5
yang sama dalam mendidik anak, tidak pula setiap orang tua memiliki kesamaan dalam mengambil keputusan dan sikap karena setiap orang
memiliki kepribadian serta karakteristik yang berbeda pada setiap individu terutama dalam pengasuhan anak. Pada kehidupan sehari-hari beberapa
orang tua mengharapkan bahkan menginginkan anaknya mengikuti jejaknya, ada pula beberapa orang tua yang membebaskan dan tidak
sedikit pula orang tua yang bersikap masa bodoh. Menurut M. Shochib 1998: 14 mengemukakan bahwa pola asuh adalah pola pertemuan antara
orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya.
Kesibukan orang tua keluarga pemulung menjadi faktor orang tua terkesan kurang perhatian pada anak-anaknya. Pada keluarga yang kedua
orang tuanya bekerja mencari nafkah dari pagi hingga sore hari, hal ini menyebabkan anak kekurangan perhatian dari ke dua orang tuanya serta
kurangnya waktu anak bersama kedua orang tua, dimana anak ingin bercerita tentang kesehariaanya di sekolah, tentang pelajarannya, tentang
semua hal yang dia lakukan seharian itu. Sesuai dengan observasi awal orang tua pada keluarga pemulung, para orang tua menyadari pola asuh
yang baik untuk anaknya akan berdampak baik pada anaknya, namun orang tua pada keluarga pemulung ini tidak mengetahui bagaimana pola
asuh yang baik untuk anaknya, menggunakan pola asuh yang seperti apa dan bagimana, karena faktor kurangnya pendidikan orang tua juga
mempengaruhinya.
6
Orang tua yang menyadari hal itu maka setiap pernyataannya baik itu tingkah laku maupun perkataannya yang berkaitan dengan perintah dan
bimbingan yang diajarkan kepada anaknya, akan selalu menjadi contoh yang baik. Sebaliknya orang tua yang dalam kehidupan sehari-harinya
tidak mencerminkan moral yang baik maka akan mempengaruhi moral pada perkembangan anak. Orang tua kebanyakan beranggapan apabila
mereka telah menyekolahkan anak-anaknya maka tugas orang tua dalam pendidikan anak dan membentuk moral dianggap sudah selesai.
Desa Winong merupakan salah satu desa yang jauh dari akses Kota Kabupaten, akses menuju ke Desa Winong melewati jalan yang sempit
dengan sisi kanan-kiri terdapat hamparan persawahan dan sungai irigasi, jalan desa yang sempit dan sedikit rusak sehingga harus berhati-hati saat
melewatinya. Di tengah perjalanan menuju Desa Winong terdapat sebuah TPA Tempat Pembuangan Akhir dipingir jalan sehingga membuat
perjalanan semakin terganggu dengan bau sampah yang menyengat. Volume sampah yang banyak dengan keadaan TPA yang tidak terlalu
besar membuat penanganan sampah kurang baik serta kantor staff TPA yang minim fasilitas, gedung pemerintahan desa juga masih sangat kurang
baik dibandingkan kantor pemerintahan desa yang ada di Kecamatan Bawang.
Desa Winong merupakan salah satu desa dimana terdapat warga yang bermata pencaharian sebagi pemulung karena adanya TPA di
lingkungan tempat tinggal meraka, memang tidak semua warga yang
7
tercatat sebagai pemulung menjadikan pekerjaan memulung ini menjadi pekerjaan utama banyak dari mereka menjadi pemulung dan menjadi
buruh tani, terdapat 185 warga yang menjadi pemulung pasif dan 40 yang menjadi pemulung aktif, dari semua warga desa winong yang terbagi dari
3 Dusun, yaitu Dusun Krucil, Dusun Gunungsari dan Dusun Kaliurang. Beberapa pemulung mempunyai tingkat pendidikan yang rendah,
putus sekolah, dan ada yang sama sekali tidak mengenal bangku sekolah, sehingga pengetahuan mereka tentang pola asuh untuk anak-anaknya
sangatlah terbatas apalagi dengan kesibukan para orang tua yang harus setiap hari mencari nafkah dengan memulung, terbatasnya waktu serta
pengetahuan untuk mengajari anak-anaknya melalui pendidikan dalam keluarga sangatlah terbatas.
Untuk itu penulis mengajukan penelitian dengan judul
“Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Nilai d
an Moral Anak” Studi kasus
pada keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah yang timbul antara lain sebagai berikut:
1. Menurunnya nilai dan moral remaja pada era globalisasi ini dibuktikan
pada kasus-kasus kenakalan yang di lakukan kalangan remaja saat ini, 2.
Rendahnya pendapatan pada keluarga pemulung
8
3. Kawasan penduduk yang dekat dengan TPA Tempat Pembuangan
Akhir. 4.
Rendahnya tingkat pendidikan pada keluarga pemulung. 5.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena kesibukan ke dua orang tua.
C. Pembatasan Masalah
Tidak semua masalah di atas akan di teliti tetapi di batasi pada pola asuh orang tua dalam penanaman nilai dan moral anak Studi pada
keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi : 1.
Bagaimana pola asuh orang tua dalam penanaman nilai dan moral pada anak komunitas keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan
Bawang, Kabupaten Banjarnegara ? 2.
Faktor penghambat dan pendorong dalam pola asuh orang tua dalam penanaman nilai dan moral pada anak komunitas keluarga pemulung di
Desa Winong Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan pola asuh orang tua dalam penanaman nilai dan moral pada anak komunitas keluarga pemulung di Desa Winong,
Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
9
2. Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendorong orang tua dalam
menanamkan nilai dan moral pada anak komunitas keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat teoritis
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 Bab 1, pasal 1, butir 14 tentang Pendidikan Anak Usia Dini berbunyi jalur pendidik usia dini
non formal melalui KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan usia dini jalur pendidikan informal melalui
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Berdasarkan UU di atas diharapkan penelitian ini berguna bagi pengembangan teori, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
wahana dan masukan baru bagi perkembangan dan konsep pendidikan, terutama pada bagaimana pola asuh orang tua dalam penanaman nilai
dan moral pada anak dalam pendidikan informal yaitu pendidikan dalam keluarga.
2. Manfaat Praktis
Hasil manfaat penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai pola asuh orang tua dalam
penanaman nilai dan moral pada anak. Selain itu diharapkan dapat
10
membantu masyarakat khususnya para orang tua keluarga pemulung dalam menanamkan nilai dan moral pada anaknya dengan baik dan
benar. 3.
Bagi penulis
Bagi peneliti, sebagai wacana untuk memperoleh pengetahuan tentang pola asuh anak dan dapat dijadikan sebagai pengalaman serta
mengembangkan keilmuan, khususnya mengenai pola asuh orang tua dalam penanaman nilai dan moral pada anak keluarga pemulung.
G. Penegasan Istilah
Dalam penelitian ini, penulis berusaha memberikan gambaran tentang judul yang disajikan oleh penulis, yakni mengenai pola asuh orang
tua dalam menanamkan nilai dan moral pada anak keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Secara
terperinci penulis memberikan definisi dari sejumlah pokok pembahasan yang dirasa dapat mewakili untuk memahami dari apa yang penulis
sajikan, diantaranya: 1.
Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Menurut M. Shochib 1998: 14 mengemukakan bahwa pola
asuh adalah pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik dengan maksud bahwa orang tua
mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya.
11
2. Penanaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1998:
690 menjelaskan bahwa penanaman berasal dari kata “tanam” yang artinya menaruh, menaburkan, memasukan atau memelihara perasaan,
cinta kasih. Sedangkan penanaman itu sendiri berarti proses atau caranya, perbuatan, menanam kan.
3. Nilai dan moral merupakan nilai-nilai susila dan nilai-nilai yang
terkandung dalam nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Anak adalah manusia yang akan tumbuh menjadi remaja dan
dewasa. Dengan demikian anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan untuk menjadi remaja dan dewasa sehingga membutuhkan
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan yang diperlukan untuk menjadi dewasa Hurlock, 1997: 9, yang dimaksud anak dalam penelitian ini yaitu
anak dalam masa Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP serta Sekolah Menengah Atas SMA . Sesuai dengan undang-undang
nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak. Menyebutkan tentang pengertian anak yang berbunyi :
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Pada usia anak yang dimaksudkan dalam undang-undang di atas yaitu di bawah 18 tahun merupakan transisi atau peralihan menuju ke
masa remaja dan dewasa sehingga penanaman nilai-nilai dan moral sangat diperlukan supaya pada masa remaja anak sudah mampu membedakan
peraturan-peraturan yang boleh dilakukan dan perbuatan baik yang