28
f. Tahap Audit
Menurut Alvin A. Arens, Elder, dan Beasly 2006 proses audit meliputi 4 tahap, antara lain :
1 Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor dalam merencanakan dan merancang pendekatan audit harus memperhatikan dua aspek penting. Pertama, memperoleh
pemahaman tentang proses dan strategi bisnis klien serta menilai risiko.  Hal  ini  sangat  penting  agar  dapat  menilai  risiko
misstatement  dalam  laporan  keuangan  secara  memadai  dan menafsirkan  informasi  yang  diperoleh  selama  audit.  Kedua
memahami pengendalian
internal dan
menilai risiko
pengendalian. 2
Melakukan uji kendali dan uji substantif atas transaksi Uji kendali merupakan pengujian atas efektivitas pengendalian
untuk  menyesuaikan  pengurangan  tingkat  risiko  pengendalian yang direncanakan semula. Uji substantif merupakan pengujian
atas pencatatan transaksi dengan melakukan verifikasi atas nilai moneter  transaksi  tersebut.  Tahap  audit  ini  bertujuan  untuk
memperoleh bukti atas pengendalian spesifik yang mendukung penilaian  resiko  pengendalian  dan  pelaksanaan  audit  atas
pengendalian  internal  pada  pelaporan  keuangan  klien,  serta memperoleh bukti atas ketepatan nilai moneter suatu transaksi.
29
3 Melakukan prosedur analitis dan uji rincian saldo
Prosedur analitis
merupakan evaluasi
menggunakan perbandingan-perbandingan  serta  berbagai  hubungan  untuk
menilai apakah saldo akun-akun dan data-data lainnya disajikan secara wajar. Uji rincian saldo merupakan prosedur audit yang
bertujuan menguji apakah terdapat misstatement pada nilai-nilai moneter akun-akun dalam laporan keuangan.
4 Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit
Tahap  terakhir  yang  harus  dilakukan  auditor  adalah mengumpulkan  seluruh  informasi  yang  telah  diperoleh  untuk
mencapai  kesimpulan  menyeluruh  mengenai  apakah  laporan keuangan  telah  disajikan  secara  wajar  sesuai  dengan  kriteria
yang ditetapkan.
g. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Salah  satu  badan  yang  memiliki  fungsi  untuk  menyusun  dan mengembangkan  standar  profesi  dan  kode  etik  profesi  akuntan
publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional yaitu  Institut Akuntan Publik  Indonesia IAPI.  Kode Etik  Profesi
Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi akuntan publik, yaitu:
1. Prinsip integritas
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional  dan  hubungan  bisnis  dalam  melaksanakan
pekerjaannya.
30
2. Prinsip objektivitas
Setiap praktisi  tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan,  atau  pengaruh  yang  tidak  layak  dari  pihak-pihak
lain mempengaruhi
pertimbangan profesional
atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip  kompetensi  serta  sikap  kecermatan  dan  kehati-hatian
profesional Setiap  praktisi  wajib  memelihara  pengetahuan  dan  keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan,  sehingga  klien  atau  pemberi  kerja  dapat
menerima  jasa  profesional  yang  diberikan  secara  kompeten berdasarkan  perkembangan  terkini  dalam  praktik,  perundang-
undangan,  dan  metode  pelaksanaan  pekerjaan.  Setiap  praktisi harus  bertindak  secara  profesional  dan  sesuai  dengan  standar
profesi  dan kode etik profesi  yang berlaku dalam  memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap  praktisi  wajib  menjaga  kerahasiaan  informasi  yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan
bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada  pihak  ketiga  tanpa  persetujuan  dari  klien  atau  pemberi
kerja,  kecuali  jika  terdapat  kewajiban  untuk  mengungkapkan sesuai  dengan  ketentuan  hukum  atau  peraturan  lainnya  yang
berlaku.  Informasi  rahasia  yang  diperoleh  dari  hubungan
31
profesional  dan  hubungan  bisnis  tidak  boleh  digunakan  oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap  praktisi  wajib  mematuhi  hukum  dan  peraturan  yang berlaku  dan  harus  menghindari  semua  tindakan  yang  dapat
merendahkan profesi.
3. Independensi