Opsi Teknologi Analisis Perikanan Budidaya

141

4.11.4. Opsi Teknologi

Walaupun budidaya tambak telah cukup lama dilakukan oleh masyarakat Aceh, namun tingkat teknologi yang digunakan masih belum berkembang secara signifikan. Dengan kata lain, dari dahulu hingga kini pengelolaan budidaya tambak udang di Aceh umumnya masih bersifat tradisional dan tradisional plus, jarang sekali ada tambak udang yang sudah diterapkan teknologi intensif atau semi intensif. Akibatnya, produktivitas lahan tambak dan keuntungan usaha di sektor tambak relatif rendah. Padahal, luasan kepemilikan tambak di daerah ini cukup luas, yaitu berkisar antara 0.25 ha – 20 ha. Hasil survey menunjukkan bahwa luas kepemilikan tambak yang tinggi belum menjamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan atau penghasilan rumah tangga pembudidaya tambak. Kenyataan ini sangat berbeda dengan penghasilan yang didapat oleh pembudidaya tambak di luar negeri, seperti Thailand, Cina, Jepang, dan Malaysia dimana pada pembudidaya sudah menerapkan teknologi intensif. Penyebab utama rendahnya produktivitas lahan, returns to land dan penghasilan pembudidaya tambak adalah terkait dengan penguasaan dan penerapan teknologi budidaya. Oleh karena itu, kajian teknologi pada budidaya tambak dalam laporan ini disajikan dengan maksud memberikan informasi kepada pembudidaya, investor, dan pemerintah sebagai policy maker dalam rangka rehabilitasi tambak di Aceh, karena pemilihan opsi teknologi yang tepat sesuai dengan kemampuan yang ada diharapkan akan memberikan optimal output baik kepada pengelola maupun masyarakat pesisir secara keseluruhan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat teknologi yang digunakan pada budidaya tambak akan berpengaruh secara linier terhadap output yang dihasilkan. Analisis opsi teknologi pada budidaya tambak dalam laporan ini dilakukan dengan pendekatan analisis finansial atau sering juga disebut dengan pendekatan kriteria investasi investment criteria. Analisis ini diperlukan karena usaha pembesaran udang merupakan usaha yang memerlukan modal yang besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha yang dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan atau tidak. 142 Analisis finansial ini dilakukan pada 3 tiga opsi teknologi, yaitu teknologi tradisional, tradisional plus, dan semi intensif pada kondisi tambak dengan berbagai tingkat kerusakan, yaitu rusak berat, sedang, dan ringan. Untuk tambak yang rusak berat hanya dapat diperbaiki hanya dengan menggunakan mesin back hoe capital intensive, sedangkan yang rusak sedang dan ringan dibedakan tambak yang diperbaiki dengan mesin back hoe capital intensive atau dengan tenaga manusia labor intensive. Tabel 37 berikut ini menunjukkan nilai NPV, NBCR, dan IRR pada berbagai teknologi dengan berbagai tingkat kerusakan dan cara rehabilitasi. Tabel 37. Parameter finansial budidaya tambak pada discount rate = 15. Tingkat Kerusakan Rusak sedang Rusak ringan Teknologi Tambak Parameter Finansial Rusak berat Capital Intensive Labor intensive Capital Intensive Labor intensive NPV 3 011 198 13 008 570 20 444 536 20 319 291 19 133 250 IRR 17.7 32.0 58.7 58.5 103.7 Tradisional NBCR 1.11 1.71 2.88 2.87 4.66 NPV 32 428 429 42 425 801 49 861 767 49 794 053 55 496 549 IRR 41.0 65.9 114.4 113.6 244.6 Tradisional Plus NBCR 2.15 3.32 5.59 5.56 11.63 NPV 62 739 594 72 736 966 80 172 932 68 756 660 85 807 714 IRR 58.0 86.0 132.2 116.5 219.9 Semi Intensif NBCR 2.97 4.34 6.59 5.79 10.86 Sumber : Data Primer diolah, 2005 Pada tingkat discount rate 15, untuk semua jenis teknologi tambak pada berbagai tingkat kerusakan nilai NPV 0, NBCR 1 dan IRR interest rate yang berlaku, maka usaha tambak udang di daerah studi layak dilaksanakan dikembangkan. Artinya budidaya tambak di daerah ini cukup menguntungkan ditinjau dari aspek finansial. Perhitungan parameter-parameter ekonomi di atas tanpa memasukkan nilai lahan tambak, baik nilai sewa atau nilai beli. Oleh karena itu, perhitungan ini lebih kepada pengembangan tambak yang sudah ada kondisi existing dan bukan merupakan pembukaan atau pembuatan tambak baru, karena berdasarkan kondisi daerah studi sudah tidak direkomendasikan untuk membuka tambak baru. Malahan di beberapa lokasi studi perlu ada pengurangan lahan tambak, karena di lahan tersebut merupakan peruntukan untuk hutan lindung 143 mangrove atau lahan pantai yang terlalu dekat dengan batas air pasang yang seharusnya tidak boleh dan secara teknis tidak layak untuk dijadikan tambak. Tabel 37 juga menunjukkan bahwa tingkat teknologi berkorelasi positif dengan kebutuhan working capital dan nilai parameter ekonomi NPV, IRR, NBCR dan return to labor. Artinya, semakin tinggi tingkat teknologi maka nilai parameter ekonomi di atas akan semakin besar pula. Beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa dari 3 alat ukur analisis kelayakan finansial yang sering digunakan yaitu NPV, NBCR, dan IRR, maka yang paling realistis adalah nilai NPV, karena nilai ini secara langsung menggambarkan nilai nominal dari proyek. dalam juta rupiah 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Severely damage Medium damage_cap intensive Medium damage_lab intensive Minor damage_cap intensive Minor damage_lab intensive Tradisional Tradisional Plus Semi Intensif Gambar 47. Nilai NPV budidaya tambak pada berbagai tingkat penggunaan teknologi dan tingkat kerusakan tambak di daerah studi. Gambar 47 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai NPV yang sangat signifikan antar tambak dengan satu teknologi dan teknologi lainnya. Nilai NPV tambak semi intensif hampir 2 kali nilai NPV tambak tradisional plus dan lebih dari 4 kali nilai NPV tambak tradisional. Demikian juga nilai NPV tambak tradisional plus lebih dari 2 kali nilai NPV tambak tradisional. Pola yang sama akan terjadi pada variabel IRR dan NBCR, dimana nilai IRR dan NBCR pada tambak semi intensif akan lebih besar dari kedua nilai dari tambak tradisional dan tradisional plus. Artinya, secara financial tambak dengan teknologi semi intensif 144 akan lebih unggul dan menguntungkan dari pada tambak tradisional dan tradisional plus. Namun perlu diingat seperti telah disebutkan di atas, bahwa semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula modal working capital yang dibutuhkan dan semakin besar pula faktor resiko risk yang dihadapi. Oleh karena itu, pemilihan opsi teknologi yang akan diterapkan pada budidaya tambak di daerah studi akan sangat ditentukan oleh ketersediaan modal pembudidaya tambak dan tingkat keberaniannya dalam mengambil resiko. Faktor resiko dominan yang mengganggu keputusan pembudidaya tambak di daerah studi adalah penyakit virus udang. Disamping itu, faktor kerusakan pematang tambak karena hempasan gelombang dan pasang tinggi yang mengganggu kelangsungan pemeliharaan udang dan ikan di tambak. Faktor kedua tersebut biasanya terjadi pada lokasi tambak yang bersentuhan langsung dengan laut, dimana tekstur tanah cenderung berpasir.

4.11.5. Analisis Sensitivitas