Responden 3 Deskripsi Laki-Laki dan Perempuan bagi Responden

77

a. Responden 1

Selain ibu, lingkungan memberikan edukasi mengenai nilai-nilai sosial, seperti pernyataan responden berikut ini : Nilai moralnya yang diajarin lebih mengampuni orang. Kalau apa.. berbagi pun juga diajarin. Nilai-nilai kasih. Apa lagi ya? Nilai-nilai sosial yang kayak eee.. memiliki banyak teman. Memiliki banyak teman. Memiliki banyak teman maksudnya diajarkan untuk berhubungan baik dengan orang lain. Jadi memiliki banyak teman kan baik. Ya.. eee.. nilai-nilai untuk.. apa ya? Itu dulu aja sih. Agak bingung. Kalau nilai-nilai itu kamu pelajarin dari mana?Belajar dari keluarga.Ya dari kakak, kakek, nenek, ibu, tante, om, sepupu. Fr1: 789-807 Lingkungan seperti teman dan laki-laki dewasa juga turut memberikan responden edukasi mengenai peran-peran seorang laki- laki. Berikut ini pernyataan responden yang mendukung hal tersebut : Ya melihat orang lain. Banyak orang yang kadang-kadang merasa gengsilah kalau ada orang yang membutuhkan, tidak dibantu. Dan aku ketemu orang-orang yang siap membantu, maksudnya siap menolong. Ee.. bersikap lemah lembut sama orang lain, maksudnya nggak kasar. Tapi kadang, juga nggak jarang maksudnya sering lihat orang-orang yang kasar. Yang di tempat tinggal aku yang dulu, yang di.. sebelum pindah ke Jalan Magelang itu, orang lain kasar-kasar ada. Yang apa.. pengertian ada. Ya aku cuma mencontoh apa yang baik aja. Maksudnya yang tidak baik itu tidak aku contoh atau aku buang. Orang lain tadi tuh seperti siapa? Ya.. seperti teman, ya seperti orang dewasa yang aku liat di jalan, atau liat orang lain besar secara umum. Fr2: 896-920

b. Responden 2

Responden mendapatkan dukungan sosial berupa empati dari temannya karena ketidakhadiran ayah yang dialami. Demikian pernyataan responden : 78 Tadi kan temenmu nanya orang tuamu, lalalala. Terus kamu jawab. Gitu. Terus mereka responnya gimana ketika tahu.. Ya apa ya.. Ya prihatin gitu. Hee. Mereka misalnya bilang gimana? O gitu. Maaf ya. Gitu. Rd2: 129-137 Responden juga mendapatkan perhatian dari keluarga besar atas ketidakhadiran ayah. Berikut pernyataan responden : Yang Rd inget sih dari Pakdhe Togar. Kebetulan kemarin pas nganterin Eyang ke sini, terus Rd sakit. Ya pokoknya waktu itu terus Rd sakit. Terus Pakdhe Togar apa.. Nyuapin teh gitu. Tersenyum. Gimana rasanya waktu itu? Ya senenglah. Rd2: 302-323

c. Responden 3

Responden mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya, yakni teman-teman sekolah saat SMP. Dukungan sosial tersebut berupa penguatan melalui pendekatan rohani atas ketidakhadiran ayahnya. Berikut ini pernyataan responden terkait hal tersebut : Heeh. Heeh. Karena memang ada istilahnya ya kumpul setiap hari Senin, Rabu, itu kumpul. Jadi kumpul, cerita-cerita, sharing- sharing. Waaa.. itu jadi kekuatan untuk saya gitu lho. Dan di situ ditekan, kamu tuh itu kan masalah orang tuamu, toh kamu sekarang masih sehat, masih segala sesuatunya orang tuamu masih bisa mencukupi. Dan ketika itu kan saya juga merasa bahwa saya diberi penguatan sama temen saya. Rn1: 730-744 Selain itu, responden juga mendapatkan pengakuan atau sanjungan dari teman-temannya karena responden pandai dan menjabat posisi yang penting di organisasi sekolah seperti OSIS. Demikian pernyataan responden : temen-temen SMP saya itu kan, ya.. ya ya ya ya yang namanya istilahnya jadi wakil ketua OSIS itu kan dibangga-banggakan. Waaa... jadi wakil ketua OSIS, pinter, dan segala macemnya. 79 Rn1: 745-750 Akan tetapi, responden juga memiliki lingkungan yang tidak terlalu mendukung. Salah satunya adalah lingkungan keluarga besar yang memiliki riwayat broken home sehingga responden cemas untuk membangun relasi dengan lawan jenis. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan responden berikut : Kalau dari tetangga bilang itu hukum karma. Hukum karma karena simbah saya dulu itu mengkhianati simbah saya yang perempuan. Jadi karmanya kena ke anak-anaknya. Katanya. Katanya sih karma. Tapi katanya orang lain juga dosa warisan. Aku takut e kalau dosa warisan itu menakutkan. Saya nggak tahu apa-apa masa diwarisin dosa. Masa harus nanggung. Saya kan juga nggak mau kalau besok saya berkeluarga akhirnya ya seperti itu kan nggak mau.Rn3: 1311-1327 Lingkungan lain seperti tetangga juga menjadi salah satu lingkungan yang tidak mendukung responden. Hal ini ditunjukkan oleh hinaan yang diberikan tetangga responden seperti berikut : Ya… singkat cerita gini. Kan eee.. tetangga itu ngejek segala macem. Ini jujur-jujuran aja ya. Dulu saya waktu SMP itu tepuruk, sangat terpuruk. Saya masak itu pake kayu. Waktu itu tetangga pada ngejek. Wooo.. salahe dadi wong mlarat. Dia bilang gitu. Nah terus yang membuat kata-kata itu, dia ngatain ibu saya, salahe ra nduwe bojo. Waktu itu saya bilang, itu tetangga depan rumah saya. Tak onekke. Maaf ya ini kata- katanya kasar. Kowe nek nduwe cangkemRn3: 694-709 Penilaian buruk yang diberikan lingkungan terhadap respoden justru mendorong responden untuk bersikap positif, seperti pernyataan berikut : He’eh. Karena lingkungan yang buruk tuh pasti mengatakan begini. Pasti lingkungan yang buruk itu men-judge saya sebagai anak yang seperti itu. Jadi katakanlah, katakanlah orang punya 80 ayah preman. Wah itu anak preman. Nah saya juga gitu. Wah itu anake orang nggak bertanggung jawab. Nah justru itu. Dari kata-kata mereka itu saya justru tahu. Oh gitu pandangan mereka terhadap ayah saya. Berarti kan saya harus bisa melakukan sebisa mungkin ee.. kebalikannya dari yang mereka katakan. Jadi gitu. Ya itu dari lingkungan yang buruk sebetulnya.Rn3: 347-365 Berikut ini tabel peran lingkungan terhadap ketidakhadiran ayah Tabel 4.10 Peran Lingkungan terhadap Ketidakhadiran Ayah Responden 1 Responden 2 Responden 3 1. Keluarga besar memberikan edukasi mengenai nilai dan moral Fr1: 789-807, 825- 829 2. Teman memberi edukasi mengenai nilai dan norma sehingga responden senang Fr2: 659- 666 3. Teman memperluas wawasan umum responden sehingga responden senang Fr2: 689-695 4. Laki-laki dewasa memberikan contoh peran seorang laki- laki dewasa Fr2: 900-920 5. Perempuan dewasa memberikan contoh peran perempuan Fr2: 975-981 1. Lingkungan sebagai sumber informasi mengenai peran laki-laki. Rd1:969-977 2. Teman berempati terhadap ketidakhadiran ayah responden sehingga responden senang Rd2: 127- 137, 142-148, 149- 158, 348-362 3. Keluarga besar memberikan perhatian kepada responden sehingga responden senang Rd1: 198-221, Rd2: 300-323 1. Teman-teman memberikan dukungan dengan pendekatan rohani Rn1: 714-744 2. Teman-teman memberikan pengakuan positif atas prestasi responden Rn1: 745-764 3. Teman memberikan pengakuan positif terhadap ibu Rn1: 1056-1075 4. Laki-laki dewasa berbagi nilai hidup dan pengalaman yang kemudian diteladani responden Rn3: 70- 83, 991-1004, 1022- 1025, 1027-1037 5. Lingkungan memberikan pandangan mengenai laki-laki Rn3: 900-911 6. Tetangga memberi hinaan karena keterbatasan 81 ekonomi keluarga sehingga responden melindungi keluarga Rn2: 657-673, 694- 750, 784-832 7. Penilaian buruk dari lingkungan mendorong responden menunjukkan sikap positif Rn2: 475- 494; Rn3: 341-365 8. Latar belakang keluarga besar yang broken home membuat cemas responden menjalin relasi dengan lawan jenis Rn3: 1265- 1327. Keterangan cara membaca: inisial responden_wawancara ke- … : nomor barisan verbatim