Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

11 tekanan yang serius dan membahayakan kelestariannya. Tekanan-tekanan ini dapat berupa eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya hayati, polusi dari aktivitas di darat dan laut serta degradasi fisik dari habitat pesisir. Melihat pentingnya wilayah pesisir untuk kehidupan manusia, maka eksistensinya harus dijaga dan dipelihara. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan ini harus mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan sustainable development.

2.2. Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

Istilah pembangunan berkelanjutan mulai dikenal setelah diterbitkan laporan mengenai pembangunan dan lingkungan serta sumber daya alam oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan - PBB UN World on Environment and Development - WCED yang diketuai oleh Harlem Brundtland Conrad 1999. Dalam laporan tersebut didefinisikan pembangunan berkelanjutan sustainable development adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Lebih jauh, dikatakan bahwa pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung semua kehidupan di muka bumi. Pada tahun 1992, dalam Konferensi Bumi di Rio de Janeiro, pembangunan berkelanjutan menjadi tema umum yang mengaitkan sejumlah konvensi yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Konvensi ini dihadiri oleh lebih dari 140 negara sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan dapat diterima di seluruh dunia. Menurut Perman et al. 1996, setidaknya ada tiga alasan mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama, menyangkut alasan moral. Generasi kini yang menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan memiliki kewajiban moral untuk menyisakan layanan sumber daya tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban tersebut mencakup 12 tidak mengekstraksi sumber daya alam yang merusak lingkungan sehingga menghilangkan kesempatan bagi generasi yang akan datang untuk menikmatinya. Kedua, menyangkut alasan ekologi. Keanekaragaman hayati, misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi sehingga aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada yang mengancam fungsi ekologi tersebut. Ketiga, adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih menjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan. Disisi lain, dimensi ekonomi keberlanjutan sendiri cukup komplek, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada kesejahteraan antar generasi inter generation welfare maximization Selanjutnya Perman et al. 1996, mencoba mengelaborasi konseptual keberlanjutan dengan mengajukan lima alternatif pengertian, yaitu : 1. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan sustainable jika utilitas yang diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun sepanjang waktu non declining consumption. 2. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang. 3. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam natural capital stok tidak berkurang sepanjang waktu non declining. 4. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber daya alam. 5. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dan daya tahan resilience ekosistem terpenuhi. Senada dengan pemahaman di atas, Daly 1990, diacu dalam Fauzi 2004 menambahkan beberapa aspek mengenai definisi pembangunan berkelanjutan, antara lain: 1. Untuk sumber daya alam yang terbarukan renewable resources: Laju pemanenan paling tinggi harus sama dengan laju regenerasi produksi lestari. 2. Untuk masalah lingkungan: Laju pembuangan limbah harus setara dengan kapasitas assimilasi lingkungan. 13 3. Sumber daya energi yang tidak terbarukan non renewable resources harus dieksploitasi secara quasi sustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan energi substitusi. Haris 2000, diacu dalam Fauzi 2004 melihat konsep keberlanjutan dapat dirinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu: 1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinyu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri. 2. keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. 3. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. Arti berkelanjutan secara ekstrim dapat dikatakan sebagai keseimbangan statis, dimana dalam keseimbangan tersebut tidak terdapat perubahan, meskipun tentu saja terdapat perubahan dalam lokasi dari waktu ke waktu Boulding 1991 dan Pezzey 1992. Berkelanjutan dapat pula berarti keseimbangan yang dinamis Clark 1989 yang memiliki dua arti. Pertama, keseimbangan sistem yang mengalami perubahan, dimana parameter perubahan dalam keseimbangan tersebut bersifat konstan. Kedua, keseimbangan suatu sistem yang setiap parameternya mengalami perubahan, sehingga setiap perubahan, misalnya, dalam populasi akan memicu restorasi nilai populasi awal tersebut. Ekonomi seringkali didefinisikan sebagai ilmu pengalokasian sumber daya di antara pihak-pihak yang berkepentingan Clark 1989. Tujuan ekonomis dari alokasi sumber daya alam adalah efisiensi, yaitu mendapatkan hasil yang tertinggi dari pemanfaatan dan ekstraksi sumber daya tersebut. Sumber daya diasumsikan tidak terbatas karena kemajuan teknologi dan preferensi individual dipandang sebagai “given” dan merupakan faktor dominan. Dengan demikian, 14 dalam kerangka ekonomi, pembangunan berkelanjutan merupakan suatu kerangka yang statis dan mengacu pada konsep keseimbangan steady state sebagai perangkat optimisasi Daly 1991. Lebih jauh, steady state mengacu pada karakteristik sistem sumber daya alam dimana laju produksiekstraksi dibatasi pada aliran komponen sistem dan sediaan sumber daya alam tidak berubah sepanjang waktu Burt and Cummings 1977. Optimisasi statis kemudian dikembangkan untuk menggambarkan trade-off yang tercakup dalam alokasi sumber daya, antara konsumsi pemanfaatan dan sediaan stock. Karakteristik dari sumber daya alam adalah dinamis, demikian pula halnya dengan implikasi sosial dari pemanfaatan sumber daya. Dengan demikian, ekstraksi optimal dari sumber daya alam secara inherent adalah dinamis. Pada kenyataannya, efisiensi tidak dapat menjadi ukuran suatu pembangunan yang berkelanjutan. Dalam ukuran ekonomi, pembangunan berkelanjutan bermakna sediaan total dari sumber daya digunakan dalam sistem ekonomi menentukan kesempatan ekonomi yang luas, yang juga berarti jaminan kesejahteraan bagi generasi kini dan yang akan datang. Seringkali, efisiensi ekonomi dan sustainability dianggap memiliki obyektif yang sama, yaitu menyinambungkan pembangunan dengan memastikan bahwa generasi yang akan datang memiliki kesempatan ekonomi yang sama. Sehingga efisiensi ekonomi inter temporal merupakan isu utama pembangunan berkelanjutan. Meskipun suatu pembangunan dapat bersifat efisien secara ekonomi dan berkelanjutan pada saat yang sama, efisiensi tidak menjamin sustainability. Dengan demikian, bila kegiatan pembangunan ekonomi bertujuan berkelanjutan dan efisien, alokasi optimal dari sumber daya ekonomi dan lingkungan harus memenuhi kriteria yang bertujuan untuk mencapai kedua objektif ini. Pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan mengharuskan adanya keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan pelestarian lingkungan, sebagaimana dijelaskan oleh Djajadiningrat 1997, diacu dalam Efrizal 2005 bahwa apabila semua kegiatan ekonomi dihentikan dengan harapan melindungi lingkungan, maka tindakan ini dapat menimbulkan proses degradasi lingkungan, terutama dalam kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Sebaliknya, kerusakan lingkungan juga terjadi apabila pertumbuhan ekonomi 15 berjalan dengan cepat, tanpa mengindahkan pelestarian sumber daya alam dan pengendalian pencemaran. Untuk menyelaraskan hal tersebut, maka tujuan kebijakan pengelolaan ekonomi harus difokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan cara menyeimbangkan antara kebijakan pertumbuhan mutu lingkungan dan pertumbuhan ekonomi. Howart dan Norgard 1990, diacu dalam Fauzi 2004 memperlihatkan konsep keberlanjutan ini dengan mengembangkan kerangka Overlapping Generation Model OLG. Dengan memasukkan aspek antar generasi, tampak bahwa pemenuhan konsumsi sepanjang waktu akan sangat diperbaharui oleh distribusi kesejahteraan antar generasi. Secara matematis, formula OLG dapat ditulis sebagai berikut : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − α ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = π + + + 1 1 1 1 1 1 t t t t t t h x ch p h x ch p max 2.1 dengan kendala : t t t t h x F x x − + = +1 2.2 Dimana Fx t adalah fungsi pertumbuhan sumber daya alam, dan 11+ ∂ adalah discount factor sebagai konsekuensi perbandingan manfaat antar generasi. Dengan mensubstitusi persamaan 2.2 kedalam persamaan 2.1, maka diperoleh persamaan manfaat ekonomi generasi sekarang yang telah mempertimbangkan konsumsi dan ketersediaan stok untuk generasi mendatang dalam bentuk: ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ α ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = π t t t t t t h x F x c p h x ch p max 4 1 1 2 1 2.3 Jika diasumsikan bahwa variabel sumber daya alam bersifat given eksogen, maka persamaan 2.3 dapat dipecahkan untuk menentukan tingkat panen generasi kini yang tidak akan mengurangi tingkat panen generasi mendatang. Dengan menurunkan persamaan 2.3 terhadap h t akan diperoleh solusi optimal dari h t sebesar: [ ] ∂ + α − ∂ + = 1 8 1 4 c x p c p h t t 2.4 16 Solusi optimal di atas menggambarkan tingkat panen yang harus dilakukan oleh generasi t yang didasarkan pada harapan untuk mewariskan panen yang positif pada generasi mendatang. Dengan mengetahui fungsi Fx yang eksplisit, kita dapat menentukan solusi biomas yang optimal untuk generasi kini yang kemudian, dengan teknik substitusi, akan kita ketahui nilai panen yang optimal generasi mendatang. Aspek keberlanjutan dapat juga diukur dengan pendekatan depresiasi. Konsep ini telah pernah dilakukan oleh Fauzi dan Anna 2002 yang mengukur keberlanjutan sumber daya perikanan.

2.3. Teori Optimasi Sumber daya Perikanan