77
a. Responden 1
Selain ibu, lingkungan memberikan edukasi mengenai nilai-nilai sosial, seperti pernyataan responden berikut ini :
Nilai moralnya yang diajarin lebih mengampuni orang. Kalau apa.. berbagi pun juga diajarin. Nilai-nilai kasih. Apa lagi ya?
Nilai-nilai sosial yang kayak eee.. memiliki banyak teman. Memiliki banyak teman. Memiliki banyak teman maksudnya
diajarkan untuk berhubungan baik dengan orang lain. Jadi memiliki banyak teman kan baik. Ya.. eee.. nilai-nilai untuk.. apa
ya? Itu dulu aja sih. Agak bingung. Kalau nilai-nilai itu kamu pelajarin dari mana?Belajar dari keluarga.Ya dari kakak, kakek,
nenek, ibu, tante, om, sepupu. Fr1: 789-807
Lingkungan seperti teman dan laki-laki dewasa juga turut memberikan responden edukasi mengenai peran-peran seorang laki-
laki. Berikut ini pernyataan responden yang mendukung hal tersebut : Ya melihat orang lain. Banyak orang yang kadang-kadang
merasa gengsilah kalau ada orang yang membutuhkan, tidak dibantu. Dan aku ketemu orang-orang yang siap membantu,
maksudnya siap menolong. Ee.. bersikap lemah lembut sama orang lain, maksudnya nggak kasar. Tapi kadang, juga nggak
jarang maksudnya sering lihat orang-orang yang kasar. Yang di tempat tinggal aku yang dulu, yang di.. sebelum pindah ke Jalan
Magelang itu, orang lain kasar-kasar ada. Yang apa.. pengertian ada. Ya aku cuma mencontoh apa yang baik aja. Maksudnya yang
tidak baik itu tidak aku contoh atau aku buang. Orang lain tadi tuh seperti siapa? Ya.. seperti teman, ya seperti orang dewasa
yang aku liat di jalan, atau liat orang lain besar secara umum. Fr2: 896-920
b. Responden 2
Responden mendapatkan dukungan sosial berupa empati dari temannya karena ketidakhadiran ayah yang dialami. Demikian
pernyataan responden :
78
Tadi kan temenmu nanya orang tuamu, lalalala. Terus kamu jawab. Gitu. Terus mereka responnya gimana ketika tahu.. Ya
apa ya.. Ya prihatin gitu. Hee. Mereka misalnya bilang gimana? O gitu. Maaf ya. Gitu. Rd2: 129-137
Responden juga mendapatkan perhatian dari keluarga besar atas ketidakhadiran ayah. Berikut pernyataan responden :
Yang Rd inget sih dari Pakdhe Togar. Kebetulan kemarin pas nganterin Eyang ke sini, terus Rd sakit. Ya pokoknya waktu itu
terus Rd sakit. Terus Pakdhe Togar apa.. Nyuapin teh gitu. Tersenyum. Gimana rasanya waktu itu? Ya senenglah. Rd2:
302-323
c. Responden 3
Responden mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya, yakni teman-teman sekolah saat SMP. Dukungan sosial tersebut
berupa penguatan melalui pendekatan rohani atas ketidakhadiran ayahnya. Berikut ini pernyataan responden terkait hal tersebut :
Heeh. Heeh. Karena memang ada istilahnya ya kumpul setiap hari Senin, Rabu, itu kumpul. Jadi kumpul, cerita-cerita, sharing-
sharing. Waaa.. itu jadi kekuatan untuk saya gitu lho. Dan di situ ditekan, kamu tuh itu kan masalah orang tuamu, toh kamu
sekarang masih sehat, masih segala sesuatunya orang tuamu masih bisa mencukupi. Dan ketika itu kan saya juga merasa
bahwa saya diberi penguatan sama temen saya. Rn1: 730-744
Selain itu, responden juga mendapatkan pengakuan atau sanjungan dari teman-temannya karena responden pandai dan
menjabat posisi yang penting di organisasi sekolah seperti OSIS. Demikian pernyataan responden :
temen-temen SMP saya itu kan, ya.. ya ya ya ya yang namanya istilahnya jadi wakil ketua OSIS itu kan dibangga-banggakan.
Waaa... jadi wakil ketua OSIS, pinter, dan segala macemnya.
79
Rn1: 745-750 Akan tetapi, responden juga memiliki lingkungan yang tidak
terlalu mendukung. Salah satunya adalah lingkungan keluarga besar yang memiliki riwayat broken home sehingga responden cemas untuk
membangun relasi dengan lawan jenis. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan responden berikut :
Kalau dari tetangga bilang itu hukum karma. Hukum karma karena simbah saya dulu itu mengkhianati simbah saya yang
perempuan. Jadi karmanya kena ke anak-anaknya. Katanya. Katanya sih karma. Tapi katanya orang lain juga dosa warisan.
Aku takut e kalau dosa warisan itu menakutkan. Saya nggak tahu apa-apa masa diwarisin dosa. Masa harus nanggung. Saya
kan juga nggak mau kalau besok saya berkeluarga akhirnya ya seperti itu kan nggak mau.Rn3: 1311-1327
Lingkungan lain seperti tetangga juga menjadi salah satu lingkungan yang tidak mendukung responden. Hal ini ditunjukkan
oleh hinaan yang diberikan tetangga responden seperti berikut : Ya… singkat cerita gini. Kan eee.. tetangga itu ngejek segala
macem. Ini jujur-jujuran aja ya. Dulu saya waktu SMP itu tepuruk, sangat terpuruk. Saya masak itu pake kayu. Waktu itu
tetangga pada ngejek. Wooo.. salahe dadi wong mlarat. Dia bilang gitu. Nah terus yang membuat kata-kata itu, dia ngatain
ibu saya, salahe ra nduwe bojo. Waktu itu saya bilang, itu tetangga depan rumah saya. Tak onekke. Maaf ya ini kata-
katanya kasar. Kowe nek nduwe cangkemRn3: 694-709
Penilaian buruk yang diberikan lingkungan terhadap respoden justru mendorong responden untuk bersikap positif, seperti pernyataan
berikut : He’eh. Karena lingkungan yang buruk tuh pasti mengatakan
begini. Pasti lingkungan yang buruk itu men-judge saya sebagai anak yang seperti itu. Jadi katakanlah, katakanlah orang punya
80
ayah preman. Wah itu anak preman. Nah saya juga gitu. Wah itu anake orang nggak bertanggung jawab. Nah justru itu. Dari
kata-kata mereka itu saya justru tahu. Oh gitu pandangan mereka terhadap ayah saya. Berarti kan saya harus bisa
melakukan sebisa mungkin ee.. kebalikannya dari yang mereka katakan. Jadi gitu. Ya itu dari lingkungan yang buruk
sebetulnya.Rn3: 347-365
Berikut ini tabel peran lingkungan terhadap ketidakhadiran ayah
Tabel 4.10 Peran Lingkungan terhadap Ketidakhadiran Ayah Responden 1
Responden 2 Responden 3
1. Keluarga besar
memberikan edukasi mengenai
nilai dan moral Fr1: 789-807, 825-
829
2. Teman memberi
edukasi mengenai nilai dan norma
sehingga responden senang Fr2: 659-
666
3. Teman memperluas
wawasan umum responden sehingga
responden senang Fr2: 689-695
4. Laki-laki dewasa
memberikan contoh peran seorang laki-
laki dewasa Fr2: 900-920
5. Perempuan dewasa
memberikan contoh peran perempuan
Fr2: 975-981 1.
Lingkungan sebagai sumber
informasi mengenai peran laki-laki.
Rd1:969-977
2. Teman berempati
terhadap ketidakhadiran
ayah responden sehingga responden
senang Rd2: 127- 137, 142-148, 149-
158, 348-362
3. Keluarga besar
memberikan perhatian kepada
responden sehingga responden senang
Rd1: 198-221, Rd2: 300-323
1. Teman-teman
memberikan dukungan dengan
pendekatan rohani Rn1: 714-744
2. Teman-teman
memberikan pengakuan positif
atas prestasi responden Rn1:
745-764
3. Teman memberikan
pengakuan positif terhadap ibu Rn1:
1056-1075
4. Laki-laki dewasa
berbagi nilai hidup dan pengalaman
yang kemudian diteladani
responden Rn3: 70- 83, 991-1004, 1022-
1025, 1027-1037
5. Lingkungan
memberikan pandangan
mengenai laki-laki Rn3: 900-911
6. Tetangga memberi
hinaan karena keterbatasan
81
ekonomi keluarga sehingga responden
melindungi keluarga Rn2: 657-673, 694-
750, 784-832
7. Penilaian buruk dari
lingkungan mendorong
responden menunjukkan sikap
positif Rn2: 475- 494; Rn3: 341-365
8. Latar belakang
keluarga besar yang broken home
membuat cemas responden menjalin
relasi dengan lawan jenis Rn3: 1265-
1327.
Keterangan cara membaca: inisial responden_wawancara ke- … : nomor
barisan verbatim