Definisi Ketidakhadiran Ayah Ketidakhadiran Ayah

17 lama seorang anak mengalami ketidakhadiran ayah, semakin besar pula dampak negatif yang mungkin dihasilkan. Meskipun demikian, beberapa penemuan mengungkapkan bahwa faktor tersebut dan menunjukkan sedikit variasi dan insignifikansi. Hal ini dapat terjadi karena sampel keluarga yang digunakan sebagai subjek penelitian sulit digeneralisasikan dengan populasi. Hal lain yang mempengaruhi munculnya dampak-dampak ketidakhadiran ayah adalah penyebab fenomena ketidakhadiran ayah, yakni perceraian, perpisahan, atau meninggalnya ayah. Menurut Sigle- Rushton dan McLanahan 2002 ketidakhadiran ayah yang disebabkan oleh perceraian atau perpisahan memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada ketidakhadiran ayah yang disebabkan oleh meninggalnya ayah. Hal ini terjadi karena perginya ayah secara voluntir dari keluarga membuat anak merasa ditelantarkan Rogers dan Pryors, 1998 dalam Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002. Lang dan Zagorsky 2001 dalam Sigle-Rushton dan McLanahan 2002 mengungkapkan bahwa anak yang mengalami ketidakhadiran ayah akibat perceraian atau meninggalnya ayah akan mengalami dampak negatif yang sama pada kemampuan kognitif, pendidikan di sekolah, maupun penghasilan selama waktu berpisah dengan ayah dikontrol. Hal yang berbeda dari keduanya hanyalah keinginan untuk menikah dimana anak yang ayahnya meninggal kurang tertarik untuk menikah. 18 Selain itu, Sigle-Rushton dan Mclanahan 2002 juga mengungkapkan bahwa dampak-dampak ketidaan ayah di atas juga dipengaruhi oleh faktor kurangnya sosialisasi. Ketika seorang anak dibesarkan dengan orang tua yang utuh, anak dapat mempelajari kemampuan interpersonal seperti komunikasi, kerja sama, dan penyelesaian masalah. Akan tetapi, anak yang dibesarkan tanpa kehadiran ayah tidak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dari kedua orang tuanya. Di sisi lain, Santrock 2003 mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi remaja dalam menyikapi ketidakhadiran ayah, seperti berikut ini : a. Usia dan perubahan perkembangan Pada masa kanak-kanak, anak memiliki keterbatasan kognisi dan sosial sehingga mereka memiliki sedikit ingatan mengenai ketakutan atau konflik orang tua mereka saat remaja. Meskipun demikian, beberapa anak terus menunjukkan kemarahan karena tidak dapat tumbuh dalam keluarga utuh yang tidak bercerai. b. Konflik Remaja yang keluarganya bercerai namun memiliki konflik yang rendah dapat berfungsi lebih baik daripada remaja dalam keluarga bercerai yang memiliki konflik tinggi Black Pedro-Carrol, 1993; Rutter, 1983; Wallerstein, 1989 dalam Santrock, 2003. 19 c. Jenis kelamin anak dan sifat dasar perwalian Pada beberapa penelitian, anak yang tinggal dengan orang tua berjenis kelamin sama ditemui memiliki kecakapan sosial dan harga diri yang lebih baik, lebih bahagia, lebih bebas, dan lebih dewasa Santrock Warshack, 1979, 1986, dalam Santrock, 2003. Akan tetapi, Buchanan, Maccoby, dan Dornbusch 1992 dalam Santrock 2003 mengungkapkan bahwa remaja lebih baik tinggal bersama dengan ibu atau wali ganda daripada bersama ayah. Hal ini dapat disebabkan oleh kedekatan dan perhatian yang diberikan orang tua wali pada remaja. d. Pendapat dan tekanan ekonomi Keadaan ekonomi pada keluarga dengan ibu sebagai orang tua tunggal lebih buruk daripada keluarga dengan ayah sebagai orang tua tunggal. Oleh karena itu, keluarga dengan ibu sebagai orang tua tunggal cenderung mengalami tekanan ekonomi. Berdasarkan keempat hal tersebut, Santrock 2003 mengungkapkan bahwa ketidakhadiran ayah hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja. Adanya sistem pendukung, seperti teman, hubungan positif antara ibu dengan ayah yang telah meninggalkan keluarga, pengasuhan autoritatif, ekonomi yang baik, serta kemampuan- kemampuan remaja menjadi faktor yang mendukung keberhasilan remaja dalam beradaptasi dengan kondisi keluarganya.