60
menyimpang. Akan tetapi bila dilihat dari segi kemaslahatan antara pencari nafkah yang halal dan mengurus serta mendidik anak-
anaknya supaya menjadi generasi yang lebih hebat. Maka dalam penelitian ini disarankan untuk para istri
bekerjalah dirumah dan bekerja apa adanya karena anak dan suami sangatlah membutuhkan sosok seorang ibuistri. Hal ini terbukti
dengan kepergiannya banyak keluarga yang berantakan seperti terjadinya perceraian, suami selingkuh. Sedangkan dampak yang
ditimbulkan kepada anak, anak menjadi putus sekolah, sebagian susah diatur dan merenggangnya hubungan ibu dan anak.
Pola pengasuhan anak di Desa Legokjaya yang merujuk pada fungsi keluarga dapat disimpulkan bahwa umumnya orang tua
sudah menjalankan fungsinya sebagai orang tua. Hal ini terlihat orang tua memberikan perlindungan, pemeliharaan, pendidikan,
sosialisasi yang baik pada anak-anaknya. Pergeseran fungsi keluarga TKW membuktikan bahwa tidak semua fungsi keluarga
dapat digantikan perannya. Seperti fungsi afeksi, cinta kasih yang diberikan keluarga kepada anak tidak berarti sang anak sudah tidak
membutuhkan kasih sayang ibu karena sesungguhnya kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah dapat tergantikan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu, empat peneliti tersebut dinilai relevan dengan penelitian
61
ini, karena sama-sama mengkaji tentang pendidikan keluarga khususnya pola asuh orang tua dalam membentuk kepribadian
anak, tetapi yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah dipaparkan di atas penelitian ini lebih
ditekankan pada penanaman nilai dan moral pada anak, sebagaimana diketahui pendidikan tidak hanya didapatkan dari
pendidikan formal saja namun mencangkup pendidikan nonformal dan pendidikan informal atau pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga mempunyai peranan cukup besar dalam menanmkan kepribadian anak, dengan aktifitas kedua orang
tua bekerja dirasa pendidikan keluarga kurang dari masalah ini muncul berbagai sikap anak yang jauh dari nilai moral yang ada
dimasyarakat karena kurang pengawasan dari orang tua. Penelitian ini akan diadakan di Desa Winong, Kecamatan Bawang,
Kabupaten Banjarnegara. Dari keluarga dengan mata pencaharian sebagai pemulung merupakan sasaran dari penelitian ini, dimana
anak di Desa Winong tersebut kurang mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya yang bekerja setiap hari.
62
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori dan beberapa definisi yang ada, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir Analisis dari gambar kerangka berfikir di atas adalah bahwa anak
sebagai titipan dari Tuhan yang Maha Esa kepada manusia yang penuh Anugerah dan wajib kita syukuri dalam keadaan fisik dan psikologis
sangat tergantung pada lingkungan sekitar yaitu keluarga terutama orang tuanya. Dalam menanamkan nilai dan moral yang baik pada anak harus
disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan dan situasi kondisi dalam keluarga tersebut sehingga berkesinambungan dan sesuai dengan
apa yang ada di masyarakat. Pola asuh diartikan sebagai bentuk interaksi antara anak dan orang
tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua
ORANG TUA
Pola Asuh PEMBENTUKAN
NILAI DAN MORAL PADA ANAK
Penanaman Nilai dan Moral
- Pola Asuh Otoriter - Pola Asuh Demokratis
- Pola Asuh Permisif
63
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan setempat dan masyarakat Harris Clemes, 20: 1996. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan Wibri Juniadi 2012,
pola asuh yang dilakukan oleh orang tua dalam penerapannya tepat maka akan mempengaruhi kemampuannya dalam bersosialiasasi, dikarenakan
anak hidup di lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang dan perhatian, serta saling mengahargai sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Interaksi orang tua dan anak dalam mengasuh dan memberikan stimulasi kepada anak mempengaruhi perkembangan
anak. Didukung oleh survey yang dilakukan Base Line surveI yang
dilakukan oleh BKKBN LDFE UI 2000, di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 2,1 700-800 ribu dilakukan oleh
remaja. Data yang sama disampaikan Komisi Nasional Perlindungan anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar,
sebanyak 62,7 remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 remaja mengaku pernah aborsi. Kompas.com, 140312.
Dari uraian di atas disebutkan dengan jelas bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak, penanaman
nilai, moral pada anak diupayakan mampu menjadi pedoman dasar dalam membentuk kepribadian seorang anak sesuai dengan nilai-nilai dan norma
64
yang ada dalam masyarakat agar anak dapat diterima dengan baik dalam lingkungan masyarakat, untuk bekal masa depannya hingga dewasa, anak
akan tumbuh menjadi dewasa dan terlepas dari bimbingan orang tua, sejak dini bila telah ditanamkan nilai dan moral yang sesuai akan membentuk
kepribadian yang sesuai dengan nilai dan moral yang ada di lingkungan masyarakatnya.
F. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini masih mengacu pada rumusan masalah tentang bagaimana pola asuh orang tua
dalam menanamkan nilai moral pada anak serta apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam orang tua menanmkan nilai dan moral
pada anak. Pola asuh Baumind Maulifah, 2008: 42 mengemukakan bahwa pola asuh pada prinsipnya parental control yaitu bagaimana orang
tua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melakukan
tugas-tugas perkembangannya
menuju pada
proses pendewasaan. Menurut Nuryoto Puji Lestari, 2008: 53-54 pola asuh
dibagi menjadi 3 tiga yaitu pola asuh otoriter dimana anak harus tunduk dan patuh terhadap setiap kehendak orang tua yang akan menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam dan tertutup. Pola asuh demokratis dimana orang tua lebih bijak, orang tua mau
mendengrakan pendapat anaknya lalu dilakukan musyawarah tentang apa yang diinginkan anak, menghasilkan karakteristik anak yang mampu
65
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya. Pola asuh permisif dimana orang tua memberikan kebebasan secara mutlak
kepada anak dalam bertindak tanpa arahan, dan akan menghasilkan karakteristik anak yang agresif, tidak patuh,manja dan kurang mandiri.
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
3. Bagaimanakah pola asuh orangtua dalam menanamkan nilai dan moral
pada anak keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Orang tua menggunkan pola asuh otoriter,
demokratis atau permisif dalam menanamkan nilai dan moral pada anak, seperti yang dijabarkan diatas tentang 3 macam pola asuh yaitu :
a. Pola asuh otoriter pola asuh orang tua yang keras dalam arti semua
kehendak orang tua harus dilakukan oleh anak sehinnga menghasilkan anak dengan karakteristik penakut, pendiam dan
tertutup. b.
Pola asuh demokratis pola asuh ini sikap orang tua lebih bijak, orang tua dapat menerima pendapat anak dengan bijkasana. Pola
asuh ini menghasilkan karakteristik anak yang mampu bergaul dengan teman-temannya dengan baik dan dapat mengontrol dirinya
dengan baik pula. c.
Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasn kepada anak tanpa ada arahan dan mengawasan yang
66
baik. Pola suh seperti ini dapat menghasilkan karakteristik anak yang agresif, manja dan kurang mandiri.
4. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendorong keluarga
pemulung dalam menanamkan nilai dan moral pada anak keluarga pemulung di Desa Winong, Kecamatan Bawang, Kabupaten
Banjarnegara.