27 Untuk aplikasi bidang perikanan, laju degradasi Amman dan Durraipah
dimodifikasi sebagai berikut Anna 2003 :
δ α
δ
h h
h D
− =
2.11 dimana : D = persentase degradasi
=
δ
h Produksi sustainable
=
α
h Produksi aktual
Sementara koefisien degradasi dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini :
α δ
Φ
h h
D
e +
= 1
1 2.12
Untuk laju depresiasi pada dasarnya sama dengan laju degradasi, hanya menggunakan parameter-parameter ekonomi, sebagai berikut :
α δ
Π Π
Φ
e
D
+ =
1 1
2.13
Dimana : φ, = Laju depresiasi
δ
Π
= Rente sustainable
α
Π
= Rente aktual.
2.5. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen. Surplus Konsumen
Consumer’s Surplus
Surplus konsumen atau Dupuit’s consumers surplus, yang pertama kali diperkenalkan oleh Dupuit tahun 1952, adalah pengukuran kesejahteraan ditingkat
konsumen yang diukur berdasarkan selisih keinginan membayar dari seseorang dengan berapa yang sebenarnya ia bayar Fauzi 2000a. Dengan kata lain, surplus
konsumen diartikan sebagai perbedaan antara keinginan marjinal seorang konsumen untuk membayar marginal willingness to pay kepada barang dan atau
jasa yang akan dibelinya dengan harga yang berlaku di pasar. Jadi surplus konsumen merupakan ukuran tingkat kepuasan utility konsumen yang dapat
diperoleh dari barang dan jasa dalam bentuk uang. Secara grafik konsep surplus konsumen dapat dilihat pada Gambar 6.
28
0 Q Q CS = Consumers Surplus
Gambar 6. Kurva Permintaan dan Willingness to Pay
Pada Gambar 6. terlihat ada kurva permintaan D terhadap barang Q yang ditarik dari kiri atas ke kanan bawah dengan slope negatif. Kurva tersebut
menunjukkan keinginan konsumen untuk mengkonsumsi sejumlah barang pada setiap harga yang berbeda sepanjang sumbu P. Seluruh daerah di bawah kurva
permintaan tersebut menunjukkan keinginan membayar willingness to pay dari individu terhadap barang Q. Titik-titik sepanjang kurva permintaan D
menunjukkan keinginan membayar untuk setiap tambahan barang Q, atau disebut marginal
willingness to pay. Jika keseimbangan harga di pasar adalah pada P, maka konsumen akan
mengkonsumsi barang sebesar Q. Walaupun konsumen ingin membayar lebih dari P, namun yang sebenarnya ia bayar adalah sebesar P. Berarti ada
kelebihan keinginan membayar yang ditunjukkan oleh daerah yang di shading, yaitu sebesar PEA. Dalam ekonomi klasik daerah ini disebut dengan surplus
konsumen consumers surplus. Nilai surplus konsumen dapat berubah, misalnya karena perubahan harga
barang atau peningkatan pendapatan konsumen. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 7.
P P
A
E
D CS
29
P
a d
c e
0 Q
o
Q
1
Q
Gambar 7. Pengukuran surplus konsumen
Pada harga P
o
konsumen akan membeli barang sebesar Qo. Keinginan membayar WTP konsumen adalah sebesar a + b c, namun yang benar-benar
dibayar sebesar b + c, maka surplus konsumen dicerminkan luas segitiga a. Jika harga barang turun dari P
o
ke P1, maka konsumen akan membeli barang sebanyak Q1. Namun, konsumen tidak ingin membeli pada jumlah Q1,
akan tapi dia konsumen tetap membeli sejumlah unit yang sama seperti sebelumnya Qo. Maka konsumen akan membayar dengan jumlah bayaran yang
lebih kecil, karena harganya turun menjadi P1. Oleh karena itu konsumen menjadi lebih beruntung sebesar b, yang merupakan selisih antara sejumlah uang yang
dibayarkan untuk memperoleh barang Q
o
pada harga P
o
dan jumlah uang yang dibayarkan pada harga P1.
Jika konsumen menambah jumlah pembelian komoditas dari Qo menjadi Q1, maka dia sebenarnya hanya membayar tambahan sebanyak e, namun
memperoleh nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar d + e. Oleh karenanya dengan membeli lebih banyak dari Qo ke Q1 konsumen beruntung sebesar d. Jadi
perubahan dalam surplus konsumen terjadi merupakan akibat dari penurunan harga komoditas adalah b + d. Sedangkan total surplus konsumen dari pembelian
sebanyak Q1 pada harga P1 ditunjukkan oleh nilai sebesar a + b + d.
b Po
P
1
D
30 Dalam ekonomi sumber daya, konsep surplus konsumen dapat digunakan
untuk menghitung tingkat kehilangan akibat kerusakan ekosistem. Contoh praktisnya adalah sebagai berikut Fauzi 2000b :
Dimisalkan bahwa dalam kondisi lingkungan yang belum rusak, konsumen membayar harga ikan sebesar Rp 500 per kg, dengan keinginan
membayar maksimum maximum willingness to pay sebesar Rp 1000 per kg. Pada tingkat harga tersebut, konsumen mampu membeli sebanyak 10 kg per bulan
atau 120 kg per tahun. Meskipun konsumen mampu membayar Rp 1000 per kg, tapi yang sebenarnya ia bayar hanya Rp 500 per kg. Dengan demikian terjadi
surplus konsumen sebesar selisih antara keinginan membayar dengan yang sebenarnya dia bayar. Selisih tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. berikut yang
merupakan luas segitiga PoEoM atau 60 x 500 = Rp 30 000.
Dimisalkan sekarang bahwa, hutan mangrove sebagai tempat memijah ikan rusak sehingga ikanudang semakin susah ditangkap. Kondisi ini akan
menyebabkan kenaikan harga ikan karena supply yang berkurang. Katakanlah akibat kerusakan ini menyebabkan harga ikan naik menjadi Rp 750 per kg. Pada
tingkat harga ini, konsumen hanya mampu membeli sebanyak 100 kg per tahun. Dengan demikian surplus konsumen berkurang menjadi daerah P
1
E
1
M atau 50 x 250 = Rp 10 250. Sehingga kita bisa menghitung akibat perubahan kondisi
P
P = 500
M =1000
E
1
D E
P
1
=750
100 120
Q Gambar 8. Penurunan Surplus Konsumen
31 sumber daya ini mengakibatkan perubahan surplus konsumen sebesar Rp 30 000 –
Rp 10 250 = Rp 10.750 unit moneter.
Surplus Produsen Producer’s Surplus
Berbeda dengan pengukuran surplus konsumen, surplus produsen diukur dari sisi manfaat dan kehilangan dari sisi produsen atau pelaku ekonomi Fauzi
2000b. Surplus produsen adalah ukuran keuntungan yang diperoleh produsen karena mereka beroperasi pada suatu pasar komoditas Sugiarto et al. 2002.
Surplus produsen pada dasarnya adalah surplus yang diperoleh produsen yang merupakan selisih antara harga yang diterima oleh produsen dengan biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi output Anna 2003. Identik dengan surplus konsumen, besaran surplus produsen juga akan tergantung dari perubahan harga
dan biaya. Secara grafik surplus produsen dapat dijelaskan pada Gambar 9. Dari Gambar 9, dapat dijelaskan bahwa surplus produsen ditunjukkan oleh
area PEB, di atas garis supply dan di bawah garis harga. Oleh karena kurva supply menunjukkan biaya marginal dari tiap unit barang yang diproduksi, maka
area OBEQ adalah total biaya variabel. Area OPEQ adalah penerimaan kotor Sadoulet dan Janvry 1995.
Area PEA adalah surplus konsumen pada kondisi awal, sementara PEB merupakan daerah surplus produsen pada kondisi awal. Jika tidak ada kebijakan
menyangkut harga atau output, keseimbangan, terjadi pada P dan Q. Jika pemerintah kemudian melakukan kebijakan yang menyebabkan output bergeser
ke Q1 misalnya karena pajak, maka surplus konsumen dan produsen akan berubah. Perubahan kedua surplus tersebut menyebabkan redistribusi surplus
dari produsen dan konsumen ke pemerintah sebagai pemilik sumber daya mewakili publik. Dengan adanya redistribusi surplus tersebut, terbentuk rente
sumber daya sebesar CFGP
1
yang merupakan transfer dari kedua pihak tersebut.
32
Gambar 9. Producer’s Surplus PS dan Retribusinya Surplus
Dampak terhadap consumers welfare dicerminkan oleh perubahan dari consumers surplus
ΔCS dan dampak dari producer welfare diukur dengan perubahan producer surplus
ΔPS Sadoulet dan Janvry 1995. Analisa ini dapat dipisahkan antar kelompok produsen dan konsumen jika keduanya mempunyai
share awal yang berbeda terhadap produksi dan konsumsi total dan atau
mempunyai elastisitas harga yang berbeda terhadap supply dan demand. Sebagai contoh, konsumen miskin mempunyai elastisitas yang lebih tinggi terhadap
permintaan makanan karena untuk membeli makanan tersebut mereka mengeluarkan bagian pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan konsumen
kaya. Petani kecil mempunyai elastisitas yang rendah dalam merespon supply food crops dibanding petani besar.
2.6. Konsep Efisiensi Perikanan Tangkap