Pengertian Nilai dan Moral

41 Hurlock Sujiono, 2005: 2, moral adalah kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang juga dipengaruhi dari luar individu. Hal ini merupakan perpindahan dari luar kekuasaan dirinya menuju kedalam dirinya dan konsisten serta tetap dalam dirinya. Sedangkan menurut Rober 2005: 104, moral adalah bersumber dari adanya tata nilai yakni a value is on obyect estate or affair wich is desired suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang diinginkan. Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai- nilai value yang dinginkan itu. Yusuf Syamsu 2000: 132, mengemukakan pengertian moralitas moral merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai atau prinsip-prinsip moral, seperti seruan untuk berbuat baik memelihara hak orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, dilarang berzina, membunuh dan meminum-minuman keras, seorang dapat dikatakan bermoral apabila dirinya bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosial atau kelompok masyarakat. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral sebagai bentuk istilah yang digunakan untuk memberi tahu batasan atas tindakan seseorang dalam aktivitasnya dengan nilai baik dan buruk, benar atau salah yang diterima dan diterapkan dalam perbuatan atau sikap dalam kehidupan sehari-hari. 42

2. Penanaman Nilai-nilai Moral

Tentang Menanamkan nilai-nilai moral pada anak adalah salah satu tugas pokok yang harus dijalankan oleh para orang tua pada anaknya. Menanamkan nilai-nilai moral sangat ini sangat penting karena merupakan pondasi bagi kepribadian anak. Perlu dipahami bahwa anak terlahir dibekali neuron sel syaraf dalam otaknya Gutama,dkk., 2005: 3 oleh sebab itu, pada masa ini ia sangat memerlukan rangsangan pendidikan. Neuron-neuron yang tidak mendapat rangsangan pendidikan akan musnah lewat proses alamiah, dan proses ini berlangsung terus hingga remaja. Sangat disayangkan bila masa ini terlewatkan begitu saja. Menurut Piaget perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap pertama adalah ”tahap realisme moral” atau ”moralitas oleh pembatasan” dan tahap kedua ”tahap moralitas otonomi” atau “moralitas kerjasama atau hubungan timbal balik”. Hurlock, 1998:79. Menurut Mardiya 2009:37, Menanamkan nilai- nilai moral pada anak dapat dilakukan melalui tiga cara : 1. Kegiatan Latihan. Penanaman nilai-nilai moral dan agama harus dimulai sejak bayi dalam kandungan, yang didalamnya terkandung unsur latihan. Sang ibu disarankan banyak berbuat kebajikan dan makan- makanan yang halal. Hal ini semata-mata bukan untuk sang ibu 43 saja, namun juga berguna bagi sang bayi. Sama halnya, pada saat bayi lahir diperdengarkan suara adzan di telinga sebelah kanan dan iqomah di telinga sebelah kiri. Ini bertujuan untuk mengenalkan kalimat tauhid ke-Esaan Tuhan pada anak. Masa anak adalah masa reseptif, di mana nilai- nilai yang diajarkan oleh orangtua direkan pada memorinya. Pada saat ini otak berkembang begitu pesat, sehingga tepat sekali untuk mengajarkan apa saja kepada anak terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan agama. 2. Kegiatan Aktivitas Bermain. Penanaman nilai-nilai moral dan agama dapat dilakukan melalui aktivitas bermain anak. Pada saat bermain pendidikorangtua dapat memberikan motivasi pada anak untuk saling memaafkan. Sekedar contoh, pada saat anak-anak saling berebut dan bertengkar, maka orangtua harus memotivasi anak agar mau saling memaafkan. Dalam 21 aktivitas bermain anak belajar mematuhi aturan yang berlaku dalam permainan serta belajar menerima hukuman jika seseorang bermain tidak mengikuti aturan. 3. Kegiatan Pembelajaran. Penanaman nilai-nilai moral dan agama ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan non formal maupun formal. Non formal artinya dilaksanakan di dalam lingkungan masyarakat, 44 sedangkan formal artinya dilakukan di lingkungan sekolah. Di dalam keluarga penanaman nilai-nilai moral dan agama umumnya terintegrasi dengan kegiatan di keluarga dengan interaksi antara orang tua dengan anak. Setidaknya ada dua kiat yang dapat dilakukan oleh orangtua agar penanaman nilai moral pada anak dapat berjalan efektif, yaitu dengan pembiasaan dan keteladanan. Melalui pembiasaan anak akan menjadi terbiasa untuk berbuat sesuatu tanpa terpaksa. Bila anak dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik. Sebaliknya jika anak dibiasakan dengan keburukan serta terlantarkan niscaya ia akan menjadi orang yang berperilaku buruk dan cenderung merusak.

3. Pendidikan Moral pada Anak

Menurut Nurul 2007: 22, pendidikan moral adalah suatu program pendidikan sekolah dan luar sekolah yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral yang disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologi untuk tujuan pendidikan. Untuk menciptakan dan mengarahkan seseorang menjadi lebih bermoral maka diperlukanlah pendidikan moral, dengan pendidikan moral dimaksudkan agar manusia belajar menjadi manusia yang bermoral. Pendidikan moral adalah suatu program pendidikan sekolah dan luar sekolah yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan 45 memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Nurul, 2007:22. Pendidikan moral juga dapat diartikan sebagai suatu konsep kebaikan konsep yang bermoral yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik generasi muda dan masyarakat untuk membentuk budi pekerti luhur, berakhlak mulia dan berperilaku terpuji seperti terdapat dalam pancasila dan UUD 1945. Hamid, 2007: 56- 57. Menurut Suwarno 2006: 54, pendidikan moral dipengaruhi oleh 3 tiga aliran pendidikan yaitu: a. Aliran Nativisme yaitu aliran yang berpandanngan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir b. Aliran Empirisme, teorinya dikenal dengan tabulasi rasa meja lilin, yang menyebutkan bahwa anak dilahirkan ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Jadi lingkunganlah yang paling berpengaruh pada perkembangan anak. c. Aliran Konvergensi berpandangan bahwa anak lahir ke dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak ditentukan oleh lingkungan, jadi faktor yang menentukan perkembangan anak adalah lingkungan sekitar anak berada. Menurut Zakiah 1976: 19, pendidikan moral terbagi atas 3 macam spesifikasi sebagai berikut : 46 a. Pendidikan Moral dalam Rumah Tangga Dalam sebuah keluarga kerukunan anatara ayah dan ibu menjadi contoh untuk anak dibawah umur 6 tahun, itu merupakan salah atu pendidikan moral dari keluarga yang dilaksanakan sejak masih kecil, membiasakn mereka dengan sikap-sikpa baik, adil, jujur, saling menghargai, menghormati. Orang tua harus tahu cara mendidik sesuai dengan umur yang dilalui oleh anak-anaknya. b. Pendidikan Moral di Sekolah Sekolah merupakan lingkungan sosial bagi anak-anaknya untuk pertumbuhan mental, sosial dengan baik dan segala aspek kepribadian dapat berjalan. Untuk itu sekolah dan lembaga pendidikan harus dibersihkan dari tenaga-tenaga yang kurang baik moralnya. c. Pendidikan Moral dalam Masyarakat Lingkungan masyarakat menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan moral seseorang, didalam masyarakat yang moralnya sudah rusak harus segara diperbaiki dari diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat sebab kerusukan moral ini sangat berpengaruh pada pembinan moral anak yang menjadi generasi penerus bangsa.