudidaya tambak. 2. Keikutsertaan stakeholder dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
rehabilitasi. 3. Memobilisasi para pembudidaya untuk merasa memiliki pekerjaan
rehabilitasi dan pengelolaan bersama. 4. Memberikan pendidikan dan motivasi para pembudidaya untuk
mengimplementasikan praktek pengelolaan tambak yang lebih baik. 5. Rehabilitasi hatchery dan nursery untuk penyediaan benihbibit berkualitas
yang bebas dari penyakit. 6. Menyediakan layanan berkelanjutan yang tepat dan mengembangkan rasa
saling percaya trust building diantara semua pemilik dan stakeholder. 7. Meningkatkan hasil panen dan pemeliharaan layanan pasca panen untuk
kualitas dan harga yang lebih baik. 8. Menghubungkan para pembudidaya dengan pasar untuk akses yang lebih
baik. 9. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi mangrove sebagai bagian pelengkap dari
rehabilitasi tambak untuk menciptakan lingkungan budidaya perikanan yang ramah lingkungan.
10. Menggunakan pedoman lingkungan dari Departemen Perikanan BudidayaFAONACA.
4.11.7. Strategi Rehabilitasi Tambak