Analisis Sensitivitas Analisis Perikanan Budidaya

144 akan lebih unggul dan menguntungkan dari pada tambak tradisional dan tradisional plus. Namun perlu diingat seperti telah disebutkan di atas, bahwa semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula modal working capital yang dibutuhkan dan semakin besar pula faktor resiko risk yang dihadapi. Oleh karena itu, pemilihan opsi teknologi yang akan diterapkan pada budidaya tambak di daerah studi akan sangat ditentukan oleh ketersediaan modal pembudidaya tambak dan tingkat keberaniannya dalam mengambil resiko. Faktor resiko dominan yang mengganggu keputusan pembudidaya tambak di daerah studi adalah penyakit virus udang. Disamping itu, faktor kerusakan pematang tambak karena hempasan gelombang dan pasang tinggi yang mengganggu kelangsungan pemeliharaan udang dan ikan di tambak. Faktor kedua tersebut biasanya terjadi pada lokasi tambak yang bersentuhan langsung dengan laut, dimana tekstur tanah cenderung berpasir.

4.11.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kriteria investasi apabila terjadi perubahan baik dari biaya maupun benefit. Analisis ini pada dasarnya hanya mensimulasi perubahan terhadap nilai NPV, NBCR, dan IRR jika terjadi perubahan baik input, harga, dan output. Dalam studi ini dilakukan beberapa skenario perubahan baik input, harga maupun output dan pengaruhnya terhadap kelayakan proyek, skenario tersebut adalah: Skenario-1 Jika harga input terutama benur meningkat dari Rp 20ekor menjadi Rp 100ekor dan harga pakan meningkat 20 . Meningkatnya harga input ini dapat disebabkan karena naiknya harga barang dengan berbagai alasan. Hasil perhitungannya seperti terlihat pada Tabel 38. 145 Tabel 38. Parameter finansial discount rate = 15 budidaya tambak jika harga benur Rp 100ekor dan harga pakan meningkat 20 skenario-1. Tingkat Kerusakan Rusak sedang Rusak ringan Teknologi Tambak Parameter Finansial Rusak berat Capital Intensive Labor intensive Capital Intensive Labor intensive NPV 13 918 722 3 921 350 3 514 616 3 389 371 838 014 IRR 0.7 9.1 23.4 23.1 19.8 Tradisional NBCR 0.51 0.79 1.32 1.31 1.16 NPV 9 900 713 19 898 085 27 334 050 27 266 336 32 968 833 IRR 23.5 40.3 72.1 71.6 158.7 Tradisional Plus NBCR 1.35 2.09 3.52 3.50 7.31 NPV 2 119 557 12 116 930 19 552 895 8 136 624 25 187 678 IRR 16.7 28.7 47.2 29.4 82.0 Semi Intensif NBCR 1.07 1.56 2.36 1.57 3.89 Sumber : Data Primer diolah, 2005 Hasil analisis dari skenario-1 menunjukkan bahwa pengelolaan budidaya tambak tradisional dengan tingkat kerusakan berat dan sedang yang direhabilitasi secara capital intensive, keduanya sudah tidak layak not feasible. Sedangkan yang lainnya masih layak, kendatipun nilai NPV, NBCR, dan IRR relatif kecil Tabel 38 dibandingkan dengan nilai awal Tabel 37. Skenario-2 Jika tingkat survival rate turun 20. Menurunnya tingkat survival rate atau kuantitas produksi udang ini dapat dikarenakan terserang penyakit virus, kualitas air dan benur yang kurang baik, dan lain-lain. Hasil perhitungannya seperti terlihat pada Tabel 39. 146 Tabel 39. Parameter finansial discount rate = 15 budidaya tambak jika tingkat survival rate turun 20 skenario-2. Tingkat Kerusakan Rusak sedang Rusak ringan Teknologi Tambak Parameter Finansial Rusak berat Capital Intensive Labor intensive Capital Intensive Labor intensive NPV 26 770 898 16 773 526 9 337 560 9 462 805 10 648 846 IRR -22.5 -19.5 -15.6 -16.2 -64.7 Tradisional NBCR 0.05 0.08 0.14 0.13 -1.04 NPV 17 906 226 7 908 854 472 888 540 602 5 161 894 IRR -4.6 2.4 13.8 13.6 42.4 Tradisional Plus NBCR 0.37 0.57 0.96 0.95 1.99 NPV 19 424 939 29 422 312 36 858 277 25 442 006 42 493 060 IRR 29.6 45.9 72.2 55.9 122.3 Semi Intensif NBCR 1.61 2.35 3.57 2.77 5.88 Sumber : Data Primer diolah, 2005 Hasil analisis dari skenario-2, menunjukkan bahwa pengelolaan budidaya tambak tradisional dan tradisional plus sudah tidak layak, kecuali tambak tradisional plus yang rusak ringan yang direhabilitasi secara labor intensive Tabel 39. Sedangkan budidaya tambak semi intensive masih cukup layak untuk dilaksanakan. Dibandingkan dengan hasil analisis awal Tabel 37, dengan menurunnya volume produksi telah menyebabkan menurunnya nilai NPV, NBCR, dan IRR, namun proyek tersebut masih tetap layak. Skenario-3 Jika harga jual udang menurun 20 yang disebabkan oleh berbagai alasan, misalnya permintaan pasar menurun seiring menurunnya income dan daya beli masyarakat, turunnya mutu udang, dan persaingan harga di pasar internasional. 147 Tabel 40. Parameter finansial discount rate = 15 budidaya tambak jika harga jual output turun 20 skenario-3. Tingkat Kerusakan Rusak sedang Rusak ringan Teknologi Tambak Parameter Finansial Rusak berat Capital Intensive Labor intensive Capital Intensive Labor intensive NPV 28 227 235 18 229 863 10 793 897 10 919 142 12 105 183 IRR -27.7 -25.6 -23.3 -23.9 -81.9 Tradisional NBCR 0.00 0.00 0.01 -0.01 -1.32 NPV 19 362 563 9 365 191 1 929 225 1 996 940 3 705 557 IRR -6.7 -0.3 10.0 9.8 35.2 Tradisional Plus NBCR 0.32 0.49 0.82 0.82 1.71 NPV 18 795 379 8 798 007 1 362 041 12 778 312 4 272 741 IRR -4.1 2.7 12.3 -8.7 28.6 Semi Intensif NBCR 0.41 0.60 0.90 0.11 1.49 Sumber : Data Primer diolah, 2005 Hasil analisis dari skenario-3, menunjukkan bahwa jika harga jual output udang dan bandeng turun 20, maka budidaya tambak baik yang tradisional, tradisional plus maupun semi intensif sudah tidak layak dilaksanakan, kecuali tambak tradisional dan tradisional plus yang direhabilitasi secara labor intensive Tabel 40. Namun jika harga jual output turun 10 saja, maka hanya tambak tradisional yang rusak berat dan rusak sedang capital intensive saja yang tidak layak dilaksanakan. Dari analisis rentabilitas di atas menggambarkan bahwa variabel harga jual output dan tingkat survival rate sangat elastis terhadap keuntungan dan kelayakan budidaya tambak udang di daerah studi. Artinya untuk menjaga kelangsungan budidaya tambak, maka kedua variabel tersebut harus menjadi perhatian semua stakeholder yang terlibat, baik pembudidaya tambak sendiri, investor, maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan policy maker. Fakta menunjukkan bahwa di era 95-an hampir semua pembudidaya, investor tambak di Aceh mengalami kerugian yang disebabkan matinya udang karena terserang virus. Sejak saat itu, produksi udang di Aceh mengalami penurunan. Untuk mengurangi resiko, sebagian para pembudidaya tambak kembali kepada teknologi tradisional dan bahwa beralih komoditas ke bandeng. 148

4.11.6 Permasalahan Pengelolaan Tambak di NAD